22 - Perihal pagi hari.

61 16 2
                                    

Hallo aku balik lagi hehe

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hallo aku balik lagi hehe..
Ok eumm... Dalam rangka Mas Dimas. Eh, maksud nya Doyoung gitu.

Ya pokok nya. Dalam rangka Doyoung ultah, aku double up hehe
Plus ada bonus part. Special Doyoung Birthday.

Jiaaah banyak banget. Lagi baik gua.

Ok... Ingatkan jika ada typo yaa..
Jangan lupa buat Vote dan Komen..
Happy reading ♡

✩&💬
.
.
.

Cahaya matahari masuk menembus ventilasi. Membuat laki-laki yang tengah terlelap menggeliat sambil menutupi wajah nya yang terkena cahaya.

Perlahan kedua kelopak mata itu terbuka. Ia duduk di kasur nya. Pandangannya ia edarkan ke seluruh penjuru ruangan. Sampai berakhir pada jam dinding yang sudah menunjukkan jam setengah 6 pagi.

Sepertinya ia terlalu kelelahan hingga tidur selelap itu. Emang sih sehabis membuat mural kemarin, Mark juga menjadi pelayan di kedai kopi itu. Mumpung Mba Wendy pulang nya agak malaman.

Baiklah. Sekarang Mark harus turun. Mandi, berpakaian lalu menjemput Mina.

Tapi saat ia turun dari tangga. Sayup-sayup suara Mba Wendy yang berteriak serkas terdengar.

Hati-hati Mark mencoba mengintip. Rupanya di luar ada Sadewa. Ayah dari Mark maupun Felix.

Agak sedikit membingungkan sih. Mengapa Ayah nya tiba-tiba datang. Ini agak langka.

"Anda kalau hanya ingin menyakiti Mark, lebih baik pergi. Heran manusia apa setan sih."

"Jaga bicara kamu. Dasar tidak tau di untung."

Itu percakapan terakhir yang di dengar jelas oleh Mark. Mba Wendy ini selalu overthingking.

"Mba," pelan Mark.

"Haduuh Mark ngapain ke sini. Masuk sana." Sahut Mba Wendy agak kurang santai.

"Ada Ayah." Sahut Mark.

"Salah liat kamu. Jelmaan setan ini."

"Mbaa!"

"Batu banget sih!"

"Apa anda tega memisahkan anak dan ayah nya?" Sadewa bersuara membuat Mba Wendy geram sampai ubun-ubun.

Mba Wendy baru mau menyahut, Mark sudah mengelus pelan tangan Mba Wendy.

"Maaf Mba. Bukan mengusir. Tapi, beri aku waktu sama Ayah ya." Pelan Mark seraya tersenyum.

Senyum nya itu loh, bikin diabetes. Bagaimana Mba Wendy mau membantah jika Mark begitu. Haduuh.

Goresan Sketsa | Mark Lee✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang