Bagian 7

8.5K 460 0
                                    

Melody melangkah gontai memasuki rumahnya. Mobil papanya sudah terparkir rapi di garasi, pertanda kedua orang tua Melody sudah pulang. Langkah gontainya perlahan berubah menjadi semangat. Gadis itu sangat merindukan kedua orangtuanya.

"Assalamualaikum Bun, Pa."

"Waalaikumsalam anak bunda." sahut Dinda dari dapur. Melody langsung berlari memeluk Dinda.

"Melody kangen sama bunda." rengek Melody seperti anak kecil. Dinda mengelus rambut Melody sambil terkekeh pelan melihat tingkah anaknya.

"Iya sayang. Bunda juga kangen. Maafin bunda sama papa ya, waktu kamu pingsan bunda gak disini sama papa." ujar Dinda lembut. Terlihat dari wajahnya bahwa wanita paruh baya itu sangat menyesal bercampur khawatir.

"Ga papa kok bun. Aku kan kuat. Kan ada Alden." kata-kata itu terlontar begitu saja dari bibir mungil gadis itu.

"Ciee yang sekarang deket sama Alden." goda Dinda. Melody membulatkan matanya. Ia baru menyadari kata-katanya barusan.

"Hm...hmm gak kok bun." balas Melody gugup.

"Yang bener?" tanya Dinda.

"Ihh bunda gak usah ngomongin  Alden deh." jawab Melody yang semakin salah tingkah.

"Perasaan kamu deh  yang duluan bahas Alden." sambung Dinda yang tak ingin melewatkan momen menggoda anaknya.

"Baru ketemu langsung ribut ya." ujar Kevin, papa Melody yang baru saja menuruni anak tangga rumahnya. Melody langsung menghambur kepelukan papanya.

"Kangen papa." rengek Melody lagi. Kevin mengelus rambut anaknya itu dan mengecup sekilas kening Melody.

"Papa denger kalian bahas Alden ya? Siapa dia?" tanya Kevin heran.

"Itu loh Pa. Alden anaknya Erika sama Wijaya." jawab Dinda seraya mendekati suaminya.

"Oh ya? Erika sahabat kamu waktu Sma itu? Jadi dia yang udah nolongin anak papa?" tanya Kevin menatap kearah Melody.

"I- Iya Pa." jawab Melody seadanya. Gadis itu tak sadar jika kedua orangtuanya melihat rona merah dari pipinya.

"Hmm gitu ya." ujar Kevin yang sudah tidak tahan menggoda anaknya. Digoda seperti itu, membuat pipi Melody semakin memerah.

"Ya udah. Ganti baju kamu dulu." potong Dinda. Wanita itu kasihan melihat anak gadisnya seperti itu. Siapa pula yang tidak kasihan melihat pipi Melody sudah seperti kepiting rebus. Melody menganggukkan kepalanya. Gadis itu beranjak menuju kamarnya.

"Anak kita udah besar ya Pa." ujar Dinda dengan tatapan sendu. Kevin merangkul istrinya dan mengusap lembut bahu istrinya.

"Ya dia tumbuh besar dan sangat cantik." jawab Kevin.

***

Melody melempar tas birunya asal-asalan. Hari ini ia sangat lelah. Ia ingin membaringkan badan dan bermalas-malasan sejenak.

Namun gadis itu terbangun karena ia teringat kejadian di sekolah tadi.

Flashback On

ALDENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang