45 - Waktu masih berlalu.

64 13 15
                                    

Ingatkan jika ada typo yaa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ingatkan jika ada typo yaa...
Yuk komen yang banyak, jangan lupa vote juga ya.
Happy reading ♡

✩&💬
.
.
.

Mina tidak begitu memahami, mengapa sekarang ini waktu terasa sangat cepat berlalu. Dan kehidupannya terlalu abu-abu untuk ia lalui.

Ia akan berangkat pagi hari di antar saudaranya. Dan akan menggabiskan waktu di perpustakaan. Bahkan terkadang ia berbicara sendiri, seolah-olah Mark masih ada di sisi nya hingga kini. Kemudian kaki nya akan melangkah hingga berhenti di jalan raya. Lalu dia akan berangkat ke rumah sakit seorang diri.

Ini mungkin terlalu memilukan. Tapi sayangnya itu sebuah kenyataan yang mutlak.

Om Sadewa sendiri agaknya sangat menyesal. Dia datang setiap hari. Menangis dan memohon maaf. Padahal jelas-jelas Mark masih menutup mata nya.

Berkali-kali dia meminta untuk sebaiknya di penjarakan saja. Tapi Mina selalu mempertegas bahwa Mark akan mengatakan Om Sadewa tidak salah. Itu menjadi luka tersendiri bagi Om Sadewa.

Mina sungguh berhasil menghukum Om Sadewa bahkan menyiksa nya.

Ini ujian terakhir, dan Mark masih tenang beristirahat.

"Na!"

Kemudian Mina diam, bukan menatap lawan bicara nya. Hanya menatap pergelangan tangannya yang di genggam.

Buru-buru Renjun melepaskan pegangannya ketika menyadari tatapan tak bersehabat dari Mina.

"Apa?" Tanya Mina tanpa minat.

"Lo lukain tangan lo?" Tanya Renjun langsung pada intinya. Sebenarnya dia sudah melihat pergelangan tangan dan beberapa titik di tangan Mina yang terdapat seperti luka sayatan yang di sengaja. Tapi, Renjun selalu diam ketika Mina bahkan mulai tidak begitu peduli dengan lingkungan sekitar nya.

"Hm... gua gak begitu menyadari nya." Jawab Mina.

Renjun kehilangan kata-kata jadi nya. Renjun kurang tau kapan tepat nya Mina melukai diri nya sendiri. Tapi ketika istirahat tiba Mina hanya ke perpustakaan. Dan ketika di ikuti perempuan itu hanya akan melihat-lihat buku.

"Na... lo gak bisa begini. Ini kan bukan akhir dari segalanya." Renjun agak meringis ketika mata Mina bahkan menatap nya dengan tatapan kosong.

"Yang mengatakan ini akhir siapa sih?" Mina malah mengerutkan kening nya ketika kalimat Renjun terdengar begitu aneh di telinga nya.

"Terus ngapain lo lakuin ini?" Renjun bertanya alis nya agak menukik sambil menatap beberapa luka sayatan di tangan Mina.

"Bukan urusan lo."

Renjun mendengus keras-keras. Dia menjadi tambah pusing jika Mina menjawab nya agak serkasme.

Renjun hanya khawatir, tidak lebih. Siapa tau Mina menganggap semua nya terjadi karna salah nya. Kemudian di pertengahan jalanan bisa saja Mina kembali menyayat tangan atau bagian tubuh nya yang lain. Atau entah apa yang terjadi, bisa jadi lebih parah.

Goresan Sketsa | Mark Lee✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang