Melody membuka matanya lambat. Kepalanya pusing dan tubuhnya terasa dingin. Saat matanya sudah terbuka lebar, Melody mengernyit heran.
Dimana ini? - batin Melody.
Melody beranjak bangun dari kasur empuk itu. Mata gadis itu menyapu setiap sudut kamar luas yang bernuansa abu-abu itu. Kamar itu tertata rapi dan juga beraroma mint yang menenangkan pikiran. Di sudut kamar itu tersedia perpustakaan mini. Segala macam buku tertata rapi di atas rak. Di dinding kamar itu terpajang poster penyanyi ternama dunia. Di atas nakas ada foto seorang lelaki dan seorang anak perempuan. Melody menatap lama foto itu.
Ini kan Kak Alden - batin Melody.
Melody terdiam ditempat. Ia baru sadar kalau tadi sepulang sekolah ia pingsan di halte. Kemungkinan besar orang yang menolongnya adalah Alden. Karena hanya mereka berdua di halte itu. Tapi, apa itu mungkin? Jika iya, apa sekarang ia berada di rumah seniornya itu? Ia menatap baju yang dipakainya. Bukankah tadi ia memakai seragam sekolahnya?"AAAAAAAAAAAAA!!!"
***
"Tadi gue ngeliat dia pingsan di halte. Makanya gue tolongin." ujar Alden. Ketiga sahabatnya itu masih bingung dengan penjelasan Alden yang bisa dibilang sangat singkat.
"Ngomong lo irit banget ya Al." ujar Bagas.
"Iya kan ngom-"
"AAAAAAAAAAAAAA!!!"
Perkataan Entong terpotong ketika mereka dikejutkan oleh teriakan dari lantai dua. Keempat cowok itu berlari menuju lantai atas. Baru saja pintu kamar dibuka, mereka melihat Melody menangis seraya memeluk kakinya.
"Dedek cantik embem kenapa?" tanya Entong. Melody menatap keempat cowok didepannya itu dengan pandangan takut.
"Si- Siapa ya- yang ga- gantiin baju sa- saya kak?" tanya Melody dengan gugup.
"Bi Sumi yang ganti baju lo." jawab Alden. Ia tak habis pikir dengan cewek didepannya itu.
"Lo kenapa teriak?" tanya Bagas.
Melody hanya diam. Ia menekuk wajahnya. Ia takut bila bertatap muka dengan seniornya itu, terutama Alden. Dan terlebih lagi ia sudah berburuk sangka."Lo teriak karna lo mikir Alden yang gantiin baju lo?" tanya Leo yang paham dengan situasi. Melody mengangguk pelan membenarkan pertanyaan Leo.
"Alay banget sih lo." sambung Alden. Gadis itu sudah membuatnya cemas saat mendengar teriakan tadi.
Tunggu. Alden cemas? Sejak kapan ia bisa cemas kepada seseorang? Untuk apa pula ia bisa cemas dengan gadis itu?
"Al Melody kan udah sadar kita betiga pamit pulang dulu ya. Soalnya bonyok kita udah pada pulang." ujar Bagas mewakili kedua sahabatnya. Alden mengangguk sebagai isyarat.
"Gws ya dedek cantik embem." ujar Entong kepada Melody. Gadis itu tersenyum singkat menanggapi perkataan seniornya itu.
"Kita duluan ya Mel." ujar Leo dan Bagas. Ketiga cowok itu langsung melangkah keluar dari rumah Alden. Terdengar suara deru mobil dari luar dan tak lupa bunyi klakson tiga kali khas Entong.
Kini hanya ada Melody dan Alden dalam kamar itu. Canggung. Itulah yang mereka rasakan saat ini. Melody mengumpulkan keberaniannya untuk membuka pembicaraan.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALDEN
Teen Fiction[SELESAI] Melody Kevinda Purnama. Gadis cantik juga pintar yang bersekolah di SMA PANCASILA di Bandung. Siapa sangka ia harus berurusan dengan seniornya karena telah membuat seniornya marah. Tidak lain adalah Alden Putra Wijaya. Seorang most wanted...