"Aku mencoba ikhlas dari suatu kehilangan, dan tersenyum dari suatu kesakitan." -Hira Ginanta
***
"Haffaz mana?" tanya salah seorang murid yang kini berdiri tepat di depan pintu kelasnya.
Haffaz menoleh menatap bingung wanita di depan kelasnya sambil menaikkan sebelah alisnya.
"Ada yang nyari lo, cewek di depan gerbang," ucapnya lalu pergi begitu saja tanpa menunggu balasan dari lawan bicaranya.
Haffaz yang terlihat bingung dengan ucapan wanita itu kini lebih memilih pergi ke depan gerbang sekolahnya. Karena memang ia juga heran, siapa yang mencarinya pada saat jam pembelajaran berlangsung? Untung jamkos.
"Mau di samperin?" tanya Raka.
"Bentar doang,"
Saat di depan gerbang sekolah, ia tak melihat siapapun kecuali wanita dengan memakai hoodie hitam yang terlihat seperti penculik.
"Ngga jelas banget tuh cewek ngasih taunya!" dumel Haffaz yang melangkah memasuki sekolahnya. Namun, tangannya ditahan lebih dulu oleh seseorang yang sedari tadi menunggunya.
Ia menoleh, melihat wanita yang menahan tangannya. Saat itu juga ia melepaskan tangannya dari cengkraman wanita tersebut. "Siapa lo?" tanyanya.
Dengan perlahan, wanita itu mendongakkan kepalanya, menatap manik mata lelaki yang sudah lama ia tak pernah bertemu dengannya. Wanita itu membuka penutup kepalanya serta masker yang ia pakai. Ia menunduk lagi, rasanya masih belum siap untuk bertemu dengan lelaki yang sudah lama tak ia jumpai.
"Siapa sih lo? Ngga jelas banget!" kesalnya yang sedari tadi menunggu wanita itu menunjukkan wajahnya.
"Lo yang nyari gue?" tanya Haffaz yang langsung di angguki oleh wanita di depannya ini.
Ia menaikkan wajahnya menatap lelaki yang juga menatapnya. Haffaz seketika bungkam saat melihat siapa wanita yang berada di depannya ini. Dengan tatapan mata yang sangat tajam yang di berikan Haffaz, wanita itu membalasnya dengan senyuman kaku.
"Selin? Ngapain lo disini?" tanyanya menatap tajam gadis itu.
"Maaf,"
"1 kata, yang mungkin ngga berarti buat lo tapi berarti buat gue Faz," lanjutnya.
"Maaf? Basi!" sinis Haffaz.
"Kenapa sih ngga selamanya aja lo menetap di penjara? Lo tau, karena lo gue kehilangan Hazzfa. Cuma karena cewek kayak lo, gue bodoh menyia-nyiakan dia yang tulus cinta sama gue!" ujarnya dengan dinging tapi menusuk.
Selin hanya menunduk menahan air matanya yang hendak keluar. Ia sudah menyadari bahwa memang dirinya salah telah merebut kebahagiaan wanita lain. Sangat bodoh!
"Mending lo pergi yang jauh!" suruhnya lalu berbalik badan melangkah masuk ke sekolahnya.
"Tunggu!"
"Gue bisa bantu lo cari Hazzfa," ucapnya dengan jujur.
Haffaz menghentikan langkahnya tanpa berbalik. Sejujurnya ia juga tak ingin kembali percaya pada gadis itu. Tapi, mengapa Selin tahu bahwa dirinya kini sedang mencari Hazzfa?
"Gue tau, lo kehilangan Hazzfa kan? Lo pengen ketemu dia kan? Gue bisa bantu lo, percaya sama gue,"
Laki-laki itu membalikkan tubuhnya menghadap gadis dengan wajah sendunya.
"Lo mau gue percaya sama lo?"
"PERSETAN!"
"GUE TAU GUE SALAH! Gue cuma pengen bantu lo Faz. Gue pengen nebus kesalahan gue dengan cara mempertemukan lo dengan Hazzfa kembali. Dia berhak mendapatkan lo Faz. Gue sadar selama ini gue yang murahan karena gue ngerebut kebahagiaan wanita lain. Tapi asal lo tau Faz, gue benar-benar cinta sama lo!" jelasnya dengan air mata deras yang membasahi pipinya,
![](https://img.wattpad.com/cover/248470234-288-k551720.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Everything Is Fake
Teen FictionBagaimana jika jadinya aku hanyalah butiran debu bagi kamu yang benar-benar batu? Butiran debu yang hanya di lewatkan dan tidak di pedulikan. Bagaimana jika jadinya aku tetap mencintaimu walaupun sikapmu berbanding terbalik denganku? Apa aku harus m...