Bagian 18

6.8K 362 19
                                    

Melody tidak banyak bicara saat di motor. Yah. Hari ini sangat melelahkan bagi Melody. Gadis itu jadi ingat dengan kata-kata Bi Sumi. Cindy akan datang malam ini. Jadi apa mereka memiliki hubungan khusus? Bahkan keluarga Cindy pun akan datang. Hmm.. Entahlah tiba-tiba saja Melody merasa kesal.

Leo yang menyadari tingkah Melody langsung menepikan motornya.

"Mel? Hei. Lo kok ngelamun?"

"E- Eh.. So- Sorry Le." jawab Melody terbata.

"Gimana kalo kita duduk di taman itu dulu." usul Leo sambil menunjuk taman dihadapan mereka.

Melody hanya mengangguk menyetujui dan mengikuti Leo dari belakang.

Melody belum pernah ke taman ini. Ada banyak tempat duduk disepanjang taman dan sepertinya sore ini taman ini sedang ramainya. Lihat saja. Banyak keluarga dan pasangan yang duduk santai di taman ini.

Melody dan Leo duduk di hadapan air mancur taman. Tempat yang nyaman untuk berbicara.

"Sok atuh cerita sama gue. Lo kenapa?" tanya Leo yang sedang memandang air mancur di hadapannya.

"Eng? Ga- gak kenapa-kenapa kok." jawab Melody seadanya.

"Huh. Dasar cewek. Gue tau kok dibalik kata 'Gapapa' nya cewek pasti ada apa-apa kan?" ujar Leo.

"Yaah, gue tau kok apa yang ada dipikiran lo. 1. Kenapa Cindy ke rumah Alden? 2. Apa hubungan mereka sebenarnya? Gue rasa itu kan yang lo pikirin?" tanya Leo to the point yang membuat Melody terkejut. Bagaimana bisa cowok disampingnya ini mengetahui pikirannya.

"Ko- kok.."

"Nah kaan. Bener. Kenapa gue sampai tau? Ya karna gue kan cowok paling peka se-SMA Pancasila." ujar Leo sedikit narsis.

"Dasar." gumam Melody.

"So,  lo gak mau cerita nih?" tanya Leo.

Sebenarnya Melody ingin sekali menceritakan semua keluh kesahnya tentang Alden. Tapi Melody pikir ini bukan saat yang tepat.

"Le.. Kita pulang aja yuk? Udah sore banget. Ntar Bunda nyariin." ujar Melody mengalihkan pembicaraan.

"Hmm? Okay." jawab Leo.

Baru beberapa langkah mereka berjalan. Tiba-tiba saja Leo menghentikan langkahnya.

"Le?.. Leo?" Melody yang berjalan disamping cowok itu menjadi bingung. Ada apa dengan Leo? Jangan-jangan.. Leo kerasukan? Melody melihat tatapan Leo. Gak kosong. Syukurlah Leo tidak kerasukan. Karena penasaran, Melody mengikuti arah tatapan Leo.

Eh? Sepertinya Melody kenal dengan cewek yang duduk diayunan itu. Sepertinya kakak kelasnya?

"Sorry Mel. Yuk cabut." ujar Leo tiba-tiba, hampir saja Melody melonjak kaget.

Leo melajukan motornya meninggalkan taman itu dengan perasaan yang tak menentu.

Melody menyadari perubahan mood Leo. Ya, sepertinya setelah bertemu dengan kakak kelasnya tadi? Mau nanya nanti kesannya terlalu kepo. Gak nanya kesannya gak peduli. Serba salah.

"Mel? Udah nyampe. Ngelamun lagi. Ck ck." ujar Leo dengan wajah sok  sinis.

"Yee... Gue gak ngelamun ya. Gue cuma diam aja tuh." dalih Melody.

"Iyain aja. Cewek maha benar. O iya gue lupa." ujar Leo sambil mencari sesuatu didalam tasnya.

"Nih." sambung Leo sambil menyodorkan bingkisan?

"Ini bukan dari gue. Bukanya di rumah aja. O iya, gue selaku cowok paling peka dan sahabat paling baik. Gue cuma mau bilang kalo Alden sama Cindy udah gak ada hubungan spesial. Dan lo gak usah cemburu." ujar Leo yang membuat Melody salting.

"Gu- Gue gak cemburu tuh."

"Bilangnya gak cemburu tapi cemburu." sindir Leo.

"Udah ah. Pulang sana. Udah mau maghrib tuh. Makasi udah nganterin gue."

"Iya iya cewek yang selalu benar. Gue cabut dulu. Bye." pamit Leo.

Melody memasuki rumahnya dengan perasaan heran sekaligus penasaran. Apa isi bingkisan ini? Siapa pengirimnya? Jika dilihat dari bungkusnya sepertinya si pengirim tidak terlalu niat membungkus bingkisannya. Lihat saja. Dibungkus dengan koran + bungkusnya gak rapi. Melody berani bertaruh pasti si pengirim ini tipe orang yang gak mau ribet, sok romantis padahal gak bisa romantis. Pakai acara ngirim bingkisan ini lagi.

***

"Uhuk uhuk." Alden buru-buru meletakkan segelas air putih yang baru saja diminumnya. Aneh. Kenapa tiba-tiba saja dia tersedak?

"Masih belum siap-siap?" suara dingin dan datar khas Wijaya itu berhasil menarik perhatian Alden.

Heh.

"Kenapa belum siap-siap sayang?Nanti keluarganya Cindy mau ke rumah loh." tanya Erika sambil mengelus kepala anak satu-satunya itu.

Kenapa baru sekarang Mama kasih Alden perhatian?

"Males." jawab Alden pendek seraya menurunkan tangan Mamanya.

"Alden anak mama..sayang.. Kamu tau kan, keluarga kita berhutang budi sama.. " belum selesai Erika melanjutkan kata-katanya, Ia langsung disuguhi tatapan tidak suka dari anaknya itu.

"Stop Ma. Kalo aku bilang nggak ya nggak. Jangan paksa Alden. Dan satu lagi. Alden bukan anak mama." ujar Alden dengan kilat marah yang terpancar dari matanya.

.
.
.
.

Jgn lupa share, vote, and comment

ALDENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang