41. Si merah [⚠]

1.3K 332 10
                                    

Selamat membaca dan semoga terhibur!

Jangan lupa pencet bintang (⭐) di bawah sebelah kiri ya!

Thank you.

💎


Pintu besi terbuka. Gelap kembali jadi objek. Kali ini jauh lebih gelap daripada lorong yang terlewati sebelumnya. Lampu senter menerobos masuk lebih dulu. Memeriksa keadaan dalam ruangan yang rupanya penuh tanaman berduri, khas bunga mawar.

"Ini... kenapa bisa tumbuh?" heran Junkyu. Pun kamu yang mengernyit bingung.

Tanaman hijau dengan duri-duri tajamnya itu benar-benar mengelilingi ruangan. Menempel pada dinding seolah ruangan ini sebuah taman mawar yang nggak terawat. Kamu melangkah masuk, meninggalkan semua saudaramu yang lain di belakang. Senter ponsel kamu arahkah ke depan, ke samping, dan kembali ke depan. Terus begitu seiring langkahmu yang semakin masuk ke dalam. Kayaknya, ruangan ini jauh lebih besar dari ruangan yang lain.

"Junghwan? Kamu di mana?" teriakmu. Suara menggema. Tapi belum ada sahutan sama sekali. "Junghwan!" panggilmu sekali lagi. Tetap nggak ada sahutan. Tapi sentermu menangkap sesuatu. Di depan sana, berkumpul tumbuhan mawar beserta dengan bunga merahnya yang bermekaran. Banyak kelopak udah jatuh. Tapi masih ada banyak yang subur di tangkainya. Kamu semakin mendekat. Semerbak wangi menguar. Agaknya kamu sedikit terlena akan baunya. Namun, ada sepasang kaki di bawah sana. Seolah tertimbun oleh semua tumbuhan mawar yang menggerombol di satu titik.

"Junghwan?!" serumu khawatir. Segera kamu berjongkok. Mencoba meraih kaki telanjang itu tapi, mereka menghilang. Bergerak semakin masuk ke dalam gulungan mawar dengan duri tajamnya. Kamu terdiam. Apa itu tadi benar Junghwan?

"Adek? Kenapa? Kamu nggak nemu dia di mana?" seru Jaehyuk khawatir.

"Mbak, lo kayak abis lihat sesuatu. Jangan-jangan—" bekapan di mulut dari Haruto untuk Jeongwoo kembali terjadi. Haruto menatap datar saudaranya itu.

"Jaga mulut lo. Udah tahu di sini sarangnya, pakai di omongin."

Kamu menghela napas pelan. Lantas berdiri. "Aku masih nggak tahu dia di mana."

"Kami udah coba cari ke sekitar, tapi nggak ada apapun kecuali mawar," jelas Yoshi. Ia kembali mengedarkan pandangan ke sekitar. Tapi tetap aja, nggak ada apapun kecuali para tumbuhan merambat itu.

"Aku.. lihat kaki di bawah sana tadi. Tapi, kayaknya bukan kaki Junghwan deh, soalnya kakinya kecil banget."

Semua saling mengirim sinyal lewat mata. Udah pasti, itu bukan Junghwan. Adik mereka itu bongsor. Nggak mungkin punya kaki kecil.

"Mbak..." Jeongwoo memanggil. Takut kembali menyambangi hatinya. Ia mau pulang!











"Mbak... Junghwan... di sini..."

Tepat ketika Jeongwoo telah melangkahkan satu kakinya untuk mundur, suara lirih adiknya terdengar. Ia melotot. "Junghwan?!" teriaknya reflek.

"Mbak... perih..."

"Junghwan?! Kamu di mana?!" Sekali lagi kamu berteriak. Menerangi setiap sisi dan akhirnya lampu sentermu terdiam di satu titik. Tempat di mana seseorang berdiri di sana, dengan banyaknya luka yang menjerat tubuhnya. Seolah ia telah tercebur ke dalam lautan benda tajam yang akhirnya menggores setiap jengkal kulitnya. Darahnya menetes, banyak, hingga kamu sendiri nggak tega melihatnya.

Dia... di sana.

Si merah.

Merah adalah satu-satunya warna paling mencolok yang menghiasi tubuhnya... dan juga kedua matanya. Dia menatapmu dalam diam, dengan bibir pucatnya yang terlapisi darah mengalir dari wajah, ia berucap,

"Akhirnya datang."

Ia berjalan mendekat. Senyum tipisnya mengembang. "Tapi aku harap kamu nggak datang tadi."

Tepat sepuluh langkah di depanmu ia berhenti. Ia kembali diam untuk mengamati. Melirik semua saudaramu, terutama satu orang yang tengah menggigil takut di belakangmu.



"Jeong.. woo.., hai?"

Jeongwoo mau pingsan!



Tuesday, 4 january 2022

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tuesday, 4 january 2022

(+) ...mampus jeongwoo

Publish : Thursday, 6 january 2022

Treasure Family 2 : Hotel Trivago | Treasure (12+1)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang