Ekstra Part

532 22 1
                                    

Melody sibuk menatap pemandangan belakang sekolah. Gadis itu menarik napas sesekali ketika menyadari bahwa sebentar lagi ia akan meninggalkan sekolahnya, SMA PANCASILA. 3 tahun berlalu tentu saja penuh dengan cerita suka maupun duka. Kalo kata orang-orang “masa putih abu-abu yang penuh drama”. Melody sesekali tersenyum kecil ketika teringat momen lucu bersama teman, guru, hingga momen bersama Alden cs. Hah, sayang sekali.

“Ngelamunin apa neng?” ujar seseorang.

“Loh Dika? Enggak gue cuma lagi bosan aja.”

“Oh ya? Hmmm.. Lo aneh ya.”

“Aneh kenapa?” tanya Melody heran.

“Iya aneh aja. Lo ngelamun aja masih tetap cantik.” jawab Dika sambil tersenyum. Untuk sesaat Melody terdiam mendengar kalimat Dika barusan.

“Ya ampuun kirain apaan. Lo jago gombal banget ya Dika.” alih Melody sedikit canggung.

“Ga gue serius kok.” sambung Dika.

“Gua biasa aja Dik, banyak yang lebih cantik dari gue.” ujar Melody memalingkan wajahnya dari Dika.

“Bukan karena lo cantik aja Mel. Jujur lo baik, peduli sama orang lain, juga tulus…”

“Wait lo…?”

“Iya gue udah lama mendam perasaan gue sendiri Mel. Ini udah saatnya lo tau kalo gue udah lama suka sama lo. Mungkin lo ga akan percaya tapi gue jatuh hati saat pertama kali kita ketemu.” jelas Dika sedikit gugup. Melody diam tanpa suara.

“Yah, mungkin lo ga sadar Mel. Tapi gue yakin sama perasaan gue. Dan gue ga mau lo disakiti lagi...” sambung Dika sambil sesekali mencuri pandang kearah Melody yang masih terdiam.

“Gue.. gue ga tau bakal kaya gini Dika. Terimakasi ya udah jujur dan juga selalu ada disaat gue butuh. Tapi.. Lo harus tau kalo gue udah anggap lo kayak saudara sendiri. Jadi..”

“Apa ini karna kating yang lo suka itu balik lagi Mel? Segitu sayangnya lo sama orang yang udah bikin lo sakit hati? Apasih yang lo liat dari tuh cowok berengsek?”

Plak!

“Cukup Dika! Gue memang sakit hati, marah, kecewa sama Alden tapi lo ga berhak nyebut dia brengsek.” ujar Melody sedikit membentak ia berusaha mengontrol emosi yang tiba-tiba memuncak. Dika tersenyum tipis menahan perih.

“Ampun dah gue ama tenaga cewek. Perih Mel. Padahal gue tadi niatnya ngetes doang.” jelas Dika sambil mengusap pipinya.

“Lo.. lo ya! Ahli banget bikin gue marah trus merasa bersalah.” omel Melody. Mereka sama-sama terdiam mengalihkan pandangan menatap langit biru.

“Dan pada akhirnya hati lo akan tetap milih Alden ya Mel?” tanya Dika.

Melody diam sejenak dan mengangguk. “Ya. Mungkin lo mikir gue cewek bodoh. Gue memang sakit hati dan kecewa karna Alden tapi gue juga bahagia karna Alden. Hati ga bisa bohong Dik.” jelas Melody.

“Hah.. Sesuai yang gue duga. Duhhh legaa banget udah jujur gini. Daripada nanti gue nyesel kan.” ujar Dika. Gadis itu tersenyum melihat tingkah Dika yang selalu apa adanya dan selalu menghargai orang lain.

“Lihat Mel ada pelangi!” teriak Dika seraya menunjuk ke langit.

“Hah? Ga usah teriak juga Dika. Waaahh bagus banget.”

“Yah gue harap hal-hal baik akan selalu ada didekat lo ya Mel.” ujar Dika tiba-tiba.

“Kok lo ngomongnya gitu sih?”

“Emang kenapa?”

“Kaya mau pergi jauh aja.”

“Pinter banget si geulis. Maaf ya Mel hari ini gue random banget. Mulai dari nyatain perasaan tadi sampe sekarang juga. Sebenarnya gue mau kuliah ke Australia Mel. Bukan mau sih tapi udah keterima gitu. Jadi ya gue manfaatin waktu yang tersisa aja.” jelas Dika.

ALDENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang