happy reading semua!🤗
FOLLOW YUK SEBELUM MEMBACA.
***
Malam ini, dimalam yang sunyi, ditemani oleh sepi. Gadis itu tengah melamun dibalkon kamarnya. Hatinya masih sakit akibat makian yang ia terima sejak siang tadi, apalagi didepan banyak orang. Pikirannya kacau, dan mentalnya down. Ia tak pernah membenci siapapun, namun kenapa semua orang benci padanya?
Apa yang telah ia perbuat?
Apa dirinya jahat pada mereka?
Bahkan, kenal saja tidak.
Yang bisa Hazzfa lakukan hanya lah diam. Pura-pura tegar seolah semuanya baik-baik saja, seolah ia tidak punya masalah di dunia ini. Tapi kenyataannya? Ah sudahlah.
Air matanya mulai menetes, membasahi pipi mulusnya. Apakah ia akan kuat menjalani semua ini ke depannya? Bagaimana jika ia lelah dan terus menyerah? Ya tuhan! Tolong jemput Hazzfa untuk bertemu dengan ayah dan bunda, agar Hazzfa tahu bagaimana rasanya bahagia lagi.
Bahu gadis itu bergetar hebat, ia merengkuh tubuhnya sendiri dilantai dingin itu. Menangis sejadi-jadinya dibawah sinar bulan dan hiasan bintang. Bahkan langit seolah tahu bahwa dirinya sedang rapuh, serapuh-rapuhnya, sinar bulan dan hiasan bintang itu tergantikan oleh hujan yang mengalir deras seperti air matanya saat ini.
Dingin.
Satu kata yang Hazzfa rasakan saat ini. Namun ia tak peduli, sedingin apapun itu, ia hanya ingin menumpahkan tangisnya didalam pelukannya sendiri. Menangis seorang diri dengan tersedu-sedu dan mulut yang terus meracau memanggil Ayah dan Bunda.
Hazzfa rindu, Haffaz-nya yang dulu. Rindu dengan Haffaz yang selalu menuruti apapun yang ia mau, bermain biang lala bersama, dan masih banyak lagi yang ia lakukan saat Haffaz-nya belum berubah seperti sekarang.
Ia ingin sekali meninggalkan lelaki itu, tapi ia tak bisa. Dirinya sangat sayang pada Haffaz-nya, walaupun kini sudah berubah, walaupun kini ia... direndahkan.
"Ya allah, cantiknya bidadari hatiku"
"Kamu itu cuma punya aku, bukan yang lain. Itu kenapa sebabnya aku egois ngga bolehin kamu dekat dengan cowok lain selain aku,"
Tangisannya semakin menjadi-jadi, dan kenangan manis itu terasa pahit sekarang. Kenangan manis yang sekarang tidak berarti apa-apa untuknya.
Ia ingin marah, tapi tak bisa. Bahkan untuk menegur kesalahan Haffaz saja ia tak berani. Dirinya ingin sekali menghilang dari bumi. Capek, lelah, tapi harus dipaksa tidak menyerah oleh keadaan. Ia hanya ingin merasakan kebahagiaan lagi apa dirinya salah? Kebahagiaannya telah direnggut sejak 2 tahun lalu. Warna di hidupnya suram semenjak kepergian ayah dan bunda-nya.
Ketika ia baru masuk sekolah, Haffaz datang menghibur dirinya, datang disaat yang tepat, tapi sekarang? Bahkan Hazzfa saja tidak mengenal Haffaz yang dulu.
"Lo itu pembawa sial, cuma bisa nyusahin! Cewek miskin kayak lo ga pantes ada disekolah ini!"
"Gue? Jalan berdua bareng lo? Yang ada disangka majikan sama pembantu lagi. Mau lo dikata pembantu?"

KAMU SEDANG MEMBACA
Everything Is Fake
Novela JuvenilBagaimana jika jadinya aku hanyalah butiran debu bagi kamu yang benar-benar batu? Butiran debu yang hanya di lewatkan dan tidak di pedulikan. Bagaimana jika jadinya aku tetap mencintaimu walaupun sikapmu berbanding terbalik denganku? Apa aku harus m...