"Beberapa dari kita berpikir bahwa bertahan itu kuat, tapi terkadang itu berarti melepaskan"
"Gue mau, lo balik sama gue"
Deg
Detak jantungnya seakan berhenti saat itu juga, hatinya seperti mati rasa karena sudah di perlakukan seenaknya oleh lelaki itu. Entahlah, apa dirinya sudah tidak cinta lagi? Tapi tidak segampang itu bukan, untuk melupakan semuanya? Ah, memikirkannya saja sudah membuat pikirannya kacau.
Perlahan ia membalikkan tubuhnya, melepaskan jari-jari kekar yang melingkar di lengannya untuk menahan dirinya. Tersenyum ke arah lelaki itu bukan lah hal yang mudah, namun yang ia tunjukkan bukan senyuman manis seperti biasanya, hanya senyuman miris yang menyiratkan banyak luka seolah-olah ia sudah lelah dengan semuanya.
Bertahan 1 tahun tanpa di hargai adalah hal terburuk yang pernah ia lakukan, hal yang paling bego baginya. Entahlah, mati rasa mungkin.
"Maaf, aku ngga bisa"
Satu kalimat yang membuat Haffaz menahan emosinya. Mengapa gadis itu tidak ingin kembali padanya? Apasih kurang nya? Dirinya tidak jelek-jelek amat, kaya sudah tentu, namun mengapa gadis itu menolak mentah-mentah ajakannya? Pikirnya.
Ia sebisa mungkin menahan amarahnya, jujur saja ada keinginan untuk menyudahi semua drama yang ia permainkan ini, namun ego-nya sangat tinggi, hati di kalahkan dengan ego, dan kalian pasti tahu bagaimana selanjutnya?
"Kenapa?"
Satu kalimat itu juga yang membuat Hazzfa menunduk dalam-dalam menahan air matanya. Ingin sekali rasanya ia menumpahkan apa yang ia pendam selama ini pada Haffaz, tapi itu tak mungkin baginya.
Beberapa dari kalian pasti berpikir bahwa bertahan itu kuat, tapi untuk Hazzfa, itu berarti melepaskan.
"Aku balik sama kamu, apa kamu juga akan balik sama aku?"
"Maksud lo?" tanya Haffaz, tak mengerti.
Hazzfa hanya menahan air matanya yang hendak keluar, ada ragu di dalam hatinya untuk mengatakan ini semua, tapi... baiklah.
"Kamu minta buat aku balik ke kamu kan?"
"Tapi apa kamu bakalan balik ke aku? Balik menjadi kamu yang dulu bukan yang sekarang, balik menjadi pendamping aku yang baik bukan yang buruk kayak sekarang Faz."
"Aku ngga pernah minta lebih Faz, sama kamu. Aku cuma minta, kamu balik ke Haffaz yang dulu, Haffaz yang aku kenal, Haffaz yang sayang sama aku,"
"Apa kamu pernah mikir, gimana kesepiannya aku, gimana sakitnya aku, perihnya aku, kamu ngga pernah tau! Karena kamu sibuk sama dunia kamu! Kamu sibuk menilai aku sebagai jalang,"
"Padahal ngga,"
"Aku ngga mungkin ngelakuin itu semua cuma karena uang! Dan kamu ngga pernah mikir, kenapa aku masih bertahan saat udah kamu sia-siakan,"
"Kamu mau tau alasannya?"
"Karena aku belajar untuk melepaskan kamu perlahan Faz,"
"Afa..."
Nama panggilan yang sudah berbulan-bulan tidak Hazzfa dengar itu membuat hatinya berdenyut sakit. Mengapa baru sekarang? Mengapa lelaki itu harus ingat panggilan yang ia buat untuk dirinya?
"Maaf Faz, aku ngga bisa balik sama kamu"
Satu kalimat yang sangat menyakitkan.
Apakah ini yang sering di rasakan Hazzfa saat dirinya menolak mentah-mentah gadis itu? Entah dari ajakannya, makanannya ataupun yang lainnya. Ah, mungkin ini belum seberapa sakitnya dengan di hina dengan sebutan jalang dan sebagainya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Everything Is Fake
Teen FictionBagaimana jika jadinya aku hanyalah butiran debu bagi kamu yang benar-benar batu? Butiran debu yang hanya di lewatkan dan tidak di pedulikan. Bagaimana jika jadinya aku tetap mencintaimu walaupun sikapmu berbanding terbalik denganku? Apa aku harus m...