Bagian 19

5.6K 311 19
                                    

Plak!


Satu tamparan keras berhasil mendarat di pipi Alden. Alden mendesis. Sakit. Tapi Alden mengabaikan rasa sakitnya.

"CUKUP ALDEN! JAGA MULUT KAMU! Erika yang ngelahirin kamu!! Harusnya kamu bersyukur." ujar Wijaya dengan tangan bergetar. Ya. Wijaya menampar Alden.

"Cih. Alden gak pernah minta dilahirin. Apalagi sama orangtua yang
gak peduli sama anaknya yang sekarat." ujar Alden sambik menahan rasa sesak didadanya.

Hening..

"Alden.. Mama minta maaf nak.. Ma- Mama gak bermaksud seperti itu sama Keysha.. Alden.." ujar Erika terbata.

"Sudah Erika. Biarkan saja dia. Kalo dia bilang bukan anak kita ya sudah. Biarkan dia berbuat semaunya." sela Wijaya.

Deg!

Hati Alden sakit, tapi ia menahan air matanya yang hampir menetes. Tidak. Dia tidak boleh menangis.

Alden berlalu meninggalkan kedua orangtuanya. Dia butuh ketenangan. Ya. Alden melangkahkan kakinya menuju kamar itu.

Aroma vanilla, ciri khas kamar ini.
Kamar dengan nuansa pink. Boneka yang tersusun rapi. Kamar yang sangat berarti bagi Alden. Ya, kamar Keysha. Tempat Alden menenangkan diri.

Dan lagi, Cindy. Mengapa gadis itu datang lagi? Padahal Alden sudah berusaha melupakannya. Dan yang lebih membuat Alden sakit hati. Mengapa orangtuanya hanya melirik Alden jika menyangkut urusan bisnis? Ditambah lagi dengan Cindy?

Sebenarnya keluarga Alden dan Cindy sudah dekat dari dulu. Membangun bisnis bersama. Namun, perusahaan papa Alden mengalami krisis. Sehingga mereka harus menebus kerugian yang besar. Disaat itulah keluarga Cindy datang membantu. Mereka memberikan pinjaman bahkan menanamkan saham yang besar di perusahaan papa Alden. Karena itulah Winata dan Erika merasa berhutang budi ke keluarga Cindy.

LINE!

Dering hp itu membuyarkan lamunan Alden. Ia mengecek hpnya.

Undangan grup.

Ternyata itu adalah grup line yang dibuat Leo.


Leosky_ mengundang anda ke Murid Tampan Bu Melody


Leosky_ : .

Entongtamvan: Iya akang Leo. Bu guru Melody udah masuk grup?

Melodyyy_: Udah kok

Entongtamvan: Ashiaaapp

Bagassky_: Yo watsap. Anjir nama lu apaan tuh tong? Pake embel tamvan segala. Ganti sana.

Entongtamvan: Ye. Daripada lo gas. Nama kok couple an sama akang Leo.

Bagassky_: Lo kek gak tau hubungan kita aja

Bagassky_: Iya kan akang Leo? 😘

Leosky_: Dih. Amit-amit dah. Kalian ganti nama sana.

Bagasin_aja: Ok

Entongin_aja: Ok (2)

Leosky_: Serah.

Alden hanya membaca sekilas percakapan itu dan kembali menutup aplikasi percakapan itu. Setelah sedikit tenang, Alden segera shalat maghrib dan bergegas mengambil jaket dan kunci motornya. Yap. Alden butuh udara segar dan sedikit hiburan(?).

***

Selesai membersihkan diri, Melody menatap bingkisan koran yang terletak diatas meja belajarnya. Hampir saja ia lupa dengan bingkisan itu. Melody meraih bingkisan itu. Berniat untuk membukanya, namun ketukan pintu menghentikan kegiatan Melody. Reflek, Melody menutup bingkisan itu dengan bukunya.


Tok Tok Tok.

"Melody.. Ini bunda. Buka pintunya." ujar Dinda.

"Iya bun. Masuk aja. Gak dikunci." teriak Melody dari dalam kamarnya.

"Kamu udah mandi? Udah shalat?" tanya Dinda.

"Udah kok bun. Ada apa bun?"

"Nanti Fajar jemput kamu. Mau ajak ke kafe om Bara, adik papa kamu." jawab Dinda.

"Hmm? Emang mau ngapain bun?"

"Ya kamu kan jarang ketemu sama om Bara. Sekalian aja sama Fajar." ujar Dinda.

"Mumpung lagi free oke aja sih bun."

"Oke siap-siap ya. Langsung kebawah aja." sambung Dinda.

"Iya bun."

Setelah memastikan keadaan, Melody kembali meraih bingkisan itu. Perlahan tapi pasti, Melody membuka bingkisan itu.

Coklat?! Ini kan coklat kesukaan Melody!

"Loh. Ini kan coklat yang di supermarket tadi? Berarti coklat ini dari Alden? Tapi.. Gak mungkin. Tapi kalo bukan dari Alden dari siapa lagi? Leo bilang ini bukan dari dia. Kayaknya ini emang dari Alden deh. Mana gak ada surat lagi. Dasar." gerutu Melody.

LINE!

Notifikasi itu berhasil mengalihkan perhatian Melody. Gadis itu meraih ponselnya dan memeriksa notifikasi itu.

Undangan grup? Sepertinya Leo menepati janji untuk membuat grup percakapan tutor mereka.

Murid tampan Bu Melody ? Melody tersenyum setelah membaca nama grup itu. Aya aya wae.

Yang membuat Melody semakin tersenyum adalah tingkah cowok-cowok itu. Dimana-mana selalu bikin ribut. Tapi sebenarnya sikap itulah yang membuat Melody nyaman. Sepertinya benar apa yang dikatakan Nala dan Sophia. Keempat cowok itu memiliki pesona tersendiri.
Hmmm? Termasuk Alden?

LINE!

Lagi, notifikasi lain berhasil mengalihkan perhatian Melody.
Astaga. Betapa terkejutnya Melody setelah membaca pesan. Fajar memberitahu bahwa ia sudah dibawah menunggu Melody. Untung saja Melody sudah selesai mandi dan shalat. Jadi, gadis itu hanya tinggal memakai celana jeans dan hoodie hijau toska kesayangannya, fashion andalan Melody ketika keluar malam. Setelah selesai, dengan sedikit terburu-buru, Melody merias wajahnya tipis dan meraih sling bag. Dan tak lupa coklat pemberian Alden. Akan Melody simpan di kulkas agar tidak meleleh.

"Tunggu gue ya coklat."

.
.
.
.
.
.
V

ote and comment luvv

ALDENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang