Hari berlalu begitu cepat, tanpa terasa tinggal satu mata pelajaran lagi yang akan diujikan, matematika. Besok. Ujian matematika dilaksanakan besok pagi, sukses membuat siswa kalang kabut. Sepulang sekolah tadi, Melody langsung menjalankan tugas akhirnya sebagai tutor Alden cs. Hari ini Melody hanya akan membahas latihan soal, karena untuk materi pelajaran sudah ia berikan ringkasannya beberapa hari lalu. Dan tentu saja Melody selalu menekankan kepada mereka untuk mempelajari ringkasan materi itu. Mengenai gosip Alden dan Cindy sudah mereda, digantikan dengan keluhan siswa yang akan melaksanakan ujian matematika.
“Oke, untuk soal ini masih ada yang gak paham?” tanya Melody memandang satu-satu ‘muridnya’.
“Sejauh ini gue paham.” jawab Leo dibarengi anggukan ketiga temannya.
“Gue bakal kasih soal yang mirip sama soal ini. Tapi kalian kerjain sendiri-sendiri dan gue kasih waktu 10 menit.” ujar Melody.
Alden, Bagas, Entong dan Leo mengangguk. Mereka langsung mengerjakan soal yang diberikan Melody. Bahkan mereka selesai menjawab kurang dari 10 menit. Melody terdiam kagum melihat keempat cowok itu. Untuk saat ini mereka sudah bisa mengerjakan soal tepat waktu, hanya tinggal memeriksa jawaban yang mereka buat. Melody memeriksa satu persatu kertas jawaban. Melody menghembuskan napas. Alden dan ketiga sahabatnya meneguk saliva, gugup dengan jawaban yang sudah mereka cari.
“Gimana Mel?” tanya Alden penasaran.
“Iya gimana? Salah ya?” tanya Entong.
“Duh, gue gak habis pikir ya sama kalian…” Melody menggantungkan ucapannya dan melirik keempat cowok dihadapannya saat ini. Lihat. Mereka berempat serentak menggigit bibir karena gugup. Lucu sekali.
“Gue gak habis pikir ya. Sebenarnya kalian itu pintar cuma rada malas aja.” sambung Melody.
“Jadi?” tanya Bagas polos.
“Jawaban kalian benar. Gue yakin kalian pasti bisa jawab pertanyaan ujian besok.” jawab Melody sambil tersenyum senang.
“Alhamdulillah! Akhirnya….” teriak Entong dan Bagas memeluk Leo dan Alden yang masih tercengang.
“Gue gak nyangka kita bisa jawab soal matematikaaa!” ujar Bagas yang masih terheran-heran.
“Lo yakin Mel?” tanya Alden.
“Yaps. Kalo gak percaya periksa aja jawaban kalian sama jawaban gue.” jawab Melody menyerahkan kertas jawaban dan catatannya. Alden memeriksa jawaban mereka satu persatu menyesuaikan dengan jawaban Melody. Ia tersenyum dan merangkul ketiga sahabatnya erat.
“Ternyata mata pelajaran yang kita hindari seru juga bro.” ujar Alden.
“I- iya Al. Lo- Lo meluknya erat amat Al. Sesak napas gue.” ujar Entong .
“Sorry.” Ujar Alden. Namun ia tidak melepas pelukan itu, malah makin mengeratkan pelukannya. Dan keusilan Alden berhasil membuat ketiga sahabatnya mengeluh.
“Udah jangan senang dulu. Ujian yang sebenarnya itu besok. Gue harap kalian pelajari kembali latihan soal ini.” ujar Melody menenangkan.
“SIAP BU GURU MELODY!!” ujar keempat cowok itu bersamaan.
Melody tersenyum mengingat terlalu cepat hari berganti. Rasanya baru kemaren ia bertemu dengan keempat cowok dihadapannya ini. Baru kemaren ia diminta oleh Bu Dian untuk menjadi tutor Alden cs. Sekarang tanggung jawab itu sudah selesai ia jalankan. Ada rasa sedih mengingatnya, karena begitu tutor ini selesai apakah mereka tetap akan bersama seperti ini? Apakah mereka akan tetap dekat seperti ini?“Mel lo kenapa?” tanya Alden membuyarkan lamunan Melody.
“Eh, gak kok. Gue gak nyangka aja hari ini adalah hari terakhir tutor. Gue senang kalian bisa paham apa yang gue ajarin. Gue harap kalian semua bisa jawab soal ujian besok.” jelas Melody.
“Makasi banget ya Mel udah sabar hadapin kita-kita.” ujar Leo.
“Dedek gemes embem….. Makasi yaaak.” lirih Entong dengan raut wajah sedih.
“Pelukan duluuuu.” ujar Bagas.
Baru saja Bagas akan memeluk Melody, tangan Alden dengan sigap mendorong Bagas menjauh dari Melody. Bagas terjatuh dan ditahan oleh Entong dan Leo. Melody terdiam. Ia menatap Alden yang sedang memelototi Bagas. Dan ia segera menahan wajahnya yang semakin memerah.
“Jangan coba-coba.” ujar Alden dingin.
“Entonggg… Leooo.. Alden jahat.” ujar Bagas pura-pura kesal.
“Al.. Gue gak nyangka lo tega.. Gaskeun gue dukung.” celetuk Entong cengengesan.
“Leo…” lirih Bagas meminta pertolongan.
“Hah.. Lo jangan gitu sama sahabat lo sendiri Al.” jelas Leo. Bagas tersenyum senang. Masih ada yang memihak dirinya.
“Gue dukung lo. Gaskeun bro.” lanjut Leo yang membuat Bagas tertampar realita.
Alden menatap Bagas seolah berkata, Rasain lo. Melody tertawa pelan dan berusaha menghibur Bagas.
“Alden gak maksud jahat kok sama lo Gas.”
“Thanks Mel. Cuma lo yang ngertiin gue.” ujar Bagas yang dihadiahi tatapan tajam Alden.
“Gak kok Al. Gue becanda aja.” jelas Bagas.
Alden mengangkat alisnya sebelah, kode untuk Leo dan Entong. Mereka mengangguk dan langsung menggelitiki Bagas. Bagas meronta-ronta, tapi ia tidak bisa melawan tenaga Leo dan Entong. Alden tersenyum menang. Lalu menatap Melody yang juga sedang menatapnya.
“Yuk gue anter pulang ntar keburu ashar. Lo juga harus belajar kan buat besok.” ujar Alden.
Melody mengangguk. Ia salah tingkah ketika ketahuan menatap Alden. Dan ya, semenjak kejadian dihari pertama ujian itu hubungan mereka semakin membaik hanya saja mereka merasa canggung jika saling bertatapan.
***
Alden malajukan motornya menuju rumah Melody. Ia tidak tahu harus berbicara apa untuk menghilangkan keheningan. Begitupun dengan Melody, ia hanya memandang jalanan. Hingga tak terasa, mereka sudah sampai di depan rumah Melody. Melody turun dari motor Alden, ia terpesona ketika Alden mengibaskan rambutnya setelah melepas helm. Cepat-cepat Melody mengalihkan perhatiannya. Jangan sampai Alden memergokinya lagi.
“Nih, makasi ya udah anterin pulang.” ujar Melody sambil menyerahkan helm.
“Oh Oke...” jawab Alden.
“Kalo gitu gue duluan ya.” ujar Melody.
“Eh tunggu. Gue mau ngomong.” cegah Alden meraih tangan Melody.
Melody merasakan degupan jantungnya yang tidak karuan. Ia menatap tangannya dan Alden. Alden yang baru tersadar segera melepasnya.“Sorry...” lirih Alden.
“It's okay. Lo mau ngomong apa?” tanya Melody.
“I- Itu.. Gue rasa beberapa hari ini kita canggung banget…”
“Gue harap lo sama gue gak canggung lagi ya. Gue harap lo bisa nunggu gue.” sambung Alden.
“I- Iya..” jawab Melody yang sebenarnya tidak mengerti kalimat terakhir Alden. Menunggu?
“Oke gue balik ya. Takut si Bagas pingsan.” pamit Alden sambil tersenyum.
Sekali lagi, Melody kembali salah tingkah melihat tingkah Alden. Senyumnya… Ah, sudahlah. Melody harus bisa mengendalikan diri. Ia harus fokus belajar untuk ujian besok. Melody memasuki rumahnya sambil memegangi pipinya yang panas kemerahan.
.
.
.
.Jangan lupa comment vote dan share cerita ini yaa😘
KAMU SEDANG MEMBACA
ALDEN
Teen Fiction[SELESAI] Melody Kevinda Purnama. Gadis cantik juga pintar yang bersekolah di SMA PANCASILA di Bandung. Siapa sangka ia harus berurusan dengan seniornya karena telah membuat seniornya marah. Tidak lain adalah Alden Putra Wijaya. Seorang most wanted...