Kring,Kring,Kring
Bunyi bel pertanda masuk itu membuat siswa melangkah malas menuju kelas mereka, tak terkecuali Alden cs.
"Gue males ke kelas." ujar Alden saat mereka berada di koridor sekolah.
"Gue juga." balas Bagas.
"Kalian tau kan gimana kejamnya Bu Dian sama kita? ya udah bolos aja yuk." ajak Entong. Alden dan Bagas mengangguk setuju.
"Le lo gimana?" tanya Entong.
"Ya gue ikut kalian lah." jawab Leo.
Mereka berempat memutuskan untuk bolos pelajaran Bu Dian, guru matematika, yang mendapat julukan Bunda Besar itu.
"Al malam minggu besok kita nge-band dimana?" tanya Bagas saat mereka tengah berjalan di koridor kelas XI. Tujuan mereka tak lain adalah kantin sekolah, surga bagi siswa. Padahal mereka baru saja dari kantin.
"Cafe Board." jawab Alden. Ya, mereka berempat memang membuat sebuah band. Alden sebagai vokalis, Bagas sebagi pianis, Leo memegang bass dan Entong sebagai drumer. Dengan band itulah mereka bisa menumpahkan segala keluh kesah mereka. Walaupun terkenal badboy, mereka berempat tidak pernah menjadikan rokok/obat terlarang sebagai pelarian.
Mereka yang sudah biasa mendengar jawaban pendek dari Alden itu hanya membalas dengan anggukan.
Saat hendak berbelok, tubuh Alden ditabrak seorang siswi yang membawa buku. Alhasil buku itu berjatuhan ke lantai dan siswi itu juga ikut jatuh ke lantai.
Tubuh Alden tidak seimbang, Ia bisa saja jatuh jika Bagas tidak menahannya. "Jalan tuh pake mata." sentak Alden. Siswi itu menengadahkan kepalanya ke atas.
"Lo? lo kan yang menabrak gue tadi pagi? Lo punya mata kan? Mata tuh dipake." sambung Alden.
"Kenapa lo diem hah?!" sentak Alden lagi. Dengan tatapan tajam seperti ingin membunuh dan perkataan yang pedas, berhasil membuat nyali Melody ciut. Yap, siswi itu adalah Melody.
Takut. Itulah kata yang dapat menggambarkan keadaan Melody. Baru tadi pagi ia membuat seniornya itu marah dan sekarang ia kembali menyulut emosi seniornya itu.
Sadar akan situasi yang tegang, Leo berusaha menenangkan Alden. Sementara Entong dan Bagas membantu Melody untuk berdiri dan membereskan bukunya yang jatuh.
"Udah Al, dia gak sengaja." bujuk Leo. Alden tak menghiraukan perkataan Leo dan beranjak pergi meninggalkan tempat itu.
"Nama lo siapa?" tanya Bagas.
"Mel- Melody kak." jawab Melody dengan gugup, bahkan tangannya mendingin.
"Hai Melody gue Entong, sahabatnya Alden. Maafin sahabat kita itu yak. Dia mah emang gitu orangnya. Luar aja yang dingin, tapi hatinya baik kok." jelas Entong.
"Iya Mel maklumin aja ya." sambung Bagas.
"Ya- ya udah kak, sa- saya pamit ke kelas dulu." ujar Melody yang masih gemetaran.
"Bye dedek cantik embem." ujar Entong sambil melambaikan tangannya ke arah Melody.
Melody hanya tersenyum kikuk mendengar itu."Gue masih heran kenapa Alden sensi banget kalo sama cewek." ujar Bagas.
"Yee lo kayak kagak tau Alden gimana aja. Kalo urusan cewek mah dia agak sensitif." balas Leo dengan menekankan kata agak.
"Kalo diliat-liat si Melody cantik juga ya." puji Entong. Leo dan Bagas mengangguk setuju mendengar perkataan Entong. Melody memiliki paras cantik dan natural yang disukai banyak cowok.
"Ya udah kita susul Alden aja. gue takut sahabat gue kenapa-kenapa" ajak Leo.
***
Melody melangkah lemah menuju kelasnya. Ia masih ketakutan karna insiden tadi.
"ASTAGA MELODYYYYY!!!!" teriak Sophia yang histeris melihat keadaan Melody.
"Muka lo pucat, lo kenapa? habis darimana?" tanya Nala panik.
"Gu- Gue.." jawab Melody.
"Okay, kita duduk dulu. Mumpung Bu Lastri belum masuk." potong Sophia. Ia cemas melihat sahabatnya itu. Tentu saja!
"Ceritain ke kita kenapa lo bisa kayak gini?" ujar Nala.
Melody menceritakan kejadian itu kepada kedua sahabatnya.
Mulai dari ia yang ke toilet,
disuruh Bu Ani membawakan buku-bukunya, hingga insiden tabrakan dengan Alden, seniornya."Yang sabar ya Mel." ujar Sophia menenangkan Melody.
"Gue gak nyangka kalo kak Alden segitunya sama lo." sambung Nala.
"Udah La, orang temannya lagi butuh dukungan lo malah ngomong itu." ujar Sophia.
"Ya udah tenangin diri lo dulu. Bu Lastri udah di depan tuh." sambung Nala. Benar saja, Bu Lastri sudah menempati meja guru. Melody berusaha menenangkan dirinya sendiri. Jujur, ia takut jika mengingat insiden itu.
***
"Al seharusnya lo gak boleh keterlaluan sama Melody. Dia kan gak sengaja nabrak lo. Lo malah ngebentak dia." ujar Leo yang tengah berjalan menuju meja tempat biasa mereka makan.
Mereka mudah menebak dimana Alden berada. Jika tidak di kantin pasti di rooftop atau sebaliknya.
"Melody?" tanya Alden heran.
"Iya Al, cewek yang nabrak lo itu namanya Melody." jawab Bagas.
"Al, cewek tuh gak boleh dibentak. Kalau dia salah, lo harus ngomong baik-baik sama dia. Karna cewek tuh hatinya lemah." sambung Leo.
Alden terdiam mendengar perkataan Leo. Sebenarnya, Ia sendiri tidak tahu kalau ia bisa semarah itu kepada siswi yang bernama Melody itu.
Kenapa gue kayak gini sih? - batin Alden.
Vote dan commentnya ditunggu ya(!)❤

KAMU SEDANG MEMBACA
ALDEN
Teen Fiction[SELESAI] Melody Kevinda Purnama. Gadis cantik juga pintar yang bersekolah di SMA PANCASILA di Bandung. Siapa sangka ia harus berurusan dengan seniornya karena telah membuat seniornya marah. Tidak lain adalah Alden Putra Wijaya. Seorang most wanted...