Part kali ini agak panjang ges..
Di dalam nya aku ada bahas tentang kakak nya Mina.
Sedikit sih, soal nya di awal gak ak jelasin ya.. heheheIngatkan jika ada typo yaa..
Happy reading ♡✩&💬
.
.
."Dek ambilin kopi kotak Mas, yang rasa cappuccino di kulkas dong."
Mina mendengus samar saat Mas Dimas mulai memerintahnya.
Tapi, tetap saja Mina menuruti permintaan kakaknya. Berjalanlah ia ke arah dapur, mengambil kopi kemasan kotak dari kulkas. Cukup dingin, tapi tidak beku.
"Nih." Mina menyodorkan kopi kemasan kotak pada kakaknya yang tengah santai berbaring di sofa sambil menonton televisi.
"Makasiih." ujar Mas Dimas. Mina hanya mengangguk kecil, lantas berbalik hendak ke kamar.
"Dek," panggilnya lagi. Dengan amat berat hati Mina kembali berbalik.
"Apa?" Tanya Mina.
"Ambilin kukis Bunda itu dong." Mas Dimas menunjuk toples kaca berukuran kecil di atas meja.
"Mas, itu kan deket banget sama Mas," protes Mina.
"Mas udah dalam posisi nyaman nih."
Ini lah Mas Dimas Dwi Mahesa. Mahasiswa yang akhir-akhir ini uring-uringan karna skripsi.
Si Mahasiswa fakultas hukum yang terkenal akan ketampanan serta mulut nya yang julid. Sering juga di kenal akan kalimat yang sulit di bantah. Di mana lawan bicara nya bisa kehabisan kata jika sudah berhadapan.
Tapi, walau pun Mas Dimas sering uring-uringan karna skripsi. Begini-begini Mas Dimas sudah bisa membangun kedai kopi. Uang nya murni karna menyisihkan uang jajan nya sendiri. Memang sudah keinginan Mas Dimas sejak dini, sebagai lelaki ini pecinta kopi.
Walau membangunnya tidak sendiri. Seingat Mina kedai kopi itu bekerja sama dengan Mas Kunandi, teman dari Mas Dimas.
Oh iya jujur nih ya, dulu entah kesambet apa Mas Dimas mau mengambil fakultas bahasa. Eh, itu kalau tidak salah. Yang jelas untuk sastra.
Tapi di larang oleh Bang Tara. Bukan tanpa sebab larangan itu terlontar. Tapi kalau kata Bang Tara sih, 'Halah! Kalau Dimas yang masuk sastra. Bukan nya beradu baitan kata, dia malah beradu asa dan lara. Hidup nya kan penuh drama. Yang ada orang-orang fakultas jadi pelampiasan emosi nya.' seingat Mina sih begitu. Karna saat itu Mas Dimas sedang galau-galau nya tentang masalah hidup nya. Yang kata nya tidak tau mau jadi apa.
Akhirnya atas usul kak Jeffry, masuklah Mas Dimas ke fakultas hukum. Kalau kata kak Jeffry 'Mas Dimas kan jago ngoceh tuh. Kalau berdebat sering menang. Masuk fakultas hukum aja. Siapa tau bisa jadi pengacara hebat.' begitu katanya. Dan Mas Dimas menurut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Goresan Sketsa | Mark Lee✔
Фанфик-Tentang sang senja yang mengharapkan mentari pagi- Bagi Mark, Mina adalah segalanya. Segala sesuatu yang tidak dapat ia definisi kan dengan kata-kata sederhana. Baginya Mina terlalu berharga. Menurut Mark, cukup dengan melihat gadis-nya bahagia, it...