"WOY ANAK SIALAN! KALO BERANI KE LAPANGAN LAWAN GUE! JANGAN JADI PENGECUT LO BANGSAT!"
Teriakan itu membuat para siswa-siswi menoleh tepat dibelakang mereka. Seorang wanita yang dengan santainya meneguk air mineralnya sambal berkacak pinggang dengan wajah menantangnya. Siapa lagi jika bukan Gazbiya Narendra. Cewek pemberani yang selalu membela sahabatnya. Siapa yang berani mengganggu sahabatnya, harus berhadapan dulu dengan dirinya. Bahkan Biya pun tak ingin welcome dengan teman-teman yang lainnya. Ya karena memang mereka itu mulutnya suka jahat!
"Apa lo pada ngeliatin gue begitu hah?! Pen gue hantem lo?!"
"BUBAR KALIAN! NGGA GUNA!"
"GUE BILANG BUBAR YA BUBAR BEGO!"
Mendengar teriakan Biya yang sangat mengerikan, seluruh siswa yang berkerumunan bubar dalam detik itu juga. Dan Biya berjalan angkuh kearah Selin dkk yang menatapnya dengan tajam.
"Keren banget adegan namparnya bro! Salut gue!" ucap Biya yang tersenyum ramah pada Selin.
"Bagus lo nampar dia, tampar lagi aja gue dukung, gue juga muak!"
Tentu saja, ucapan Biya membuat hati Hazzfa sakit. Ada apa dengan Biya? Mengapa Biya berbicara seperti itu pada Selin? Apakah kebaikan Biya selama ini hanya tipuan semata? Ya Tuhan! Banyak sekali pertanyaan di pikirannya.
Sama halnya dengan Haffaz, Rakaz Zidan dan Farel. Setau mereka, Biya adalah teman baiknya Hazzfa, tapi kenapa sekarang cewek itu terang-terangan membela Selin yang sudah menampar sahabatnya sendiri?
Dan berbeda untuk Selin. Ia tengah tersenyum puas kali ini. Mungkin pikirnya, Biya telah membenci Hazzfa dan ingin bergabung dengan geng-nya. Mungkin begitu?
"Wait. Kenapa lo dukung gue begini?" heran Selin.
"Ya karena gue muak,"
"Sama dia?" tunjuk Selin ke arah Hazzfa yang sedang menatap Biya dengan tatapan kecewa.
Ia hanya menganggukan kepalanya seraya tersenyum miring pada Selin. Jujur saja, hati Biya sakit saat mendapatkan tatapan kecewa dari gadis itu. "Kenapa lo ngga tampar dia lagi? Gue nunggu padahal,"
"BIYA!" tegur Raka menahan amarahnya.
"Stt! Lo diem aja," sergah Biya pada Raka.
"Lanjutkan Selin,"
Selin membalikkan tubuhnya dan tersenyum kemenangan pada Hazzfa yang masih tak percaya dengan apa yang ia lihat dan ia dengar. Selin mengangkat tangannya yang hendak menampar Hazzfa yang sudah menunduk memejamkan matanya. Namun beberapa saat tidak ada tamparan yang mendarat di pipi mulusnya. Hanya ada ringisan kesakitan yang ia dengar, dan ia tahu siapa pemilik suara itu.
Hazzfa mengangkat kepalanya, ia terkejut dengan apa yang terjadi di depannya. Biya yang tengah menarik kuat rambut panjang Selin, membuat wanita itu meringis kesakitan. Hazzfa menoleh kearah Biya dengan tatapan bingung, berbeda dengan Biya yang malah menaik-turunkan alisnya.
"Apa ini miskah?!" celetuk Zidan dengan cengonya.
"Itu pura-pura mungkin, miskah" sahut Farel.
"Lo ngapain make miskah juga?!"
"Yakan lo juga make miskah!"
Keduanya sibuk berdebat akibat kata miskah. Haffaz dan Raka masih menatap ciwi-ciwi di depannya ini. Bahkan Haffaz pun tak peduli saat Selin dijambak kuat oleh Biya.
"Bi..." panggil Hazzfa.
"Tenang aja Fa, yang tadi cuma bohongan kok. Ini mak lampir perlu dikasih pelajaran!" ucap Biya menekankan kata 'mak lampir'
KAMU SEDANG MEMBACA
Everything Is Fake
Roman pour AdolescentsBagaimana jika jadinya aku hanyalah butiran debu bagi kamu yang benar-benar batu? Butiran debu yang hanya di lewatkan dan tidak di pedulikan. Bagaimana jika jadinya aku tetap mencintaimu walaupun sikapmu berbanding terbalik denganku? Apa aku harus m...