15. Mbak?

2.8K 594 69
                                    

Selamat membaca dan semoga terhibur!

Jangan lupa pencet bintang (⭐) di bawah sebelah kiri ya!

Thank you.

💎

Dengan Mashiho yang berjalan di sampingmu, kalian menyoroti setiap ruangan yang ada, mencari apakah ada seenggaknya sebuah petunjuk. Sesekali kamu meringis, merasakan betismu yang luka bergesekan dengan kain kemeja Mashiho. Darah tetap merembes, terserap oleh kain. Namun, beruntung karena genggaman erat Mashiho pada tangan kananmu, beban yang ditanggung oleh kakimu terbagi dengan Mashiho juga.

"Mas, tadi Mas pilih pintu warna putih?" Mashiho menoleh sebentar, sebelum kembali memperhatikan sekitar dengan ponsel yang masih ikut terbawa bersamanya. Ia mengangguk.

"Iya, soalnya mencurigakan banget. Emang kamu nggak pilih warna putih?" sekarang ganti Mashiho yang bertanya.

Tentu kamu menggeleng. "Enggak."

Kalian berdua otomatis terhenti, menatap satu sama lain. "Ah, kalau gitu coba hubungin—"

"Enggak!"

"Hah?"

Kamu menelan ludahmu gugup. Berusaha mencari kalimat yang tepat untuk menjelaskan. "Itu.. soalnya tempat ini nggak ada sinyal Mas. Kita nggak bisa hubungin siapa-siapa."

"Apa?! Loh, terus nanti kalau papa sama mama telpon gimana? Nggak bisa nyambung dong?"

Kamu mengangguk. "Iyaa, makanya- ehm, kita harus bisa temuin Junghwan. Biar bisa keluar dari sini secepatnya!" bujukmu. Lengannya kamu pegang dan menatapnya penuh harap. Semoga aja, Mashiho bakal setuju dan terusin pencarian ini,

"Enggak! Mas nggak bisa biarin kita ada apa-apa, mas nggak mau. Jadi, ayo balik!" Mashiho menarik lenganmu, membuatmu terpaksa mengikutinya untuk berputar arah, berniat untuk keluar dari sini.

"Mas, dengerin dulu! Aku juga nggak bisa biarin Junghwan sendirian dong! Saudara-saudara kita juga masih di sini! Kalau kita keluar, siapa yang beri tahu mereka? Siapa yang bantu Junghwan?! Aku nggak mau tinggalin mereka!"

"y/n! Nggak semua bisa kamu lakuin sendiri. Kita nggak bisa lakuin ini sendiri, kita butuh bantuan. Ayo dong, jangan egois." Mashiho melepaskan genggaman tangannya, memandangmu dengan napas memburu dan wajah khawatirnya.

Tapi kamu tetap pada pendirian. "Aku-nggak-mau," tekanmu padanya.

"ADEK!"

Kamu mendelik. Bukan karena bentakan Mashiho melainkan karena tarikan kuat pada pinggangmu yang membawamu masuk ke di dalam sebuah ruangan dan memojokkanmu di tembok.

"Aw! Siapa—!"

Wajah risau dari salah satu orang yang kamu kenal hadir, penuh dengan sorot mata takutnya yang bergetar dia menggumam. "Mbak bisa lihat aku kan? Mbak? Mbak, jawab Doyoung!" lelaki itu menggoyangkan tubuhmu, masih dengan tatapan risaunya ia berusaha memberitahukamu sesuatu.

Namun otakmu justru memperlihatkan hal lain, wajah adikmu perlahan berubah menjadi sosok lain yang sebelumnya pernah sosok itu tunjukkan sekilas. Wajah penuh lebam, dan separuhnya yang telah keropos memperlihatkan bagian dalam penuh darah mengucur membuat napasmu kian memberat.

"Mbak? Ini Doyoung. Aku yakin Mbak bisa lihat. Jadi tolong-"

"AHHH! ENGGAK, ENGAK! PERGI!"

"Adek! Kenapa?!"

"Enggak! Jangan sentuh! Saya ngga mau lihat kamu!"

"Adek! Sayang, ini aku, Mashiho! Tenang, ya, hm?" Napasmu masih memburu, namun setidaknya wajah Mashiho yang saat ini kamu lihat. Tengah khawatir, menangkup setiap sisi wajahmu dan membuatmu untuk fokus padanya. Kamu mengembuskan napas berat legamu. Tanganmu meremas lengannya kuat, penuh ketakutan dan syukurmu karena wajah sosok itu telah lenyap dari pandanganmu.

"Kamu gapapa?" tanyanya lirih. Kamu mengangguk, menghindari tatapannya yang masih aja risau. Hanya takut kalau nantinya hatimu akan luluh, sebab Mashiho setelah ini pasti akan berusaha untuk membujukmu keluar dan meninggalkan saudara-saudaramu yang lain.

Nggak, sampai kapanpun itu kamu nggak akan membiarkannya terjadi.

"Mas,"

"Adek. Ayo kita cari mereka."

"Apa?"

Mashiho dan sorot mata tegasnya, membuatmu heran. Ada apa dengan perubahan sikapnya itu? Ia menghela napasnya, kini raut sedihnya terpancar. Mashiho mendekat, menempelkan dahinya dengan dahimu. Menutup matanya kuat, terkesan marah. "Mas, nggak mungkin bisa tinggalkan saudara kita terjebak selamanya di sini sama mereka. Mas nggak mau." Lantas ketika mata itu kembali menatapmu, senyummu mengembang.

"Mas Cio, makasih..."

To be continued

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

To be continued.

Friday, 19 february 2021

(+) ah, gemes. ternyata masih ada yg belum tau siapa nenek itu ya? haha. sekarang tahan ya, otakku lagi macet ><

anyways, coba ingat lagi siapa karakter yg sempat kalian lupakan ketika perjalanan ini dimulai. semoga bisa membantu keingintauan kalian yg masih ragu <3 tapi yang udah yakin, tenang. tunggu dulu. siapa tau kalian tertipu, hehe.

Publish: Friday, 19 february 2021

Treasure Family 2 : Hotel Trivago | Treasure (12+1)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang