14. Isyarat

2.7K 582 104
                                    

Selamat membaca dan semoga terhibur!

Jangan lupa pencet bintang (⭐) di bawah sebelah kiri ya!

Thank you.

p.s. : lebih long, ngga boong aku. banyak poin of viewnya, jadi teliti ya. dan iya, sama-sama udah dabel apdet ☺

💎

"Maksudnya Dob?" tanya Junkyu—yang berpasangan dengan Yedam—ketika telinganya mendengar Doyoung menggerutu. Jihoon yang di sebelahnya pun menoleh ke arah pasangannya, tanpa sadar menunggu reaksi Doyoung.

Ia menggeleng, "Ah, enggak. Kita harus cepat gerak, suasananya mulai nggak enak." Ucapan Doyoung didengar oleh Hyunsuk yang mengangguk setelahnya.

"Oke, ayo gerak. Dan jangan lepasin genggaman kalian, inget!"

"Sini Dobby," Jihoon menengadahkan tangan kirinya, bersiap menyambut telapak tangan Doyoung yang entah memang karena hawa di tempat ini yang menusuk atau karena memang telapak tangan adiknya yang terlalu dingin. Yang Jihoon tekankan sekarang adalah tetap menjaga Doyoung dalam setiap jangkauannya. Jihoon nggak akan mengulangi kesalahan yang sama.

Yang sementara itu Jaehyuk, merasa ada yang salah. Matanya masih menatap pada sebuah ruangan yang sebelumnya menampakkan bayangan hitam seperti manusia, tengah memperhatikannya dengan teliti. Jaehyuk yakin, mata gelapnya mengisyaratkan sesuatu. Tapi Jaehyuk juga nggak paham, apa yang hendak mata itu sampaikan. Tatapan matanya itu.. nggak asing bagi Jaehyuk yang selama hidupnya menghabiskan waktu untuk melihatnya setiap hari.

Di samping rasa ingin tahu Jaehyuk, ada satu saudaranya yang gelisah. Ia menelan ludahnya gugup, mengembuskan napas beratnya. Ia mengulum bibirnya, berpikir sembari langkahnya tetap stabil. Nggak mungkin sebuah jiwa yang telah keluar dari tubuh dapat berkeliaran dan mengikutinya, bukan? Anggap aja bisa, maka satu yang ia takutkan— ketika tubuhnya akan diambil alih, kembali.



Taeyang dan Hyorin tengah berada dalam perjalanan pulang yang panjang. Tiket pesawat telah mereka dapatkan, Hyorin yang masih beberapa kali meneteskan air mata sebab khawatir akan ibunya itu mendapatkan dekapan hangat dari sang suami. Taeyang nggak habis pikir, gimana bisa sang mertua tiba-tiba jatuh sakit padahal sebelum keberangkatan keluarganya untuk berlibur, sang mertua masih tersenyum lebar lewat panggilan tatap muka yang mereka lakukan. Hanya berpamitan, dan sang mertua jelas-jelas terlihat amat sangat baik.

Lantas kenapa kabar buruk ini tiba? Sekarat? Hati seorang ayahnya.. semakin risau. Maka dengan embusan napas gusarnya, Taeyang mengeluarkan ponselnya. Mencari sebuah nomor yang ia punya, dan menelponnya. Terangkat, ia segera bicara, "Tolong kamu samperin anak-anak om ya? Alamatnya setelah ini saya kirim. Om ada urusan mendadak jadi harus pulang, saya khawatir tinggalin mereka sendirian, apalagi anak cewek om," jelasnya penuh rasa khawatir. Seseorang di seberang memekik kaget.

"Loh, Belle sendirian?!"

Lelaki yang lebih berumur itu mendecak, "Ya enggak, sama saudara-saudaranya. Tapi om khawatir aja, pokoknya tolong kamu ke sana ya! Temuin mereka, nanti kasih kabar. Makasih Yoonbin!"

"Eh, iya iya Om! Semoga cepet sampai!"

Seiring panggilan yang usai, Taeyang sedikitnya merasa lega. Ia ingat jika salah satu anak dari temannya itu juga ikut bersamanya ke Bali. Entah apa yang anak itu urus, tapi Taeyang harap ia bisa meluangkan waktunya untuk menemui ketiga belas anaknya.











Treasure Family 2 : Hotel Trivago | Treasure (12+1)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang