8. My Second Date

329 42 8
                                        

처음보단 과감해져 볼까

Shall we be bolder than the first time?

Red Velvet's My Second Date.

***** 

Benda pipih yang tergeletak di atas meja ruang tamu berdering sangat keras. Sebuah alarm berniat membangunkan. Yeri membuka matanya pelan. Ia menatap langit langit kamarnya yang masih gelap- sama seperti beberapa menit yang lalu.

Hembusan napas terdengar dari mulut Yeri. Ia perlahan bangkit, berjalan menuju ruang tamu untuk mematikan alarm ponselnya. Ia menatap malas pada ruang tamunya. Berantakan dan gelap. Namun tetap saja, ia duduk di sofa yang ada disana dan kembali merenung, sama seperti saat ia menghabiskan berjam jam malamnya tadi.

"Hah" lagi. Ia kembali menghela napas. Kemudian ia menunduk, dan tanpa sadar, air matanya kembali keluar. Dengan kesal lengannya mengusap kuat air matanya.

"Kenapa harus terus menangis sih?!" Benar. Ia lelah terus menangis. Tapi air matanya terus saja keluar. Seakan tak memperbolehkannya untuk berhenti menangis.

Hatinya lelah. Ia ingin berlari ke alam bebas dan berteriak dengan kuat. Namun kenyataannya, ia berakhir di kamar apartemennya yang gelap.

Tempat inilah yang terus membuat air mata Yeri tak berhenti keluar. Di setiap sudut ruangan meninggalkan kenangan Jungkook. Seperti, di ruang tamu ini dimana dulu tempat Jungkook dan dirinya membagi cerita. Kamar, dimana tempat mereka bermain konsol game yang Jungkook bawa dari kamar apartemennya. Tempat ini tidak terlalu besar, menjadikan Yeri benar benar mengingat kenangan apa saja yang Jungkook tinggalkan begitu saja.

"Masih ada toko yang harus ku urus." Yeri berdiri. Menutup wajahnya dengan kedua tangan sebentar, sebelum mulai menata senyum.

"Harimu masih panjang Yeri-ya! Ada pesanan yang harus kau selesaikan hari ini. Kau tak boleh begini." mulutnya berucap gemetar.

Sembari tersenyum, ia berjalan menuju jendela rumahnya, membuka semua gorden supaya bisa memberikan kesempatan pada ruangannya untuk bernapas kembali. Kemudian ia memungut satu kaleng bir yang sudah kosong di bawah meja. Ya, untung dirinya tidak kelewat batas kemarin, hanya meminum satu kaleng saja.

'ding dong!'

Matanya menatap sekejap pada pintu utama. Sebelum pada akhirnya berjalan mendekat pada pintu, melihat interkom siapa yang tengah berdiri di depan pintu sana.

"Yeri-ssi, aku Jaehyun." suara itu terdengar saat Yeri memencet salah satu tombol di sebuah interkom.

Tanpa pikir panjang, dirinya membukakan pintu untuk Jaehyun. Senyumnya ia tata tepat sebelum pintu terbuka.

"Selamat pagi, Jaehyun-ssi. Masuklah." ujar Yeri menyapa, seraya membuka pintu lebar lebar.

Jaehyun tersenyum sekejap. Ia dapat melihat mata Yeri yang bengkak. "Kau sudah baik baik saja? Apa aku mengganggumu?" tanya Jaehyun sembari membawa langkahnya masuk pada tempat kecil milik Yeri itu.

Yeri mengusap pelan matanya yang masih basah. "Terlihat begitu jelas kah?" tanyanya seraya menutup pintu.

"Tentu saja. Kau tidak menghabiskan malammu dengan hal hal yang buruk kan?" sahut Jaehyun. Pria itu kini duduk di sofa dengan menatap ke seluruh penjuru flat Yeri ini.

Yeri terkekeh pelan seraya berjalan menuju dapurnya. "Kau mau minum apa, Jaehyun-ssi?"

"Kau tidak membaca pesanku, disana aku sudah kuberitahu kalau orangtuaku mengajak makan siang bersama nanti. Aku kesini untuk memeriksa keadaanmu, kalau kau kenapa napa, maka makan siang bersama akan kubatalkan." ujar Jaehyun mengalihkan pembicaraan.

Unrequited, Jaeri (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang