41- Duri di balik tanaman liar.

79 11 14
                                    

Ingatkan jika ada typo yaa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ingatkan jika ada typo yaa...
Happy reading ♡

✩&💬
.
.
.

"Mina masih di kamar?"

Bang Tara menoleh pada Bunda, ketika bubur ayam yang sudah di masak sejak matahari belum muncul itu tertuang ke dalam mangkuk.

Bang Tara langsung menaruh roti yang di olesi mentega di atas piring. Lantas, menghela nafas agak panjang. Dan dengan begitu, maka terbitlah senyuman tipis agak nelangsa.

"Abang bahkan denger dia nangis di tengah malam." Sahut nya, kemudian melipat roti tawar itu dan melahap nya.

"Euumm... wajar sih, dia pasti shok kan." Tau-tau, laki-laki bercelana kan arsenal selutut dengan kaos kedodoran berwarna hitam itu menyahuti.

Dan ketika ia mengucek mata nya, lantas mendaratkan bokong di kursi meja makan. Tangan si anak Pak Mahesa nomer tiga itu langsung hendak meraih roti milik Bang Tara.

Maka dengan kecepatan kilat, Bang Tara langsung menampik tangan Kak Jeffry.

"Ya Tuhan! Jorok kamu! Cuci tangan sama muka dulu kek! Belek mu masih ada tuh!" Bang Tara langsung berteriak marah. Membuat Kak Jeffry bergidik, lantas berlari ke arah wastafel yang biasanya buat cuci piring.

Pak Mahesa yang melihat kejadian itu, hanya bisa tersenyum hingga nyaris mata nya hilang.

Pak Mahesa mah, sudah biasa sama kelakuan anak nya. Rasanya, mau di diskon aja deh. Ya kalau ada yang mau, monggo diskon 50 persen deh.

"Mas nyaris gak bisa tidur tau!" Mas Dimas menggerutu seraya menuruni tangga. Kemudian, sekonyoh-konyoh nya Mas Dimas langsung mengambil dan menegak jus jambu biji, yang baru saja di blender dan di olah langsung dari sang pemilik— Bang Tara.

Agak nya kesabaran si sulung memang sedang di uji.

"Mas, mau uang kamu aku ambil semua atau bikin yang baru?" Bang Tara menatap adik nya itu dengan wajah kelewat datar. Seriusan, lebih nyeramin dari pada Mba Kunti yang biasa nongkrong di pohon mangga. Aslian euy.

"I-iya, ini aku bikin yang baru." Mas Dimas jelas langsung kicep. Alih-alih karna ancaman Bang Tara, Mas Dimas lebih takut sama tatapan Bang Tara. Takut aja, kalau-kalau keluar leser.

Iihh... ngeri.

"Bubur buat siapa Bun?" Pak Mahesa bertanya, tepat ketika sang istri naik satu anak tangga.

"Buat Mina. Dia dari tadi malem belum makan."

Diam Ayah sesaat. Ia menghela nafas agak panjang. Lantas berdiri dan mengambil alih mangkuk bubur dari tangan Bunda.

"Bunda bikin surat izin buat Mina ya. Ayah yang ke kamar nya." Bilang Ayah sambil tersenyum.

"Mau Abang aja gak yah?" Bang Tara berniat membantu, ketika sekonyoh-konyoh nya Kak Jeffry yang mengambil hak milik roti milik nya, walaupun sebelum ia lahap di taburi gula. Sebab Bang Tara hanya mengolesi nya dengan mentega.

Goresan Sketsa | Mark Lee✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang