Hay.
Ingatkan jika ada typo ya.
Happy reading.✩&💬
Dejun tidak begitu ingat berapa purnama yang sudah terlewatkan. 3 atau 4, kira-kira mungkin segitu. Atau bisa jadi lebih.
Bayang-bayang Mark yang berdarah-darah di jalanan dengan Mina yang air mata sudah menyatu dengan hujan masih ia ingat sampai sekarang.
Atau, tentang bagaimana ia melihat perlahan-lahan lingkungan nya mulai berbuah. Dia melihat bagaimana Mina dan Felix yang perlahan hancur atau tentang bagaimana secara perlahan-lahan pertemanan nya mulai merenggang, pada siapa pun.
Mungkin dahulu masih ada Mark yang menatap nya sambil tersenyum lantas mengajaknya istirahat bersama. Tapi, sekarang tidak ada.
Atau, setidaknya dulu dia bisa melihat Mina tersenyum cerah. Tapi sekarang, yang Dejun lihat pada gadis itu hanya kekosongan. Bahkan tidak sekali dua kali Dejun mendapati Mina yang bicara seorang diri, seolah-olah Mark masih ada di sisi nya.
Dejun tidak tau sampai kapan situasi begini terus berlalu. Atau bagaimana akhir dari segala nya, Dejun tidak pernah mengetahui itu.
Namun, Dejun tetap berharap Mark akan kembali. Meskipun mungkin ia tidak ada lagi harapan untuk mendapatkan Mina. Dejun tidak pernah masalah, baginya senyuman cerah Mina kembali seperti biasa itu jauh lebih baik.
Dari atas rooftop sekolah ini, Dejun selalu melihat bagaimana perlahan-lahan semua orang berubah. Mereka semua menjalankan hidup dengan semestinya.
Dan Mina, satu-satu nya yang menjadi titik fokusnya selama ini. Dejun tau ini semua berat untuk di terima Mina. Tapi, tidak ada yang dapat ia lakukan. Tidak ada sama sekali.
Entah sudah berapa kali ia menghela nafas begitu panjang. Sesak di dada nya ini tidak kunjung pergi. Harus nya, setidaknya diri nya kan harus terlihat biasa-biasa saja. Jika semua orang perlahan-lahan patah siapa yang akan menyangga satu sama lain. Seharusnya Dejun bertahan meski sedikit berat.
Tapi, bahkan ketika angin meniup helaian rambut nya mampun membuat air mata Dejun keluar.
Bukan karna kelilipan, melainkan karna bayang-bayang Mark yang menggambar mural dengan tenang berlalu begitu saja. Bagaimana laki-laki itu memberikannya wajengan yang tidak ia minta. Namun ia perlukan.
"Dejun?"
Si empu nya nama buru-buru menyerka air mata nya sebelum akhirnya ia memutuskan untuk berbalik melihat suara halus yang ia kenali.
Di hadapannya, gadis berambut pendek itu berdiri. Angin beberap kali meniup rambut nya.
Dia, Sakura.
Dejun tidak begitu paham. Mengapa di antara semuanya yang terlihat sangat baik-baik saja adalah gadis itu.
Apa mungkin karna Sakura baru mengenal mereka di semester ini?
KAMU SEDANG MEMBACA
Goresan Sketsa | Mark Lee✔
أدب الهواة-Tentang sang senja yang mengharapkan mentari pagi- Bagi Mark, Mina adalah segalanya. Segala sesuatu yang tidak dapat ia definisi kan dengan kata-kata sederhana. Baginya Mina terlalu berharga. Menurut Mark, cukup dengan melihat gadis-nya bahagia, it...