39 - Hembusan Bunga Dandeliom.

79 10 9
                                    

Ingatkan jika ada typo ya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ingatkan jika ada typo ya.
Happy reading ♡

✩&💬
.
.
.

Dejun mendengus keras-keras. Bersamaan dengan langkahnya yang berdentruman, seolah ingin membelah tanah dengan kakinya.

Bisa-bisanya Pak Dani memaksanya untuk kembali ke sekolah. Ya salahnya sih, bisa-bisanya dia kelupaan dengan handphone nya dan meninggalkan nya di kolong meja.

Tapi, bagi Dejun itu tidak penting. Handphone nya itu tidak ada yang menghubungi. Kalau bukan Dimas yang gabut, ya grup chat kelas yang isinya unfaedah.

Lihat! Sekolah saja sekarang sepi. Tidak ada orang. Kosong melompong.

Tuh kan! Siapa sih yang mau mengambil handphone seorang Dejun. Bahkan tempatnya pun tak kunjung berubah. Pak Dani itu berlebihan.

Semua orang juga tau ini handphone milik Dejun. Lantas di ambil nya handphone berlensa tiga bigi dengan logo apel di gigit dan becasing hitam bertuliskan 'Milik Dejun. Mau ape lo?' Yang tulisannya berwarna putih.

"Tuh kan. Kaga ada yang ngechat." Ia berhumam dengan dirinya sendiri. Kemudian berjalan meninggalkan kelas.

Sebelum ia benar-benar meninggalkan kelas, ia tatap kelas yang sangat bersih. "Kinclong bat dah ni kelas niatan bener yang piket." Gumam nya sambil menggeleng kan kepala. Lantas menutup pintu hingga rapat.

Ia berjalan dengan santai, kemudian mata nya menangkap Rena dan dua temannya. Ah, Dejun lupa nama dua permepuan itu.

"Masih ada aje rupanya manusia ye." Gumamnya. Lalu berjalan acuh.

Matanya berkeliaran menatap sisi sisi sekolah yang jelas-jelas sudah tak ada lagi manusia. Terkecuali, si Mamang. Pria paruh baya itu masih setia berada di sekolah. Menyapu dedaunan kering.

Ia mendongak saat angin beriup di wajahnya. Berrrr... dingin sih. Tapi, Dejun suka angin. Ya mau bagaimana lagi.

"Ayo masuk." Kaki nya terhenti, tepat ketika Pak Dani sudah membukakan pintu mobil.

Padahal dia rasa baru saja keluar dari kelas. Tau-tau sudah berada di gerbang saja.

"Kaga dulu." Ucapnya lalu melangkah, meninggalkan pak Dani.

Pak Dani yang di tinggal melongong. Mau apa lagi coba anak ini?!

Akhirnya Pak Dani naik ke dalam mobil. Menghidupkan mesinnya lantas menjalankan mobil dengan perlahan. Sekirnya bisa sejajar dengan tuan muda nya itu.

"Oi Jun! Masuk lah. Nagapain jalan?!" Katakan saja Pak Dani kurang etittud kepada Dejun. Tapi sebelum nya kalian perlu tau bahwa pak Dani sendiri tertekan saat berbicara formal dengan Dejun.

Tapi, anak itu memaksa...

"Lu jalanin mobil di belakang gua aja dah. Angin nya enak bat. Gua mau jalan dulu." Dejun menyahuti. Membuat pak Dani geleng kepala melihat tingkah Dejun.

Goresan Sketsa | Mark Lee✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang