Bagian 1

12.4K 693 4
                                    

"ALDEEEEEEN!!!!!!!"


Mendengar namanya dipanggil, Alden menoleh ke belakang dan mendapati dua sahabatnya, Bagas dan Leo yang sedang berlari menuju kearahnya.

"Apaa??!!" tanya Alden sambil menatap tajam kedua sahabatnya itu karna ia masih kesal dengan cewek yang menabraknya tadi.

"Seloow aja nap-"

"ALDEEEEEEN!!" teriakan nyaring itu berasal dari ujung koridor.

"Tuh Al piaraan lo dateng." ujar Leo menunjuk ke ujung koridor sambil tertawa.

Orang itu tak lain adalah sahabat Alden yang berperawakan tinggi, berkulit sawo matang yang sedang berlari lari seperti adegan film India sambil merentangkan kedua tangannya bermaksud hendak memeluk. Alden yang hampir dipeluk itu langsung menepis tangan Entong.

"Issshh.Gue kan kangen." ujar Entong sambil memasang wajah cemberutnya.

Mereka hanya memutar bola mata malas melihat Entong seperti itu. Hal itu sudah lumrah mereka hadapi karna mereka bersahabat dari kecil.

"Jadi lo kangen cuma sama
Alden?" tanya Bagas dengan tampang kesal yang dibuat-buat. Leo hanya tertawa melihat kelakuan Entong dan Bagas.

"Gak kok gue juga kangen bangeet sama kalian. Sini Sini! Gue peluk, pasti kalian juga kangen kan sama gue." jawab Entong dengan percaya diri.

Jadilah mereka berpelukan layaknya teletubis. Entah apa yang membuat mereka berucap "kangen" padahal baru kemarin mereka bertemu. Alden jengah melihat perlakuan sahabatnya yang rada alay itu.

"Tong, udah lepasin gue. Gue gak bisa napas." protes Leo.

"Iya Tong, ketek lo bau banget, gue gak tahan." lanjut Bagas.

"Sial lo pada." sahut Entong sambil merapikan rambutnya yang berantakan karna habis berpelukan.

"Eh betewe gue laper banget. KANTIN KUYY!!!" ajak Entong dengan semangat 45.

"Yee giliran makan aja lo semangat banget." ujar Bagas.

Entong hanya tertawa mendengar perkataan Bagas. Memang jika berurusan dengan makanan, Entonglah rajanya. Bahkan semua jenis makanan di kantin sudah dicicipinya. Semua menyetujui ajakan Entong karna perut mereka juga sudah minta diisi.


Mereka berempat melangkah menuju kantin. Sepanjang jalan, banyak siswi yang terpana melihat Alden dan ketiga sahabatnya itu. Dengan seragam yang urak urakan, rambut berantakan dan tatapan yang tajam, berhasil membuat kaum hawa mati ditempat. Alden cs pun sudah biasa dengan situasi seperti itu. Kini mereka lebih mengutamakan perut mereka yang keroncongan ketimbang mengurusi fans mereka itu.

***

"Mel kantin yuk. Mumpung lagi jamkos nih." ajak Sophia. Melody mengernyitkan keningnya. Jamkos? Sia-sia dong perjuangan gue, batin Melody. Ia yang memang sedang lapar itupun menyetujui ajakan Sophia.

"Nala mana Sop?" tanya Melody.

"Dia udah di pintu." jawab Sophia sambil menunjuk ke pintu kelas.

"Ya udah yuk, laper banget nih gue." ujar Melody.

Melody dan kedua sahabatnya itu tengah berdiri di ambang pintu kantin. Sepertinya jamkos membuat kantin penuh. Nala berusaha mencari meja yang bisa mereka tempati.

"Eh itu ada meja kosong." ujar Nala.

"OMG!! Itu kan kak Alden." teriak Nala. Melody dan Sophia langsung melirik ke tempat yang dimaksud Nala.

Nala benar. Mereka melihat Alden yang sedang makan bersama temannya. Sesekali Alden menyunggingkan senyum yang sepertinya 'terpaksa' ketika temannya berbual.

Astaga,senyum orang dingin bikin melting - batin Melody.

"Beruntung ya kita, dapat meja kosong didepan 4 most wanted sekaligus." ujar Nala. Ya, posisi meja yang kosong itu berhadapan langsung dengan meja Alden dan ketiga sahabatnya.

"Yuk Mel, Sop." ajak Nala sambil menarik Melody dan Sophia. Melody berusaha menahan degupan dijantungnya. Ia takut jika seniornya itu mengenalinya.

Setelah sampai di meja itu, Melody memilih duduk membelakangi meja Alden.

"Ya udah gue aja yang mesen makanannya." ujar Sophia sambil berlalu menerobos lautan manusia yang sedang memesan makanan.

***

Alden, Bagas, Leo dan Entong sedang memakan makanan yang mereka pesan. Sesekali Entong melontarkan bualan lucu yang membuat ketiga sahabatnya tertawa, kecuali Alden, ia hanya tersenyum kecil menanggapi bualan itu.

Saat hendak menyuapkan makanan ke mulut, mata Alden tak sengaja melihat siswi yang baru saja menempati meja dihadapannya. Gadis itu membelakangi Alden, sehingga ia sulit mengenalinya. Sepertinya Alden pernah bertemu dengan orang itu. Ah, itu gadis yang tadi menabraknya.

"Woii Al ngelamun aja. Entong kan lagi ngelawak tuh." ujar Bagas.

"Sial lo. Gue kan lagi curhat bukan ngelawak." sahut Entong.
Alden langsung mengalihkan pandangannya dan melanjutkan makannya yang tertunda.

"Emang lo ngeliat apaan sih Al? Sampe ngelamun gitu." sambung Leo sambil memandang ke setiap sudut kantin. Nggak ada yang aneh, batin Leo.

"Gue gak ngelamun." tegas Alden.

"Cailah Al, lo lagi mikirin gue ya? Atau mikirin masa depan kita?" celetuk Entong dengan menaik turunkan alisnya. Setelah berkata seperti itu, Entong mendapat satu jitakan dari Alden. Entong meringis setelah mendapat jitakan itu.

"Jitakan dari orang dingin itu beda ya, kayak ada sakit sakitnya gitu." ujar Entong sambil mengusap kepalanya. Alden tidak meladeni perkataan Entong. Ia memilih untuk menghabiskan makanan yang ia pesan tadi.

Vote dan comment jgn lupa ya!
❤❤❤❤❤❤❤

ALDENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang