35. Doyoung

1.7K 369 31
                                    

Selamat membaca dan semoga terhibur!

Jangan lupa pencet bintang (⭐) di bawah sebelah kiri ya!

Thank you.

💎

Hyunsuk selesai bercerita. Semua yang Adin katakan ke dia udah beres diberitahukan kepada semua saudaranya dan juga Midam. Midam mengangguk, "Kalau gitu tinggal jalan lurus kan? Ya udah, ayo."

Begitu enteng untuk si pengambil raga orang itu bicara, Jeongwoo kesal. Midam berjalan lebih dulu, di belakangnya ada Hyunsuk dan juga Yoshi. Lalu sesuai urutan, ada Jihoon dan Junkyu, Haruto dan Jeongwoo, lalu Jaehyuk, Asahi dan Yedam. Jelas, Yedam yang berada di tengah.

"Omong-omong, lo sembunyi di mana Mas?" tanya Yedam. Ia ingat betapa frustasinya Alvi begitu tahu Asahi nggak bisa ia temukan.

Dengan malasnya ia bercerita, "Di ruangan awal hantu itu bawa gue. Sebelumnya gue udah periksa semua ruangan satu sampai tiga, sandal gue juga sempet jatuh sebelah di ruangan kedua. Mau diambil tapi gue takut ketahuan, jadinya gue biarin terus sembunyi deh di ruangan ketiga. Pas dia sibuk cari gue di ruangan kedua gue balik ke ruangan awal dan masuk ke dalam lemari. Dengan begitu, si hantu itu nggak bakal ngira kalau gue sembunyi di sana. Beres deh."

Yedam dan Jaehyuk menatap takjub. Asahi masa bodoh. "Keren banget sih, lo," komentar Jaehyuk sambil menunjukkan kedua jempolnya ke Asahi.

Asahi mendecih, ia tersenyum miring. "Udah nggak takut lagi sama gue lo?"

Jaehyuk mendelik dan seketika menutup mulutnya penuh kejut. "Lo bisa baca pikiran ya?!"

Lagi-lagi, decihan terdengar. "Dari ekspresi sampai tingkah lo aja gue tahu, tanya aja Yedam."

Lantas ketika mata Jaehyuk dan Yedam bertemu, yang lebih muda itu tersenyum polos dan mengangguk. Mengatakan bahwa ia juga tahu jika Jaehyuk sempat takut pada Asahi sebelumnya.

Jaehyuk menunduk. "Maaf, Asa..."

"Iyain."

Asahi sedang lelah sekarang, badannya masih terasa nggak nyaman karena terlalu lama bersembunyi dan menekuk tubuhnya. Serius, dia nggak mau lagi deh, main petak umpet.













Jika digambarkan secara implisit, setelah mereka melewati pintu putih sebelumnya hanya ada lorong gelap dengan setiap kanan dan kirinya yang pasti ada ruangan-ruangan berdebu. Entah itu dengan pintu atau enggak, dan entah di dalamnya kosong atau hanya ada barang-barang dan kardus bekas. Hanya ada satu belokan ke kiri, tempat di mana mereka menemukan Asahi sebelumnya. Sekarang mereka hanya akan berjalan lurus agar bisa bertemu dengan pintu besi di akhir jalan, tempat di mana Junghwan berada.

"Kira-kira, nanti makhluk apa ya, yang dateng?"

Haruto mengerutkan alisnya nggak suka. "Lo mau ada yang dateng terus bunuh lo, gitu? Stres emang."

Jeongwoo mendecih. "Gapapa. Toh, ada dia." Ia menunjuk Midam di barisan depan dengan dagunya, terlihat masa bodoh dan nggak ambil pusing. Justru, Jeongwoo menantikan banget gimana si Midam nanti bertarung.

Emang nyebelin.

Tapi Haruto menjewer telinga saudaranya itu hingga sang empu mengaduh. "Inget apa kata mas Yoshi nggak? Kalau si Midam itu kenapa-napa, yang kena juga mas Doyoung. Lo nggak kasihan apa."

Jeongwoo seperti baru sadar, ia menepuk dahinya lumayan kencang. "Aduh, iya juga. Tapi gue yakin sih, dia bakal baik-baik aja." Tapi tetap aja, dia masih masa bodoh dan tersenyum lebar menantikan hal seru apa yang akan terjadi nanti.








Senyum Jeongwoo masih tersemat apik, sebelum jatuhnya Midam ke lantai buat dia ikutan panik.

"Hayoloh, kenapa tuh?!" seru Haruto.

Dengan sigap Yoshi dan Hyunsuk menghampiri. Kepala adiknya itu dibawa Yoshi di atas pangkuannya, mata terpejamnya seolah menahan sesuatu. Suara erangan pun semakin keras terdengar, kedua telapak tangannya menutupi telinga dan ia berseru keras dengan suara yang berbeda.

"DIAM! ARGH!"

"Midam? Heh! Lo kenapa?!" seru Hyunsuk panik. Dia berusaha membuat Midam kembali membuka matanya dan berhenti mengerang. Ia pula takut jika tubuh adiknya itu ternyata terluka akibat pertarungan sebelumnya. Midam terlihat kesakitan sekarang, entah karena apa.

"Aduh, ini kita harus gimana?! Anying, bingung gue!" Jeongwoo was-was. Takut si Midam ada masalah dan makhluk selanjutnya datang secara tiba-tiba di saat yang nggak tepat seperti sekarang. Ia bingung, harus melakukan apa jika ada kejadian itu.

Namun seiring dengan erangan kerasnya yang terakhir, tubuh Doyoung itu nggak lagi bergerak.

"Pingsan?" tanya Yedam.

"Emang setan bisa pingsan?" sahut Junkyu.

Yoshi segera mengecek urat nadi adiknya, napas leganya terdengar seiring anggukan ia berikan. "Kayaknya iya."

Haruto mendecak. Melirik sinis Jeongwoo di sampingnya yang masih ketar-ketir. "Itu yang katanya bakal baik-baik aja?" sindirnya. Tapi Jeongwoo nggak merespon saking khawatirnya para makhluk itu bakal datang di saat begini. Karena dia juga tahu mereka nggak bisa apa-apa kalau tanpa Midam.

Ia mendecak gusar. Di saat yang lain bergerak untuk menghampiri tubuh Doyoung yang bernapas teratur dengan paha Yoshi sebagai bantal. Hyunsuk membuka suara, "Kita tunggu sampai dai sadar dulu, baru kita lanjut—"

"Loh, kalian kenapa ngerubungin pangeran? Kangen ya?"

Senyum tengil yang khas dan candaan menyebalkan dari seseorang yang akrab disapa Doyoung itu mereka dengar. Raut kejut dari semua saudaranya bahkan Jeongwoo yang gopoh berlari menghampiri menimbulkan kekehan ringan dari lelaki yang masih aja setia di pangkuan Yoshi yang matanya mulai berair.




"MAS DOYOUNG?!"



Teriakan Jeongwoo memberikan sapaan awal sebelum pelukan keluarga yang rindu itu Doyoung dapatkan.

Ya, ia kembali.


Monday, 18 october 2021

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Monday, 18 october 2021

(+) sebentar ya, aku mau selesaiin draftnya dulu sampe end baru aku publish semuanya. mumpung ada hiburan dari trejo setiap jumat malem jadi bisa alihin pikiran kalian dari cerita ini yang masih gantung, hehe.

so, iya. aku bakal kembali update cerita ini kalo udah end. dadah~

Publish : Friday, 5 november 2021

Treasure Family 2 : Hotel Trivago | Treasure (12+1)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang