PART - 37
Selin menatap sekeliling Caffe itu, saat ia melihat seorang laki-laki sedang duduk sendiri ia langsung mengedipkan matanya ke arah lelaki itu sebagai kode.
"Woi! Ngapain lo kedip-kedip mata?" heran Hazzfa, bertanya.
"Kelilipan,"
"So, siapa dalang dibalik semuanya?"
Selin menaikkan pandangannya menatap Hazzfa dengan perasaan ragu, ia hanya takut kenyataan itu akan menyakiti Hazzfa ebih dalam lagi. Karena selama ini, luka yang ia berikan kepada gadis itu terlalu dalam hingga membuat gadis itu meninggalkan kota kelahirannya, juga laki-laki yang 'mencintai' nya dan di 'cintai' nya.
"Lo yakin?"
"Yakin,"
"Orang itu adalah tante lo sendiri,"
Seketika dada Hazzfa sesak, matanya menatap Selin tak percaya, namun saat ia menatap mata gadis itu, ia tak dapat menemukan kebohongan.
Nafasnya tercekat, ia menggelengkan kepalanya. Satu tetes air mata jatuh dipipinya. Inilah yang tak ingin Selin lihat lagi, Hazzfa bukan gadis jahat, melainkan gadis baik yang suka dibodohi oleh orang-orang disekitarnya.
"Ngga mungkin! Tante gue ngga mungkin sejahat itu!"
"Ngga ada yang ngga mungkin di dunia ini Fa!"
"Kenapa lo nuduh tante gue Lin? Kenapa hah?!" bentak Hazzfa dengan mata memanas.
"Gue ngga nuduh, itu kenyataan! Perusahaan tante lo dibawah kendali perusahaan bokap Danu!"
"Tante lo mungkin terpaksa ngelakuin semuanya, karena bisa aja Danu ngadu yang ngga-ngga sama bokapnya, dan kalo itu terjadi perusahaan tante lo bakal dikendalikan selamanya dengan bokap Danu,"
"Dan itu ngebuat keluarga gue down pastinya! Karena bokap gue kerja di perusahaan Tante lo, maka dari itu, Tante lo manfaatin gue"
"Lo harus percaya, Fa!"
Penjelasan yang keluar dari mulut Selin membuat hatinya remuk seketika. Ya Tuhan... masalah apa lagi ini? Setega itukah Tante-nya kepada Hazzfa?
Cinta yang dulu ia banggakan ternyata bukan hancur karena adanya orang ketiga, tapi hancur karena adanya rencana jahat dibalik semua ini.
"Kenapa lo ngga bilang, Lin?!" tanya Hazzfa dengan nafas yang memburu.
"Karena gue ngga mau liat keluarga gue kelaparan akibat kejahatan Tante lo, Fa! Dia bersekongkol cuma karena agar lo bisa nikah sama Danu dan hartanya semua jadi milik lo! Itu yang Tante lo mau, Fa"
"Gue calon tunangan Danu, Lin. Seminggu lagi, gue bakalan sah jadi tunangannya." ucapnya melemah.
"Tunangan? Gue ngga salah dengar kan Fa?"
Hazzfa hanya menggelengkan kepalanya sebagai jawaban.
"Terus gimana sama Haffaz, Fa? Gimana sama nasibnya?!"
"DIA CINTA SAMA LO, LIN!"
"DIA NGGA CINTA SAMA GUE! LO TAU ITU SELIN!"
"Dia cuma cinta sama lo, Hazzfa. Dia hanya berpura-pura karena dia ngga mau liat lo hancur ditangan gue."
"So, disini lo yang jahat Lin!" ucapnya dengan sangat menusuk.
"Iya, gue jahat Fa. Jahattt banget! Tapi, gue ngelakuin semua ini demi keluarga!"
"Lo bakal serba salah kalo jadi gue, Fa"
"Lo pasti akan memilih keluarga!"
Ia menjambak rambutnya, pikirannya kacau, hatinya sesak seperti ditusuk oleh pisau berkali-kali. Lagi dan lagi, seseorang yang ia percaya telah menyakitinya. Seseorang yang ia kira melindunginya ternyata punya rencana jahat untuknya.
Ia pergi berlari ke toilet Caffe itu, dan Selin dengan cepat memberi kode kepada lelaki yang memakai jaket serta topi hitam.
Hazzfa berdiri didepan kaca toilet, menatap dirinya sendiri. Ia menangis sejadi-sejadinya,hatinya begitu sakit mendengar kenyataan ini. Ternyata, ia dipindahkan ke Negara ini hanya agar ia bisa mengambulkan permintaan Tantenya dan dirinya dipisahkan dari laki-laki yang sangat ia cintai.
Aku disini, merindukan mu dengan tangisan yang tak pernah berhanti setiap harinya.
Dan berharap kamu menjemput ku.
Ia menyesal, ia salah paham atas kejadian semua ini. Mengapa baru terbongkar sekarang Tuhan? Bagaimana caranya agar dirinya bisa bertemu dengan Haffaz? Ia butuh pelukan laki-laki itu, ia butuh ketenangan dari orang yang ia cintai.
"Haffaz..." panggilnya dengan nada bergetar.
"Aku disini,"
Sontak, Hazzfa menoleh kebelakang. Tangisannya semakin menjadi saat Haffaz membuka topinya, dan Hazzfa berlari memeluk lelaki itu dengan rindu yang telah menggebu dihatinya. Isakan tangisnya membuat hati Haffaz sakit mendengarnya. Dengan sayang, ia mengelus rambut hitam milik gadisnya.
"Haffaz, maaf" ucap Hazzfa yang masih berada dalam pelukannya.
"Sttt! Harusnya aku yang minta maaf ke kamu,"
"Kangennn," rengek Hazzfa dengan manja.
"Aku juga, sayang"
"Kamu baik-baik aja kan?" tanya Haffaz sambil mengusap air mata yang ada dipipi gadisnya.
"Mau mati,"
Ia terkekeh kecil mendengarnya, lalu memeluk gadisnya kembali dengan perasaan cinta dihatinya.
"Kalo mau mati, harus bareng-bareng" bisiknya.
Hazzfa mendongak menatap manik mata hitam legam milik Haffaz. "Kok gitu?"
"Biar cinta kita abadi selamanya,"
KAMU SEDANG MEMBACA
Everything Is Fake
Teen FictionBagaimana jika jadinya aku hanyalah butiran debu bagi kamu yang benar-benar batu? Butiran debu yang hanya di lewatkan dan tidak di pedulikan. Bagaimana jika jadinya aku tetap mencintaimu walaupun sikapmu berbanding terbalik denganku? Apa aku harus m...