21 - Masih ada.

56 16 3
                                    

Haay

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Haay..
Ingatkan jika ada typo yaa..
Happy reading♡

✩&💬
.
.
.

Dejun menuruni tangga kedai dengan hati yang lebih ringan. Mungkin saja benar adanya jika kita bercerita tentang masalah hidup, mungking emang gak akan menyelesaikannya setidaknya dapat membuatnya menjadi lebih ringan. Kira-kira itu yang di rasakan Dejun saat ini.

Rasa-rasanya, bukan takdir yang jahat atau pun tuhan yang tidak mendengarkannya. Hanya saja ia yang kurang bersyukur.

"Lah? Dah balik nih? Mural gimanee dah jadi belom?" Tanya laki-laki bersurai kecoklatan. Seingat Dejun namanya tadi Yangga.

"Belom, noh masih di gambar." Sahut Dejun.

"Terus ngape elu pulang?"

"Suka hati gua lah!" Sahut Dejun laku berlalu begitu saja.

Tak lupa ia mengambil sedotan yang ada di atas meja. Membuat Yangga menggelengkan kepala. "Aneh yee." Gumam nya.

***

Setelah masuk ke dalam mobil sport nya. Dejun langsung memasang sabuk pengaman, lalu menoleh.

"Lama kah?" Tanya Dejun.

"Kalau saya bilang lama, nanti kamu protes. Kalau saya bilang sebentar, maka saya berbohong."

"Bilang lama aja susah bener lu ih," sahut Dejun. "Dah jalan." Suruh Dejun.

Pria di yang memakai suit hanya mengangguk. Kemudian melajukan motornya.

"Dimas kayak nya belum pulang. Iyakan?" Dejun bersuara. Setelah terjebak dalam diam yang cukup lama.

"Bisa jadi. Kemungkinan dia akan pulang, menjelang malam?" sahut Dani- orang terpercaya Pak Lay- Ayah nya Dejun. Dia agak menerka-nerka sih. Tugas nya memang hanya menjaga Dejun. Tapi, rasa lebih berat di bandingkan mengawal anak lainnya. Dani serius!

"Main ps yuk ah. Beli ps ayok." Rengek Dejun.

Dani menoleh sebentar pada Dejun setaunya Pak Lay itu tegas dan tidak terlalu banyak omong atau banyak tingkah. Sama dengan Bu Luna istri Pak Lay. Jadi Dani sedikit heran saja, mengapa Dejun seperti ini. Dani jadi penasaran Bu Luna dulu ngidam apa coba?

"Saya kan gak bisa main ps." Sahut Dani seadanya.

"Eh buseet. Dulu lu main apa dah? Pan dah gua bilang, belajar main ps. Biar kalo si Dimas sibuk gua ada temen. Cape gua liat lu berdirii mulu deket gua. Atau gak nih ye lo ama antek-atek bokap sembunyi-sembunyi ngintilin gua. Di pikir gua kaga tau apa."

Goresan Sketsa | Mark Lee✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang