09. Menari di bawah hujan.

91 26 3
                                    

Ingatkan jika ada typo yaa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ingatkan jika ada typo yaa..
Saran* sambil dengerin lagu yang di atas yaa:v
Happy reading ♡

✩&💬
.
.
.

Mark menggenggam erat tangan Mina. Akhir-akhir ini Mina tidak keberatan kalau Mark menggandeng tangannya di depan umum.

Mereka sedang berdiri di teras ruko yang tutup. Tadi saat di jalan tiba-tiba saja hujan. Maka dengan berat hati, terpaksalah mereka berteduh di teras ruko ini.

Sebenarnya tadi Mark sempat berbicara dengan Renjun.
Ketua kelas itu yang paling bisa di ajak bicara dan di mintai tolong. Ya, Mark meminta tolong kepada Renjana Junaedi untuk mengantar Mina pulang. Renjun sih tidak masalah, tapi Mina tidak mau. Jadi mau gimana lagi.

Lagipula, saat pulang sekolah. Mina bilang tiba-tiba saja hendak berjalan-jalan di Jalanan Malioboro. Sekalian ingin berburu gorengan atau jajanan pinggir jalan.

Padahal Mina cuma bilang mau. Tapi, tiba-tiba saat di angkot, Mark menghentikan angkot di pinggiran jalan. Padahal perlu 1 kilometer lagi untuk masuk ke area perumahan mereka.

Dan saat hendak menunggu angkot datang, untuk pulang. Tiba-tiba saja hujan turun tanpa permisi. Dengan tidak tau dirinya membawa cerita lara hati. Membuat Mina mengenang masa lalu yang menyakiti hati.

"Kamu tadi ngapain ke perpus?" Mina bertanya. Hanya sebagai penghilang rasa hening.

Mark menoleh lalu tersenyum. "Meminjam buku lagi." pelannya.

Mina mengangguk. "Buku apa memang?" Tanya nya lagi.

"Buku kesenian. Seni lukis, menggambar gitu."

"Aaa" Mina mengangguk paham. Mina tau betul hobi Mark yang satu ini. Melukis atau menggambar seperti bagian dari hidup laki-laki ini.

Hey! Mina tidak mengada-ngada ya. Mark memang selalu melukis jika ada waktu luang dan akan menggambar dengan goretan pensil. Bagus sekali.

Saat jalan-jalan pun Mark selalu membawa buku sketsa kecil nya. Kemudian dia akan menggambar apa yang ia liat.

Ah, omong-omong masalah jalan-jalan Mina jadi teringat akan Desi.

Perempuan itu, tadi benar-benar terkejut. Tapi, syukurlah Desi bisa memahami keadaannya.

Bahkan Desi tadi minta maaf kepada Mina. Iya, minta maaf karna sudah lancang katanya.

Tapi, Desi tadi juga meminta izin untuk tetap berteman. Mina sih biasa saja. Ia mengizinkan saja. Lagi pula kenapa juga ia harus melarang Desi dan Mark untuk berteman toh tidak ada salah nya.

Hanya berteman tidak lebih. Tidak masalah bukan.

Mina menatap hujan yang masih lebat, yang seperti nya enggan untuk berhenti walau sesaat. Lantas, menghela nafas panjang dan nampaklah kerutan di dahi nya. "Kapan berhenti sih hujan nya?" Keluh Mina.

Goresan Sketsa | Mark Lee✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang