EVERYTHING IS FAKE | 41

903 95 22
                                    

"Aku hidup dengan satu ginjal,"

Perasaannya hancur seperti disambar petir, satu tetes air matanya jatuh membasahi pipinya. Dalam hati ia berharap bahwa ini adalah kebohongan. Dalam hati ia terus berdoa agar semua ini hanya mimpi yang tak Mungkin menjadi kenyataan.

Ia menghadap laki-laki disebelahnya dengan air mata yang sudah deras. Dirinya menggelangkan kepalanya, berharap kalau semua ini tidak nyata.

"Bilang, kalo semua ini ngga nyata kan?" tanya gadisnya dengan air mata berderai.

"HAFFAZ!"

"Bilang sama aku kalau semua ini ngga nyata!"

"Bilang Faz" ucapnya melemah.

Gadis itu menunduk menutup wajahnya dengan kedua tangannya, dan dengan cepat Haffaz memeluk gadisnya dari samping. Dan kini, untuk kesekian kalinya lagi, ia membuat air matanya jatuh.

Ia merasa sangat buruk menjadi seorang kekasih, ia merasa sangat tak pantas jika bersanding dengan gadisnya, tapi apa boleh buat ketika takdir sudah berbicara?

Hatinya sakit, ia menahan air Matanya agar tak jatuh, ia tak ingin terlihat lemah didepan gadisnya.

"Semua ini nyata, Fa"Tangisan gadis itu semakin menjadi, ia sesegukan didalam pelukan kekasihnya.

YA TUHAN!

Mengapa disaat ia berada disampingnya, justru Tuhan malah menjauhkannya?

"Kenapa Faz? Kamu ngga Mungkin sekuat ini hidup dengan satu ginjal,"

"Kamu bohong!"

Haffaz menangkup wajah cantik serta sembab dimata gadisnya itu, ia berusaha tersenyum walaupun kini ia menahan rasa sakit yang tak kunjung henti ditubuhnya.

"Aku berkorban, demi satu wanita yang aku cintai,"

"S-siapa?"

Ia kembali tersenyum kehadapan gadisnya.

"Kamu,"

Nafas gadis itu tercekat, ia melepaskan tangan Haffaz dari dirinya, menangis sesegukan dengan menutup mulutnya agar tak mengeluarkan suara. Apa katanya? Haffaz berkorban untuk dirinya? Sejak kapan Haffaz mendonorkan ginjal untuknya? Bahkan ia sama sekali tak punya penyakit itu.

"Kamu pasti ngga ingat," ujar Haffaz.

Ia menghadap Hazzfa sambil menghapus air mata gadisnya.

"Don't cry,"

"Kamu ingat, saat dulu ketika kamu masih kecil, ada satu orang anak laki-laki yang selalu menemani kamu saat kamu sedih,"

"Anak laki-laki itu selalu bilang 'Kalo udah besar, kamu harus jadi pacar aku agar aku selalu menjaga kamu'."

"Dia selalu bahagia, melihat kamu bahagia. Begitupun dengan sebaliknya, ketika kamu sedih, dia juga ikut sedih. Tapi, dia terus berusaha agar kamu tersenyum lagi. Karena dia sudah berjanji kepada dirinya sendiri, bahwa dia akan selalu ada disamping kamu,"

Hazzfa mencerna setiap kata yang dibicarakan oleh kekasihnya, tapi tetap saja air mata itu jatuh dan terus terjatuh. Dan laki-laki itu menghembuskan nafasnya sebelum melanjutkan ucapannya.

"Tapi anak laki-laki itu berbohong, dia lalai menjaga gadisnya dan bahkan dia ngga bisa bahagiakan gadisnya. Justru, yang dia beri cuma rasa sakit yang terus membuat gadisnya depresi,"

Seketika kepalanya pusing, bayang-bayang masa lalu kembali kedalam pikirannya. Ia menahan rasa sakit itu dengan sekuat tenaganya. Bayangan itu, ingatan, dan kenangannya, satu persatu kembali.

"Shhh!"

"Fa? Fa, kamu ngga papa?!"

"S-sakit,"

Ia memengangi kepalanya dengan dibantu oleh Haffaz.

"Kamu ngga boleh sedih, kan kamu perempuan kuat!"

"Aku sahabat kamu, jadi kalo kamu sedih aku juga sedih,"

"Kamu ingin berbagi rasa sakit denganku?"

"Iya, I love u"

"HAZZFA CANTIK PUNYA AKU!"

"Kalo sudah besar kamu mau menikah dengan aku? Agar kamu tidak kesepian lagi,"

"Hazzfa! Kamu kenapa? Apa yang sakit? Mari berbagi denganku,"

"Aku selalu minta sama Tuhan, agar rasa sakit itu berpindah kedalam diri aku,"

Ia mendongak menatap kedua manik mata hitam milik kekasihnya dengan sendu, air matanya jatuh. Di dalam pesawat ini, tak ada senyuman lagi, hanya ada tangisan dan pertanyaan 'Mengapa aku baru mengingatnya sekarang?'.

"A-apa aku lupa ingatan?" tanya-nya dengan bibir bergetar.

Haffaz mengangguk membernarkan. Ia bahagia, sangat bahagia ketika gadisnya bisa mengingat semua tentangnya di masa lalu. Tapi disisi lain, ia sangat sedih karena telah membuat gadisnya menangis lagi dan lagi.

"K-kamu,"

Gadis itu meraih wajah Haffaz dengan tangan bergetar, rasanya ia ingin memeluk laki-laki itu dengan erat dan tak ingin terlepas.

"Ya, aku sahabat kamu, sekaligus kekasih kamu" jawab Haffaz melanjutkan ucapan yang tertunda yang ingin diucapkan oleh gadisnya.

"Haffaz..." gadis itu langsung bersandar pada Haffaz. Menumpahkan segala tangisan serta rasa sakitnya disana. Ia ingat, ia sangat ingat dengan anak laki-laki kecil yang sering sekali mengajaknya bermain serta membuatnya bahagia. Tapi dirinya bingung, siapa anak laki-laki tersebut. Dan inikah jawabannya?

Ginjal? Ah, ia ingat sekarang. Saat waktu dimana ayah dan ibunya kecelakaan hanya dia yang terselamatkan. Tapi sayangnya, salah satu ginjalnya rusak dan jika tak ada pendonor maka akan berakibat fatal untuk dirinya.

"Kenapa Faz? Kenapa kamu ngga biarin aku mati saat itu?"

"Kenapa kamu korbanin satu ginjal kamu untuk gadis seperti aku? Kenapa Faz?!"

"Karena aku ngga mau kehilangan kamu," jawab Haffaz dengan air mata yang sudah jatuh berkali-kali membasahi wajahnya. Ia tak sanggup menahan diri. Ia ingin memeluk gadisnya. Andai saja ia punya kekuatan untuk menghentikan pesawatnya, ia pasti sudah akan memeluk gadisnya dengan kasih sayang yang tulus.

"Dan sekarang, aku yang bakal kehilangan kamu,"

Hujan deras turun bersamaan dengan kesedihan sepasang kekasih itu, petir terus menyambar setiap detiknya.

Pesawat itu berbelok menajam tiba-tiba, membuat para penumpang terkejut. Hujan deras, serta gumpalan awan hitam berada disekeliling pesawat yang mereka naiki. Haffaz memeluk erat gadisnya sambil meramalkan doa, dan juga Hazzfa yang terus mengucap lafadz Allah berulang kali.

Awan cumulonimbus adalah awan berbahaya. Pesawat itu kini telah terperangkap diawan yang berbahaya tersebut. Terlebih lagi hujan yang semakin deras juga petir yang setiap detiknya menyambar.

"Peluk aku yang erat Fa," ucap Haffaz disela-sela ia menghirup oksigen yang sudah tersedia dipesawat untuk para penumpang. 

Tuhan,

Seperti permintaan ku saat itu,

Abadikan lah cinta kita berdua.

Jika aku berpisah dengannya,

Tolong, jangan pernah ada lagi air mata yang menetes di wajah cantiknya.

_____

bentar lagi end nihhh xixi
jadi menurut kalian happy end or sad?

sampai jumpa dichapter selanjutnya ❤️

Everything Is Fake Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang