34 - Kenangan Janji.

66 16 15
                                    

Hay

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hay. Ingatkan jika ada typo yaa...
Happy reading ♡

✩&💬
.
.
.

Tidak ada sedikitpun rasa enak saat ketahuan bahwa dia-- Mina adalah sasaran pembullyan.

Selepas dari sekolah, Bang Tara seriusan menuntut sekolah. Semua langsung di urus detik itu juga. Dan sekarang ini bahkan dia harus di sidang oleh Mas Dimas dan Kak Jeffry tentang bagaimana bisa ada rumor yang mengakibatkan adik nya itu di bully.

Luka Mina tidak seberapa. Bahkan tidak sakit baginya. Biasa saja. Palingan ada beberapa luka yang terasa seperti cakaran kucing. Dan itu tidak apa-apa sama sekali.

Yang di khawatirkan adalah Mark. Lelaki itu ternyata di bully oleh Felix dan kawanan nya di toilet. Untung nya tadi ada kak Jeffry. Jika tidak, Mina tidak akan pernah tau bahwa Mark di pukuli... lagi.

Bunda dan Ayah pergi. Pagi-pagi sekali Bunda dan Ayah berangkat ke rumah sakit. Karna kebetulan tante Mina--adik dari Bunda melahirkan.

"Parah sih. Siapa coba yang ngefitnah adik lu. Mana tu orang pake acara punya bukti foto lagi." Dejun berucap setelah sesaat kacang yang ia kupas masuk ke dalam mulutnya.

Laki-laki itu tadi langsung ikut ke sini menggunakan mobil pribadi nya sendiri. Katanya sekalian bolos saja. Sebab hari ini ada pelajaran matematika. Katanya sedang malas menghitung.

Dari tadi Dejun tidak henti-henti nya berbicara. Menceritkan semua awal mula rumor itu muncul sampai Mina dan Mark bisa jadi sasaran empuk untuk di bully.

Mas Dimas hanya bisa menatap Mina maupun Mark secara bergantian. Sebab jelas-jelas ada beberapa poin dari cerita Dejun yang berbeda dari kenyataan. Seperti, Mark yang di pukul oleh preman sepulang dari cafe. Jelas-jelas Mark di pukul Felix.

"Aneh deh. Kalau malam dia masuk grup terus tebar berita, dan paginya dia keluar. Fix! Dia cuma mau tebar gosip. Fitnah itu!" Seru kak Jeffry.

"Pertanyaannya, siapa dalangnya?" Dejun bertanya. Membuat kak Jeffry ikut berfikir.

Kemudian datang lah Bang Tara. Yang sejak dari tadi di dalam kamar-- mengurus untuk menuntut pihak sekolah.

"Felix Sadewa." Bang Tara berucap. Seketika membuat mata Dejun dan Kak Jeffry membola.

Diam-diam Mark hanya bisa memunduk. Dia tidak bisa juga melawan.

"Lah?" Heran Dejun yang tidak di gubris oleh Bang Tara.

"Abang, udah menghubungin Wendy sama Johnny. Tim kuasa hukum Johnny bakal bantu. Kamu gak perlu khawatir." Bang Tara kembali bersuara. Matanya persis menatap mata Mark.

Dan setelah terdengar helaan nafas yang panjang dari Mark. Laki-laki itu balas menatap Bang Tara. "Gak perlu Bang. Kan bisa di bicarain baik-baik." Ujarnya.

Goresan Sketsa | Mark Lee✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang