"Semesta memaksaku untuk mengikhlaskan lagi dan lagi. Padahal aku tidak siap akan hal itu."
***
Tim Sar, pencari jatuhnya pesawat Air Atlanta 87B kini telah menemukan puing-puing sayap pesawat yang telah menghitam akibat ledakan yang terjadi. Hanya beberapa mayat yang berhasil ditemukan.
Jam menunjukkan pukul 00.00 malam, tim sar menemukan seorang wanita yang mengambang diatas puing pesawat yang memang masih utuh sambil memeluk salah seorang laki-laki.
Dengan sigap, mereka menolong keduanya. Tapi naasnya, mereka dipisahkan.
Hazzfa yang sadar akan itu, ia berbalik, menangis sambil menohon kepada tim pencari agar dirinya tak dipisahkan oleh Haffaz.
Lamanya Hazzfa memohon meminta untuk tidak dipisahkan, akhirnya tim pencari menuruti permintaan gadis itu. Dengan cepat, mereka berdua dilarikan kerumah sakit. Dan harapan Hazzfa, semoga kekasihnya masih bisa terselamatkan, jika memang membutuhkan pendonor ginjal, Hazzfa siap untuk itu.
Sesampainya dirumah sakit, Hazzfa dilarikan diruang rawat inap. Sedangkan Haffaz, kini dilarikan ke ruangan ICU untuk ditindak lanjuti.
Salah satu dari tim sar menemukan keluarga dari korban laki-laki, dann dengan segera mereka menelponnya.
Keluarga Haffaz serta sahabatnya kini telah berada dirumah sakit, tempat dimana sepasang kekasih itu dilarikan.
Tentu saja, Resa, Reno dan Nayla paling terpuruk mendengar kabar jatuhnya pesawat Air Atlanta 87B. Resa menangis sejadi-jadinya saat melihat anak laki-lakinya terbaring lemah, apalagi dengan Haffaz yang hanya hidup dengan satu ginjal.
"Pa... Mama ngga sanggup!" ucap Resa dengan bibir bergetar.
"Kita tunggu dokter ya ma," balas Reno berusaha menenangkan istrinya, walaupun ia juga berusaha payah untuk tidak menangis.
Raka, Zidan juga Farel, mereka hanya terdiam. Tapi tetap saja, hatinya serasa diinjak-injak saat mendengar kabar buruk seperti ini. Raka berfikir, rasanya ingin sekali ia menggantikan posisi sahabatnya saat ini. Karena bagi Raka, walaupun Haffaz bodoh, tetap saja ia sahabatnya.
Dokter keluar dengan wajah pasrah, membuat mereka semuanya semakin penasaran apa yang terjadi.
"Dok... Gimana keadaan anak saya?" tanya Resa yang tak sabar ingin mendengarnya.
"Gimana dok?!"
"GIMANA KABAR ANAK SAYA DOKTER?!!"
Dokter itu menghela nafasnya. "Maaf sebelumnya, anak ibu tidak tertolong, akibat ginjalnya sudah rusak. Apalagi dengan kondisi anak ibu yang hanya hidup dengan satu ginjal, itu sangat berakibat fatal"
"Maaf, kami sudah berusaha semaksimal mungkin,"
Dokter itu meninggalkan keluarga korban, dan Resa terjatuh kelantai dengan air mata berderai, juga Reno yang tak bisa lagi menahan air matanya. Hatinya hancur, jantungnya berdetak dua kali lebih cepat dari biasanya. Mereka kehilangan anak laki-lakinya, anak laki-laki yang sering mereka banggakan.
"P-pa..."
"Anak kita..."
Sahabatnya yang tak lain adalah Raka, Zidan dan Farel mereka menangis sejadi-jadinya saat melihat tubuh Haffaz ditutup oleh kain putih. Mereka juga kehilangan sababatnya, sahabatnya yang paling bisa mengerti mereka, tapi sekarang... mereka telah kehilangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Everything Is Fake
Teen FictionBagaimana jika jadinya aku hanyalah butiran debu bagi kamu yang benar-benar batu? Butiran debu yang hanya di lewatkan dan tidak di pedulikan. Bagaimana jika jadinya aku tetap mencintaimu walaupun sikapmu berbanding terbalik denganku? Apa aku harus m...