EVERYTHING IS FAKE | 33

1.6K 142 21
                                        

HAPPY READING! <3

Gadis dengan sorot mata yang penuh kekosongan dan kesedihan kini tengah duduk di tepi ranjangnya dan menghadap ke arah balkon kamar yang sudah di suguhi pemandangan indah dengan gedung-gedung tinggi serta awan gelap dan petir yang terus memberi cahaya pada bumi seterang mungkin. Tapi tidak bagi dirinya, karena pada kenyataannya yang ia rasakan hanyalah kegelapan yang di selimuti oleh kesunyian. Tak ada cahaya bagi dirinya, mungkin lebih tepatnya tak ada lagi seseorang yang ingin memberi cahaya terang untuk hidupnya.

Awan gelap serta petir yang menyambar setiap detiknya kini mulai meredup di karenakan awan gelap yang sudah menurunkan hujan deras di sertai dengan satu tetes air mata yang jatuh di pipi mulus gadis itu.

Ia berjalan tertatih ke arah balkon kamarnya. Semakin ia mendekat dengan pagar balkon, semakin ia merasakan semilir angin di sertai air hujan yang mengenai wajahnya. 3 hari belakangan ini ia hanya duduk diam di kamar tanpa ingin melakukan apapun. Dirinya hanya berharap bahwa ia akan kembali bersatu dengan sahabatnya yang dulu.

Air matanya kini mengalir deras saat pikirannya terputar pada segala kenangan menyakitkan. Hujan saja mengerti perasaannya, tapi mengapa mereka tidak?

Menangis dengan memeluk kaki sendiri dan menundukkan wajah serta mengepalkan tangan hingga mengeluarkan darah adalah kebiasaan ia untuk melampiaskan semuanya. Perlahan ia mengangkat kepalanya dan saat itu juga air hujan menerpa di wajahnya dengan mata yang sudah memerah dan sembab.

"AAAAA!"

"KENAPA HIDUP SEJAHAT INI?! APA SALAH GUE HAH?! KENAPA HARUS GUE YANG NANGGUNG SEMUA BEBAN TERBERAT? KENAPAAA?!!!"

"GUE CAPEK!"

Menangis dengan suara tetapi di selimuti oleh hujan yang sangat deras.

Terkadang gadis itu berfikir, Mengapa Tuhan sejahat ini padanya? Tapi ia berfikir lagi bahwa ada masa-masa indah dibalik kesulitan yang sedang dijalani sekarang.

"I hate everything about my entire stupid life."

"I wish I was dead,"

"I don't feel anything anymore,"

***

Haffaz, lelaki itu kini tengah melampiaskan amarahnya saat ia mencari tahu tentang Hazzfa dan mendapatkan jawaban bahwa gadis itu telah pindah dari sekolah ini dan entah pergi kemana. Memukul tembok berkali-kali dan mengacak rambutnya sendiri serta rokok yang sudah ia habiskan sebanyak mungkin. Bahkan teman-temannya yang sedari tadi menegur pun tak di hiraukan oleh dirinya.

"BANGSAT!"

"ARRGGHH!"

"Lo kemana sih Fa?" tanyanya pada diri sendiri sembari mengacak rambutnya frustasi.

BUGH!

Pukulan yang kesekian kalinya kini sangat membuat teman-temannya menghela nafas pasrah.

"Kasian ya jadi temboknya, ngga salah apa-apa di gebukin," celetuk Zidan.

"KDRT dia," sahut Farel dengan menunjuk Haffaz yang sedang menghisap rokok lagi dan lagi.

"Kekerasan dalam rumah tembok!" balas Zidan dengan entengnya.

"Lah, ngga nyambung bego!" ujar Farel dengan menjitak kepala Zidan hingga membuatnya meringis.

"Suka-suka gue lah nyet!" sarkas Zidan dengan kesal.

"DIEM LO BERDUA!"

Bentakan yang keluar dari mulut Haffaz membuat mereka berdua menghela nafasnya, tapi tidak dengan Raka yang kini berdiri untuk menghampiri lelaki itu.

Everything Is Fake Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang