Ingatkan jika ada typo yaa...
Happy reading ♡✩&💬
.
.
.Berkali-kali semenjak Mina memutuskan untuk duduk di ruangan ini. Menatap kekasih nya yang masih saja menutup mata. Wajah nya begitu damai, seolah tengah beristirahat untuk melepas penat.
Kadang dia menggenggam tangan Mark, kadang bahkan ia kecup punggung tangan Mark. Mengelus nya atau bahkan membenarkan rambut-rambut Mark yang nyaris menutupi mata Mark.
"Harus nya minggu kemarin kamu potong rambut kan. Bandel sih." Mina mendengus, tetapi tangan nya masih senantiasa mengesampingkan rambut-rambut Mark.
Ah, Mina paling tidak suka diri nya yang sekarang. Sangat cengeng. Begini saja malah mau menangis.
"Mark, tadi aku mampir ke gereja. Pendeta di sana nanyain kamu, kenapa kamu gak kesana? Sebab, dia bilang kamu kalo gak datang sendiri ya sama aku." Setelah itu Mina mengulum bibir nya. Matanya berkeliaran memperhatikan langit-langit rumah sakit yang pasti nya berwarna putih.
"Kamu sesering apa sih ke gereja? Ngapain aja? Sampai-sampai pendeta di gereja tu nanyain kamu. Kenapa aku banyak gak tau tentang kamu? Padahal kita udah lama bareng-bareng." Kemudian Mina diam. Hanya memperhatikan mata Mark yang tertutup rapat.
Untuk beberapa saat Mina hanya menatap Mark sambil menggenggam tangan kekasih nya itu.
Kemudian Mina ingat, besok sudah mulai ujian semester. Kemarin malam Yuqi dan Lucas datang ke rumah nya. Untuk memberikan jadwal ujian padahal bisa saja mereka mengirim foto jadwal ulangan. Kata nya sih, sekalian menanyakan kabar.
"Ey Mark, kamu tau gak sih. Kamu pembohong yang gak bisa bikin aku marah." Ujar Mina, air mata nya tertahan di pelupuk mata nya.
Tangannya menggenggam erat telapak tangan Mark. Ia kembali mendangak sesaat menatap langit-langit rumah sakit yang warna nya dominan putih.
"Besok udah ujian semester. Kita kan udah janji kalau selesai ujian semester bakalan ke pantai. Cepetan bangun." Mina terus saja mengoceh meskipun ia tau mau bagaimana pun untuk saat ini Mark tidak akan mendengarnya.
"Kamu kan sudah janji." Mina melirih. Suara nya terdengar memilukan, seperti orang yang benar-benar sudah putus asa.
Brak
Kemudian tiba-tiba pintu putih itu terbuka secara kasar. Di buka dengan paksa. Pelaku nya ya Felix. Mina bahkan terkejut setengah mati dari tempat duduk nya.
Secara refleks Mina berdiri dan melepaskan tangan Mark secara pelan. Menatap Felix yang berdiri di ambang pintu.
Dia terlihat kacau, begitu frustasi. Badannya pun agak basah. Buku yang entah punya siapa itu terlepas dari tangan Felix, seiring dengan ia melangkah masuk dalam kamar inap Mark.
KAMU SEDANG MEMBACA
Goresan Sketsa | Mark Lee✔
Fanfiction-Tentang sang senja yang mengharapkan mentari pagi- Bagi Mark, Mina adalah segalanya. Segala sesuatu yang tidak dapat ia definisi kan dengan kata-kata sederhana. Baginya Mina terlalu berharga. Menurut Mark, cukup dengan melihat gadis-nya bahagia, it...