Melody menatap langit malam tanpa taburan bintang di balkon kamarnya. Ia memandang bulan yang bersinar terang walaupun tertutup awan sebagian. Satu persatu pikiran berkeliaran dalam lamunan Melody. Memikirkan kejadian di sekolah tadi membuat Melody semakin terhanyut. Benarkah apa yang ia perjuangkan? Apakah rasa ini benar adanya? Apakah Alden menyukainya?Apakah…
Krek!
“Mel teman-teman kamu udah nunggu dibawah, samperin gih.” ujar Dinda dari pintu kamar Melody.
“Hmmm.. Oke Bun.” jawab Melody. Ia sedikit bingung biasanya jika Sophia dan Nala bertamu mereka langsung menuju kamarnya. Dan terjawab sudah ternyata yang datang bukan hanya Sophia dan Nala, melainkan juga Alden cs. Melody duduk di sofa ruang tamu yang bernuansa krem itu. Sepertinya mereka sudah cukup lama menunggu,melihat dari minuman yang sudah tersisa setengah.
“Mel.. Gue tadi mau nyamperin lo ke kamar tapi kayaknya lo lagi pengen sendiri.” ujar Nala hati-hati.
“Santai aja.” jawab Melody sambil tersenyum singkat.
“O iya.. Gue bantuin Bunda masak dulu ya.. Yuk gaes..” ajak Sophia memberikan kode kepada yang lainnya.
“Ha? Iya yah.. Cus ke dapuur..” sambung Nala.
Leo yang mengerti dengan kode itu langsung beranjak dari sofa sambil menarik Bagas dan Entong yang sibuk makan biskuit. Alden meneguk minumannya dan mencoba mencairkan suasana.
“Ekhm.. Lo.. Gimana.. Itu.. lo udah mendingan?” tanya Alden terbata-bata.
“Lo lucu tau gak..” ujar Melody tertawa renyah.
“Syukurlah.” gumam Alden.
“Ha? Syukur kenapa?” tanya Melody diakhir tawanya.
“Lo udah senyum lagi. Sering-sering senyum ya. Lo selalu cantik kalo senyum.” ujar Alden menatap Melody yang mematung. Selang beberapa detik, Melody kembali tersenyum mendengar pujian itu. Sepertinya pipinya sudah memerah.
“Tapi lo cuma boleh senyum ke gue aja. Kalo ke cowok lain ga boleh. Titik!” sambung Alden tegas.
“Kalo gue senyum ke cowok lain gimana?” tanya Melody menggoda Alden.
“Perang dunia ketiga lah.” jawab Alden datar.
Haah.. Alden.. gue ga bisa berharap lebih karena gue takut sama realita yang akan menampar gue- batin Melody.
Mel.. Gue akan pastiin lo ga bakal nangis lagi.. gue bakalan selalu disamping lo- batin Alden.
“ENTONG!!!” teriak Nala dari dapur.
Melody mengerutkan keningnya mendengar teriakan Nala. Tidak biasanya Nala berteriak sekeras itu. Karena penasaran, Melody dan Alden berjalan menuju dapur yang…
“Astagaaa… Kalian ngapain sih?!” tanya Melody terkejut melihat dapur yang berantakan dan terlebih lagi, ketiga sahabat Alden dan kedua sahabat Melody berlumuran tepung.
“Kalian bikin apaan?” tanya Melody lagi. Tidak ada jawaban, kelima temannya itu menundukkan kepala karena merasa bersalah.
“Entong! Jelasin kenapa dapur bisa berantakan.” ujar Alden.
“Emang kalian mau masak apa sampai beratakan gini?” sambung Melody.
“Lo juga Leo. Bisa-bisanya lo ikutan kayak gini. Bagas! Berhenti makan.” omel Alden.
“Nala kenapa rambut Entong ditarik?” sambung Melody. Nala melepaskan tangannya dari rambut Entong.
Leo, Bagas, Entong, Sophia, dan Nala memanyunkan mulut mendengar omelan bertubi-tubi dari Melody dan Alden. Sederhananya, mereka seperti lima anak yang sedang dimarahi oleh orang tua mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALDEN
Teen Fiction[SELESAI] Melody Kevinda Purnama. Gadis cantik juga pintar yang bersekolah di SMA PANCASILA di Bandung. Siapa sangka ia harus berurusan dengan seniornya karena telah membuat seniornya marah. Tidak lain adalah Alden Putra Wijaya. Seorang most wanted...