sebelumnya aku saranin deh, baca Chapter ini sambil dengerin lagu 'I LOVE YOU' dari Billi Eilish
yuk di coba, ngena banget deh🥺
***
"Kehilangan yang paling menyakitkan adalah kematian. Tak peduli seberapa besar kamu merindukannya, ia tak akan pernah kembali lagi ke dunia."
-HazzfaNaeema***
Kata-kata yang keluar dari mulut Dokter itu mampu membuat amarah Raka memuncak, matanya kini memerah atas jawaban yang tak sesuai dengan keinginannya. "ANJING! NGGA MUNGKIN! PACAR GUE MASIH HIDUP KAN BANGSAT! maki Raka menarik kerah baju Dokternya.
Haffaz, Farel dan Zidan yang melihat itu menarik Raka menjauh. Mereka tahu, tahu apa yang dirasakan oleh Raka, bahkan kini mereka semua kehilangan sosok Biya yang pemberani. "Ngga gini caranya, Rak!" ucap Haffaz yang mulai kesal.
"Dengar dulu alasan dokter!" lanjut Farel. Dan Raka, lelaki itu hanya bisa terdiam, seketika wajah gadis itu terputar jelas di otaknya. Senyumnya, tawanya, wajah cemberutnya, ia Rindu. Tapi sekarang, yang ia lihat? Hanya gadis yang terbaring lemah dengan wajah pucat seperti tak ada kehiudpan lagi.
"Maaf, kami tidak dapat menyelamatkan nyawa anak bapak\ibu. Kami sudah berusaha semaksimalnya, pasien tidak tertolong karena kehabisan darah, dan apakah benar pasien mempunyai penyakit Leukemia?" ucap Dokter itu bertanya.
Kedua orang tua Biya mengangguk, membenarkan ucapan dokter itu. Bahkan mereka semua terkejut saat mendengarnya, terkecuali Raka yang memang sudah tahu.
"Bisa kita bicarakan di ruangan saya pak\bu?" pinta dokter, yang langsung diangguki keduanya.
Dan Hazzfa? Air matanya luruh sangat deras, ia berlari memasuki ruang operasi menerobos mereka. Ia hanya ingin Biya, hanya Biya yang ia mau. Kenapa Tuhan? Kenapa secepat ini kau ambil dia dari aku?!
Hazzfa memeluk tubuh Biya dengan erat, menangis meraung-raung di tubuh gadis yang sudah dinging dan pucat itu. Ia tak percaya dengan apa yang ia lihat, mengapa? Mengapa harus Biya yang pergi lebih dulu sebelum dirinya?
"Biya!"
"KENAPA LO TEGA SAMA GUE HAH?! KENAPA LO TINGGALIN GUE SENDIRIAN DISINI BI?! KENAPA LO SETEGA ITU SAMA GUE? BAHKAN GUE BELUM NEMUIN WARNA TERANG GUE BI! SEMUANYA MASIH SAMA. SEMUANYA GELAP! DAN SEKARANG? LO NINGGALIN GUE? GIMANA HIDUP GUE SELANJUTNYA TANPA LO BI?! KENAPA LO SETEGA ITU?!"
"BANGUN BI! BANGUNNN! GUE CUMA MAU LO, GUE CUMA BUTUH LO! SIAPA YANG BAKAL JADI SANDARAN GUE SAAT GUE HANCUR BI?!"
"BANGUN BI! CUKUP KEMARIN GUE NGERASAIN KEHILANGAN, SEKARANG JANGAN! TAPI KENAPA LO NGEBUAT GUE LEBIH TRAUMA BIYA?!!!"
"DIMANA JANJI LO BI?!!!"
"MANA JANJI LO HAH?! BUKTIIN KE GUE YANG KATANYA LO NGGA AKAN NINGGALIN GUE! KATA LO, LO AKAN JAGAIN GUE SELAMANYA! KITA AKAN BARENG-BARENG SELAMANYA! TAPI APA BI? BAHKAN LO PERGI NINGGALIN GUE SENDIRIAN DI DALAM KEGELAPAN YANG TERUS MENERUS DITEMANI KESEPIAN BI!!!"
Suara isak tangis dengan teriakan itu membuat siapa saja yang mendengarnya akan tersayat. Isak tangis yang amat pedih dan teriakan yang bukan sembarang teriak. Ia kehilangan lagi, lagi dan lagi. Di tinggalkan dalam kegelapan dan ditemani kesepian terus menerus? Ah! Sial. Ia tak mau. Ia hanya ingin sahabatnya, bukan hidup yang membuat dirinya menderita selamanya.
"Kenapa Tuhan jahat sama gue Bi? Kenapa disaat gue udah nemuin tempat paling nyaman untuk bersandar, dan Tuhan ambil semua itu dari gue? KENAPA TUHAN?! KENAPA SECEPAT INI KAU AMBIL DIA DARI AKU?! SAMPAI KAPAN TUHAN SAMPAI KAPAN AKU HARUS BERTAHAN DI DUNIA YANG KEJAM INI?! Sampai kapan Tuhan?!"
"ARGHHH! BANGUN BI! LO NGGA BOLEH NINGGALIN GUE!"
Saat itu juga, dengan cepat Haffaz memeluk gadis itu dari belakang.Memeluknya dengan erat, membawanya keluar dari ruang operasi yang bau obat-obatannya sangat menyengat. Haffaz tak menyangka jika Hazzfa menangis meraung-raung seperti ini, bahkan seperti tak ada kehidupan dimatanya.
Tatapan Hazzfa jatuh pada satu gadis yang terbaring tenang sedang dipeluk oleh kekasihnya itu. Begitu sangat tenang, seakan-akan gadis itu tak tahu bahwa banyak tangisan pedih akibat kehilangannya. Hatinya amat sakit. Perpisahan terburuk yang sangat membuat rasa traumanya semakin meningkat.
Perpisahan menyakitkan yang tak ada kata pamit dan tak ada pelukan hangat untuk terakhir kalinya. Kini, detik ini sampai selajutnya, ia akan kembali sendiri dengan kegelapan yang biasa menyelimuti dirinya. Hancur, saat merasakan kehilangan untuk kedua kalinya.
Di dalam ruang operasi, masih banyak teman-teman yang lainnya. Raka mengelus lembut rambut Panjang dan hitam milik gadisnya. "Kenapa secepat ini kamu pergi, Sayang?"
Ia menarik nafasnya dalam-dalam. "Kamu ngga inget sama janji kamu untuk aku dan Hazzfa?"
"Aku bahkan belum siap untuk kehilangan kamu Bi. Lucu ya? Pelukan terakhir yang kamu kasih buat aku itu pelukan yang sangat menyakitkan."
"Saat kamu bilang kalo kamu punya penyakit yang serius, aku berusaha untuk bikin kamu bahagia agar kamu ngga terus-menerus memikirkan penyakit jahat yang ada di tubuh kamu,"
"Kenapa sih Bi? Kenapa kamu bodoh banget mau mempertaruhkan nyawa kamu demi aku?"
"Karena kamu peran penting dalam hidup aku, maka dari itu aku mau lihat kamu bahagia walaupun ngga sama aku. Dan asal kamu tau, aku tetap cinta sama kamu, selamanya," Air mata Raka menetes saat ia mendengar suara lembut gadisnya yang berada tepat di telinganya. Apakah ia sedang berhalu? Ataukah ia mimpi?
Lelaki itu mendekati wajah gadisnya, mencium lembut keningnya, dan beralih ke pipi bulat yang sering ia cubiti karena kelucuan gadis itu. Dan terakhir, ia mencium bibir pucat gadisnya dengan lembut. "First kiss, untuk aku dan kamu. Maaf, kalo aku lancang. Karena cuma kamu, satu-satunya wanita yang aku cintai dari dulu sampai sekarang, bahkan sampai nanti, akhir hayatku"
Raka mendekati telinga gadisnya itu, kembali membisikkan sesuatu disana.
"I will keep memory deep in my heart. You did leave me, but not with your heart. And now, it's time for me to wait when can I meet you in heaven?" -bisiknya ditelinga gadis itu, lalu ia melanjutkan bicaranya.
"Wait for me love, we will definitely meet, but later when God has blessed,"
Haffaz, Farel, Zidan dan Kara, sama sedihnya saat kehilangan Biya. Dan Hazzfa juga berharap ia hanya bermimpi, tapi tubuh kaku dan pucat benar nyata ada di hadapannya.
Malam ini, aturan malam yang berarti bagi Hazzfa karena bisa menghabiskan waktu berdua dengan Biya walaupun memang hanya di rumah Hazzfa saja. Tapi beginilah kenyataannya. Kenyataan ini pahit yang membuat dirinya semakin hancur lebur ke tanah. Janji gadis itu untuk tidak meninggalkan dirinya saja masih terbayang-bayang di pikirannya. Dan kini, Biya adalah seorang gadis yang menciptakan kehilangan lagi untuk Hazzfa rasakan.
"Bi, pasti sulit udah ngga ada lagi sosok lo di kehidupan gue. Benar ya Bi apa kata orang, kalo kehilangan yang paling menyakitkan adalah kematian. Tak peduli seberapa besar kamu merindukannya, ia tak akan pernah kembali lagi ke Dunia."
***
sulit banget nih pasti jadi Hazzfa untuk kehilangan Biya:')
jadi menurut kalian, gimana untuk Chapter 27-28 ini?
udah lunas ya Double Up-nya xixi.siapa ni yang kemarin liat spoiler-nya di Instagram aku?
tetap jangan lupa vote and comment yaaa❤️
jangan lupa juga share cerita ini ke teman-teman kalian🤗
KAMU SEDANG MEMBACA
Everything Is Fake
Novela JuvenilBagaimana jika jadinya aku hanyalah butiran debu bagi kamu yang benar-benar batu? Butiran debu yang hanya di lewatkan dan tidak di pedulikan. Bagaimana jika jadinya aku tetap mencintaimu walaupun sikapmu berbanding terbalik denganku? Apa aku harus m...