EVERYTHING IS FAKE | 11

2.5K 197 9
                                    

"Jangan sampai menyerah kalau kamu masih sanggup mencoba, jangan sampai berpisah kalau kamu masih mencinta."

Kedua gadis itu sedang berkeliling mall, mencari barang-barang yang cocok untuk mereka. Entahlah apa yang di cari, yang terpenting bawa duit walaupun sedikit hahaha.

Dengan Hazzfa yang berada di toko buku, dan Biya yang berada di toko tas-tas branded. Kedua gadis itu memiliki kualitas barang yang berbeda memang, Hazzfa yang menyukai barang sederhana, Biya yang suka mengoleksi barang branded. Menurut Hazzfa, sederhana saja sudah membuat dirinya bahagia, dan kalau kata Biya, dirinya hanya ingin mengoleksi barang branded itu di lemarinya, kasian kosong, gitu katanya.

Hazzfa dan Biya berpisah di tokonya masing-masing, Hazzfa sibuk dengan novel yang ia incar di atas sana, sangat tinggi dan tidak sampai untuk tubuhnya yang sekecil kurcaci ini. Bagaimana cara mengambilnya? Ah, Hazzfa bingung sekali, andai saja Biya tak sibuk mengoceh ingin ke barang branded, pasti sekarang bukunya sudah di ambilkan oleh gadis itu.

Ia terus meloncat-loncat, berusaha untuk menggapai novel tersebut. Namun naas, novel yang ia incar sudah di ambil lebih dulu oleh orang lain. Sangat kesal rasanya.

"Nih,"

Bentar-bentar...

Kenapa orang ini mengasih novel pada dirinya?

"Ini novel yang lo mau kan?"

Hazzfa hanya menganggukkan kepalanya.

"Yaudah ini, gue ambilin"

"Ma-makasih,"

Lelaki itu terkekeh saat Hazzfa sangat gugup bicara padanya, emangnya dia rentenir apa? "Kaku amat lo kayak gagang sapu,"

Nih cowok ngga jelas ye wkwk.

"Kenalin," ucap lelaki itu mengulurkan tangannya.

Hazzfa bingung, haruskah ia membalas uluran tangan itu? Ia masih ingat jelas apa kata Haffaz padanya 'kalo ada cowo yang mau kenalan, diemin aja ya'

Jujur saja, ia sangat takut menyakiti hati Haffaz tapi, lelaki itu saja tak peduli padanya, bahkan sesakit apapun dirinya ia tak peduli.

Hazzfa membalas uluran tangan itu dengan hati-hati.

"Danu,"

"Hazzfa,"

"Cantik" celetuk Danu yang memandangi wajah indah gadis itu.

Hazzfa menatap tak percaya pada lelaki di depannya ini, bisa-bisanya baru kenal udah mau menggoda. "Makasih, kalo gitu gue duluan ya,"

Danu hanya menganggukkan kepalanya memberi jalan untuk membiarkan Hazzfa pergi dari lorong novel itu. Dirinya tersenyum saat melihat wajah mungil wanita itu, cantik memang.

Hazzfa keluar dari toko buku itu dengan berjalan cepat menuju tempat dimana Biya membeli barang-barang branded yang ia koleksi di rumahnya.

Jenjang kaki mulusnya memasuki toko tas-tas branded yang sangat mahal dan terkenal. Ah, jujur saja, insecure rasanya.

Everything Is Fake Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang