44 - Di depan sana, Mark gak ada.

93 13 17
                                    

Ingatkan jika ada typo yaa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ingatkan jika ada typo yaa...
Happy reading ♡

✩&💬
.
.
.

Pagi ini tidak ada Mark yang menjemputnya di depan rumah. Tidak ada Mark di depan sana. Hanya ada suara Mas Dimas yang menggerutu tidak jelas.

Meski begitu, Mas Dimas satu-satu nya yang paling bisa mengantar Mina untuk saat ini. Tidak ada pembicaraan. Hanya hening yang menyelimuti keduanya.

Padahal Mas Dimas beberapa kali mencuri pandang kepada Mina. Jika biasanya Mina akan berterika 'Apa?!' Dengan nyaring. Tapi, Mina yang sekarang hanya akan tetap menatap ke luar jendela.

Menatap bunga-bunga bougenvill yang banyak berjatuhan di jalanan. Meski begitu, tatapan nya tetap kosong. Mas Dimas kan jadi khawatir.

Siapa tau kesambet, kan tidak lucu.

Hingga akhirnya ban mobil Mas Dimas berhenti menggelinding. Berhenti di depan gerbang sekolah.

"Nah dah nyampe. Turun dah lu." Mas Dimas agak acuh tanpa menatap si bungsu.

Alih-alih turun, Mina malah diam. Membuat Mas Dimas kebingungan.

"Na, udah nyampe." Mas Dimas bersuara sambil memegang bahu Mina.

"Mas..." tiba-tiba Mina merengek. Nyaris menangis.

Mas Dimas yang kebingungan langsung saja memeluk adik nya lantas mengelus punggung sempit itu.

"Padahal di jalan ini, Mark janji bakalan nyari buku sama-sama di perpus. Mark bohong sama aku Mas." Mina meracau. Tidak menyebalan seperti biasanya, suara Mina terdengar begitu pilu.

"Makanya Na, tunggu sampai Mark bangun. Dia kan cuma istirahat bentar." Mas Dimas semakin erat memeluk Mina, harap-harap adik nya bisa tenang.

***

Andaikata ujian tidak ada, mungkin Mina juga tidak berada di sekolah. Mungkin saja, Mina akan duduk di samping Mark sepanjang hari.

Meski sekolah, Mina tidak berinteraksi dengan Felix dan Dejun. Entah mengapa dia memutuskan untuk menghindari mereka, untuk sementara waktu.

Dan ketika istirahat tiba, Mina memilih untuk ke perpusrakaan sekolah. Sebenarnya, Yuqi dan Sakura sama-sama hendak menemani. Tapi, sendirian adalah pilihan terbaik bagi Mina untuk saat ini.

Iya, sendiri dahulu. Sementara saja.

Mina sempat lupa kapan terakhir kali dia ke perpus. Tempat di mana berkumpulnya buku-buku ternyata cukup luas selaras dengan isi nya yang begitu banyak.

Ibu Risda si penjaga perpus, agak keharanan ketika Mina masuk lantas berdiri di depannya. Seandainya saja Mark, mungkin Bu Risda tidak akan heran, sebab laki-laki itu satu-satu nya yang paling rajin untuk datang ke perpus.

Goresan Sketsa | Mark Lee✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang