Bel pulang sekolah berbunyi menandakan kegiatan belajar di sekolah sudah usai. Raut wajah senang terlihat dari siswa yang berlarian menuju gerbang sekolah. Namun hari ini beberapa siswa harus mengikuti beberapa kegiatan ekstrakulikuler. Yap. Semua ekskul hari ini mengadakan rapat menjelang UTS. Melody tengah sibuk menyusun file laporan hingga tidak sadar jika di kelas hanya ada dia dan kedua sahabatnya.
"Mel, gue duluan ya." pamit Sophia.
"Ha? Ah iya iya hati-hati ya." jawab Melody sambil melihat ruangan kelas yang sepi.
"Maaf ya Mel gue juga duluan ya. Mau rapat jugaa." ujar Nala.
"Rapat? Perasan lo gak ikut organisasi deh La." tanya Sophia heran.
"Maksudnya itu rapat itu loh... Tiduurrr." jawab Nala cengengesan.
"Ampun deh gue sama ni anak." gerutu Sophia.
Melody kembali sibuk dengan file laporan, rekap absensi dll. Huff. Melody memukul kepalanya pelan agar ia bisa berkonsentrasi. Sebentar lagi rapat akan dimulai. Persiapan harus matang. Jika tidak? Habislah Melody. Jangan sampai ia menyusahkan orang lain hanya karena kecerobohannya. Apalagi Devan, ketua EC, juga sibuk rapat dengan OSIS mengurus acara pentas seni yang akan digelar usai UTS nanti.
Tak!
Melody terdiam. Ia sadar betul di kelas ini tidak ada siapapun kecuali dirinya.
Tak!
Lagi, Melody masih menunduk, ia ragu apa harus melihat sekeliling atau diam saja. Tidak. Tidak. Ini masih siang. Tidak mungkin ada han.. hantu Iya kan?
Perlahan Melody mengangkat kepalanya. Melihat sekeliling dan.. Tidak ada apa-apa. Tidak berpikir lama lagi, Melody langsung bergegas menyusun barang-barangnya. Ia harus pergi.
Melody tidak sadar. Ada bayangan seseorang di jendela. Dengan ekor matanya, Melody jelas melihat bayangan gelap di jendela. Bayangan itu tertutup gorden. Melody memang takut. Tapi ia penasaran. Ia melangkah mendekat menuju bayangan dan membuka gorden perlahan. Dan ternyata....
"BAAA!"
"Astagfirullah. Ya ampuun Aldenn!!" teriak Melody.
Alden tertawa dibalik jendela melihat raut ketakutan Melody. Sekaligus raut kelas. Melody berjalan ke luar kelasnya sambil menggerutu.
"Gak lucu ya!" ketus Melody.
"Hahahahaha Lucu lo Mel." Alden tak bisa berhenti tertawa.
"Lucu? Lo pikir gue yang lagi sendirian denger suara pukulan jendela itu lucu? GAAK!" ujar Melody kesal.
Alden terdiam dan mengerutkan kening. "Gue baru disini." jawab Alden.
Melody terdiam. Jika bukan Alden, lalu siapa? Melody menatap Alden. Alden pun balik menatap Melody. Alden kembali tertawa melihat Melody yang ketakutan.
"HAHAHAHAHA ngakak banget euy." ujar Alden sambil memengang perutnya yang sakit karena banyak tertawa.
Melody mendengus kesal. Wajahnya memerah menahan marah. Ia berlalu meninggalkan Alden sendirian yang masih menertawainya. Tidak lucu sama sekali. Rendah sekali humor anak itu.-gerutu Melody. Meskipun disisi lain Melody merasa senang melihat Alden bisa tertawa tidak sekaku dulu. Tapiii.... Alden yang sekarang SANGAT USIL!
***
"It's amazing, Al. Sudah lama sekali gue gak mendengar tawa lo." ujar Cindy dari balik tembok. Ya, Cindy memang membuntuti Alden. Ia penasaran dengan tingkah Alden yang diam-diam menuju kelas ini.
Sisa tawa Alden hilang. Wajah Alden kembali datar. "Napa? Lo iri?" ketus Alden.
"Cih. Yaps. Gue iri sama cewek tengil yang bisa bikin lo ketawa. Kayaknya kalian udah lama kenal. I mean yeah cewek cupu tadi." jawab Cindy angkuh.
Alden tidak mau berurusan lama dengan Cindy. "Gue gak ada urusan sama lo! Sekali aja lo usik Melody, gue pastiin lo gak bakalan hidup tenang!" ujar Alden dingin. Dengan santainya Alden meninggalkan Cindy.
Cindy tercengang. Alden terdengar tidak main-main. Tapi ia tidak kehilangan akal.
"Tapi lo harus nemanin gue selama disini Al! Gue pastiin lo bakalan didekat gue terus! AL!" teriak Cindy.
Alden tidak menghiraukannya. Untuk apa? Alden tidak mau menambah beban pikirannya. Lebih baik ia bermain basket.
"Yooo akang Alden dah datang gaes. Bisa main nih." goda Alex, anggota tim basket.
"Oke."
Tidak terasa Alden sudah bermain basket selama satu jam tanpa henti. Yap. Dengan bermain basket ia bisa meluapkan kekesalan dan bebannya. Tentu saja aksi Alden tak luput dari perhatian siswi yang hendak pulang tapi tidak jadi karena ingin melihat Alden dan timnya bermain basket.
"Ha Al.. Ki..ta..istirahat..duluh.." ujar Alex. Alden mengangguk ia juga sudah sangat lelah. Ia dan timnya harus istirahat. Alden berjalan ke pimggir lapangan dan dihadiahi minuman oleh fansnya.
"Kak.. Ini minuman dingin."
"Kak ini handuknya."
"Kak pasti lapar ya? Ini makanan."
Dan masih banyak lagi tawaran yang Alden terima. Alden hanya tersenyum kecil sebagai tanda terimakasih. Ia dibantu Alex menerima pemberian fansnya itu. Namun mata Alden menatap sosok siswi di ujung lapangan yang sedang memegang minuman dingin. Mata siswi itu kaku melirik ke arah Alden. Alden tersenyum dan berlari ke arah siswi itu.
"Duh.. Haa.. Capek nih.. Tau aja kalo gue haus." ujar Alden sambil meraih botol minum di tangan Melody. Melody terlihat canggung. Ia tidak tahu harus bereaksi seperti apa.
"Heh? Napa diam?" tanya Alden sambil memajukan wajahnya dekat dengan wajah Melody. Mata mereka bertubrukan sekilas. Dengan sigap Melody tersadar dan berdalih kaku.
"Ha? Ga kok. Gue kebetulan aja lewat." alih Melody gugup.
"Hoo.. Kebetulan ya? Lo yakin?" tanya Alden lagi sambil menatap wajah Melody.
"Iya lah kebetulan."
"Sambil bawa minuman dingin gitu?" tanya Alden lagi.
"Iih Alden. Itu minuman buat gue." jawab Melody sambil memutar matanya.
"Oh ya? Yakin?" goda Alden sambil mendekatkan wajahnya ke wajah Melody. Ia bisa melihat kedua pipi Melody sudah memerah.
"Alden! Jangan gitu! Nanti diliatin orang."
"Diliatin orang atau salah tingkah?" goda Alden lagi.
"Aldeeeen!!!" kesal Melody.
Alden tertawa lepas. Melody melihat Alden yang penuh keringat dan teringat akan sesuatu. Ia merogoh saku tasnya. Dan mengeluarkan sebuah saputangan berwarna biru muda.
"Nih. Lap keringet lo." ujar Melody.
"Ga bisa sendiri. Maunya sama lo." balas Alden berlagak manja.
Melody sudah tidak kuat lagi. Ia menahan rasa kesal sekaligus rasa gugupnya. Spontan, Melody melempar saputangan itu ke wajah Alden.
"Hahahaha becanda sayang." ujar Alden cengengesan.
Melody terdiam. Dia mengatur napas dalam. Menetralkan gejolak yang ia rasakan.
Aldeeenn!!-teriak Melody dalam hatinya. Sepertinya hati Melody sudah tidak normal lagi.
.
.
.
.See you next part 😉
KAMU SEDANG MEMBACA
ALDEN
Teen Fiction[SELESAI] Melody Kevinda Purnama. Gadis cantik juga pintar yang bersekolah di SMA PANCASILA di Bandung. Siapa sangka ia harus berurusan dengan seniornya karena telah membuat seniornya marah. Tidak lain adalah Alden Putra Wijaya. Seorang most wanted...