Selamat membaca dan semoga terhibur!
Jangan lupa pencet bintang (⭐) di bawah sebelah kiri ya!
Thank you.
💎
"Satu.. dua.. tiga..."
Asahi terdiam menatap tiga ruangan dengan isi yang berbeda di depannya. Ia bingung, tentu. Bagaimana bisa dia bertahan di satu ruangan tanpa ketahuan selama setengah jam? Bukankah itu hampir mustahil? Tapi seenggaknya dia harus mencari suatu kemungkinan yang akan terjadi jika ia harus sembunyi diantara ketiga ruangan di depannya.
Laki-laki itu mulai berjalan ke arah ruangan pertama. Banyak kardus kosong di sana. Hampir memenuhi seiris ruangan, ia sekilas berpikir bagaimana jika dirinya bersembunyi di salah satu kardus besar di sana dan menutupinya dengan kardus lainnya? Mungkin itu akan berhasil bukan? Kalaupun Alvi mencarinya di sini, itu akan membutuhkan waktu yang lumayan lama.
Tapi Asahi masih nggak yakin gimana bisa ia tetap tersembunyi selama setengah jam. Kalau begitu, ia harus segera mencari tempat lainnya. Ia keluar dengan cepat dan berpindah ke ruangan kedua, tempat perabot yang telah rusak dan nggak dipakai lagi. Televisi, sofa, lemari es, meja, kursi, bahkan ranjang ada di sini.
Ia mencari tempat yang sekiranya bisa ia jadikan tempat persembunyian dari Alvi, dengan cepat langkahnya menyusuri segala sisi yang ada dan tiba pada sebuah ranjang yang memiliki kolong cukup besar untuknya masuk. Kolong itu tertutupi oleh seprai lusuh yang menjuntai, sehingga pemandangan dari luar akan tertutupi begitu pun sebaliknya.
Apa ia harus bersembunyi di sini?
Tapi bukankah ini terlalu mudah untuk ditemukan?
Astaga, Asahi masih bimbang.
"Tujuh.. delapan..." Dan hitungan yang menggema itu semakin tiba pada akhir. Asahi mendecak dan dengan segera, berlalu dari sisi ranjang untuk memeriksa ruangan yang lain. Sebelum gerakannya terhenti ketika salah satu sandalnya terlepas dan masuk ke dalam kolong.
"Demi Jeongwoo yang berisik, kenapa sih, ah!" rontanya dalam bisikan kesal. Ia menunduk untuk mengambil sandalnya yang ternyata berada nggak jauh dari jangkauannya. Tapi hitungan yang semakin menipis itu, mengharuskan Asahi untuk membuat keputusan cepat.
Sembunyi atau ketahuan.
Maka tentu ia memilih untuk sembunyi di satu ruangan dengan mendekap sandalnya di dalam dada. Setelah hitungan ke sepuluh terucap, jantungnya yang berpacu kuat mengantarkan bulir-bulir keringat di dahinya menetes ke lantai.
Ia.. sungguh berharap dirinya nggak ketahuan.
"Asahi~ siap nggak siap, aku datang!"
•
Jeongwoo bersin secara tiba-tiba, hidungnya gatal. Haruto yang sempat kena cipratan airnya mendecak dan mengusap wajahnya ke baju Jeongwoo.
"Jorok! Tutupin kalau mau bersin," omelnya.
"Iya iya, buset."
Setelah perdebatan pendek itu, Yoshi tiba-tiba bertanya, "Mashiho... gimana sama dia ya? Dobby, apa dia tahu?" ia menunjuk Adin yang ada di sebelah Doyoung dan adik laki-lakinya itu pun menatap sosok perempuan di sebelah kanannya untuk mendengar jawaban.
Namun Adin menggeleng. "Fokusku nggak ke sana sekarang. Aku nggak bisa pastikan keadaan saudaramu yang lain itu dengan benar. Tapi yang jelas, aku nggak merasakan aura manusia selain kalian dan yang bersama Alvi di area ini."
"Di area ini? Jadi ada berapa area di tempat ini?" tanya Yedam.
Adin sempat meliriknya, sebelum kembali pandangannya ke arah depan. "Banyak. Tapi aku membaginya dalam dua area besar. Jika kalian nggak lupa, dua pintu yang sebelumnya kalian lihat itulah yang membagi dua area besar yang aku maksud."
"Pintu merah dan putih itu?"
Adin mengangguk akan pertanyaan Junkyu. "Lebih gampangnya, sebut saja area merah dan putih sesuai warna pintu. Dan kalian bisa dibilang berada di area putih."
Jihoon yang mendengarkan penjelasan Adin di depannya itu mengerutkan dahinya, masih agak bingung. Adakah perbedaan dari kedua area itu?
"Ya, ada."
Jihoon tersentak, begitu pula saudaranya yang lain yang heran mendengar kalimat pendek itu keluar dari Adin. Seolah menjawab pertanyaan seseorang yang nggak terdengar secara langsung.
"Gimana bisa—"
"Ada, Jihoon." Adin menoleh ke belakang, dengan tetap melangkahkan kakinya ke depan. Jihoon menelan ludahnya susah payah. Sosok itu kemudian melanjutkan, "Bedanya... di sana nggak ada makhluk macam Olive, aku, dan Alvi. Hanya ada dia, si pemimpin utama." Adin menghadapkan wajahnya kembali ke depan.
"Beruntung, kalian pilih area yang lebih aman. Seenggaknya untuk sekarang."
Pikiran mereka pun, bercabang akan pernyataan dari Adin yang sungguh membuat mereka tiba-tiba khawatir.
Bukankah ada kemungkinan Mashiho dan kamu berada di area berbahaya itu? Lantas, bagaimana keadaan kalian saat ini?
To be continued.
Sunday, 30 may 2021
(+) aaaaa hari ini satu dulu ya, nyatanya pra uas gini emang makin nambah tugasnya huhu.
sampai jumpa di chapter selanjutnya ya! beneran slow update jadinya <(`^´)>
:(
Publish : Friday, 11 june 2021
KAMU SEDANG MEMBACA
Treasure Family 2 : Hotel Trivago | Treasure (12+1)
Horror16+ [ Treasure and You ] *Horror Version • Kebayang nggak, kalau keluarga bobrok macam mereka ganti genre dari humor ke horor? . "Kayaknya emang keluarga kita tuh, ada aja cobaannya. Jeongwoo makin item contohnya." "Lo ngomongin gue?" "Iya- eh? Loh...