Selamat membaca dan semoga terhibur!
Jangan lupa pencet bintang (⭐) di bawah sebelah kiri ya!
Thank you.
💎
Doyoung palsu—atau lebih tepatnya si hitam—itu meregangkan otot-otot tangan dan kakinya. Tersenyum lebar menantang makhluk besar di depannya. "Maju dong, atau harus aku yang duluan?"Tanpa basa-basi dan peringatan, Doyoung telah berlari mendekat. Menimbulkan geraman rendah yang menggema ke seluruh ruangan dari sang raksasa. Doyoung meninju kaki bawah si raksasa dan tertawa.
"Mampus—eh? Loh, kok nggak jatuh sih?" herannya.
Geraman kembali ia dengar. Tangan kanan si raksasa mendekat, hendak menyingkirkan raga kecil Doyoung namun gesitnya tungkai kecil itu membuatnya aman. Doyoung palsu itu mendecih. Menatap kesal ke arah raksasa di depannya yang bergerak maju.
"Serius. Mengesalkan."
Tawa jahat terdengar. "Kamu nggak akan bisa menang!"
"Cih, sombong sebelum ada kenyataan tuh, untuk apa? Sini maju dan buktikan."
Pertarungan mereka kembali berlangsung, dengan sering kali Doyoung yang menghindar dan melancarkan serangan dengan tinjunya yang sama sekali nggak ada efeknya sama sekali bagi si raksasa. Entah itu kaki, tangan, perut, dan punggung. Doyoung nggak bisa buat si raksasa yang lebih mirip Orc itu tergeletak di lantai.
Tapi bukan masalah, Doyoung palsu ini pasti bisa buat kalahkan si makhluk mengerikan itu.
"Wah, keren sih. Kalian semua harus lihat ini."
Lagi dan lagi, Jeongwoo berulah. Dia sendiri yang bangun penahan, tapi dia juga yang buka penahannya cuma karena ingin tahu pertempuran antara si Doyoung palsu dengan si raksasa. Jaehyuk mendesah malas tapi ikut lihat juga, bersamaan dengan Haruto yang juga ikut karena ya... jika ada Jeongwoo maka Haruto pun pasti ada.
Beda dengan ketiga saudaranya, Yoshi ikut lihat bukan karena ingin tahu betapa kerennya si Doyoung bertarung. Tapi hanya untuk memastikan jika Doyoungnya itu baik-baik aja. Raga adiknya harus baik-baik aja. Nggak boleh enggak.
Di samping itu, Jihoon yang penasaran mulai bertanya pada Hyunsuk dan Asahi. Dua anggota keluarganya yang sempat buat dia murka karena khawatir bakal hilang juga dibawa para hantu kembar sebelumnya. Dia bertanya, "Kenapa bisa si yang namanya Adin itu malah bantuin lo?" Setelah Hyunsuk cerita jika salah satu hantu kembar itu yang menyuruhnya bersembunyi bersama Asahi.
"Gue nggak tahu. Tapi ada berita bagus." Junkyu, Jihoon, dan Asahi fokuskan pandangan ke Hyunsuk.
"Gue tahu di mana Junghwan."
Satu kalimat itu mengundang pelototan terkejut dari ketiga orang yang menyimak. "Lo serius?!" Jihoon menjadi orang yang bereaksi pertama kali. Anggukan juga ia terima dari yang lebih tua.
"Setelah ini, kita cuma harus lurus aja ikutin jalan sampai akhir. Adik kita.. ada di ruangan paling pojok. Tapi,"
"Tapi apa?" desak Asahi.
"Hantu itu bilang, ada penjaganya."
Junkyu kerutkan dahinya, "Gue curiga, gimana kalau sebelum kita sampai di ujung ruangan, ada makhluk-makhluk mengerikan lainnya kayak si raksasa barusan?"
"Atau bahkan bisa lebih parah dan kuat."
Haruto yang menyahut. Dia berdiri di belakang Junkyu dan menunjuk arah belakangnya dengan jempol. "Doyoung palsu udah berhasil kalahin si raksasa. Ayo keluar."
"Cepet amat?" komentar Junkyu.
Jihoon mendesis. "Setan mah, beda."
Mereka semua akhirnya keluar. Bangkai si raksasa nggak ada sama sekali. Tapi kata Jeongwoo, raksasa yang udah nggak bisa bangun lagi dengan banyak luka menganga di tubuh itu melebur jadi debu dan hilang.
"Kamu gapapa?" Yoshi yang pertama kali keluar dari ruangan dan hampiri raga Doyoung dengan jiwa palsu itu, bertanya penuh khawatir.
Aneh.
Pikir si Doyoung palsu. Ia terkekeh pelan, memegangi bagian perut kirinya dengan tangan kanan. Tersenyum remeh. "Hei, manusia. Aku nggak selemah—"
"Raga adikku. Aku khawatir sama raga adikku, bukan jiwamu."
Si perebut raga itu berhenti melanjutkan kalimatnya. Ia mendesah kesal. "Sial. Seharusnya aku memang nggak percaya manusia."
"Doy—bukan, siapa nama lo?" tanya Hyunsuk yang menjadi orang kedua yang mendekat dan berdiri di samping Yoshi.
Dengkusan dan senyuman miring Hyunsuk dapatkan.
"Harus kasih tahu ya?" godanya.
Jihoon mendecih, ia membentak. "Kalau nggak punya nama bilang, nggak usah bikin repot."
Tatapan datar menjadi balasan. Si jiwa palsu itu dongkol. Ia serasa nggak punya harga diri sebagai pemegang kekuatan yang paling besar di antara mereka semua. Helaan napasnya mengudara.
"Midam. Lee Midam."
Itu.. katanya.
To be continued.
Sunday, 10 october 2021
(+) masih inget siapa dia? 🤡
anw, mau ingetin aja kalo si hantu itu bakal aku bedain cara ngomongnya dengan bahasa baku ya. kecuali ada sih, beberapa yg emang luwes bicara non baku kayak anak trejo :)
Publish : Friday, 29 october 2021
KAMU SEDANG MEMBACA
Treasure Family 2 : Hotel Trivago | Treasure (12+1)
Horror16+ [ Treasure and You ] *Horror Version • Kebayang nggak, kalau keluarga bobrok macam mereka ganti genre dari humor ke horor? . "Kayaknya emang keluarga kita tuh, ada aja cobaannya. Jeongwoo makin item contohnya." "Lo ngomongin gue?" "Iya- eh? Loh...