"Pilihannya mudah. Kamu pilih Lia, atau kami?"
"Gu- Gue," memilin bibir bawahnya, Riposha memejamkan mata atas pilihan yang ku berikan.
Keningnya berkerut. Walaupun keinginan yang dimilikinya besar, pilihan seperti ini bukanlah suatu hal yang mudah baginya.
"Apa gak ada cara lain Shīn? Gue pengen bantu Lia ..." Menggoncangkan bahuku, Riposha memohon agar aku menemukan cara untuk membantunya.
Aku memalingkan wajah.
Hal yang bisa ku pikirkan sekarang untuk membantu Lia hanyalah melapor pada guru, atau memanggil Kai kemari. Tapi itu akan percuma, saat kami pergi melapor, Lia pasti sudah dalam kondisi yang parah. Meminta bantuan dari pihak lain pun tidak akan banyak membantu, karena ada jarak yang harus ditempuh. Kami tidak mempunyai waktu untuk menunggu bala bantuan.
Disisi lain, jika kami menunjukan diri dan menghadapinya sendirian. Maka kami juga akan langsung dinilai sebagai musuh mereka.
Membantu tanpa membuat kontak dengan musuh, itu bukan suatu hal yang mudah.
Walaupun begitu ada satu cara yang ku pikirkan sekarang, ---jika dipikir lagi, ini sudah lewat 30 menit sejak bel istirahat berbunyi. Jika pethitunganku tepat, sebenarnya mereka hanya mempunyai waktu sekitar 10 menit lagi untuk menyakiti Lia.
Tidak ditolong pun, dia akan dilepaskan setelah bertahan selama 10 menit.
Aku menatap ke arah Riposha, dia masih saja dalam keadaan penuh kekhawatiran.
Yah ... meskipun aku mengatakan cara ini, aku berani bertaruh bahwa Riposha akan langsung menolaknya.
Menunggu selama 10 menit, dan tidak melakukan apapun. Sama saja dengan membiarkan Lia dirundung begitu saja
Tapi tidak ada cara lain. Kita hanya bisa membiarkan waktu berlalu ... itu adalah cara teraman.
Aku menghela nafas, mau tidak mau aku harus sedikit menipunya.
"Fika ... kamu bisa pergi ke ruang guru sekarang gak?"
Sesaat setelah aku mengatakan itu, Fika mengherjap. "Laporin mereka?"
Aku mengangguk.
"Kalau ketahuan gue yang lapor gimana? Gue gak mau dijadiin target lagi ..."
"Bilang sama gurunya buat rahasiain nama si pelapor. Bilang kalau kamu gak mau identitas kamu kesebar. Terus setelah lapor ... kamu gak perlu datang lagi kesini, langsung pergi ke kelas aja."
Dengan begitu, seharusnya guru mengerti dan langsung tutup mulut.
Bahkan walaupun Queenzie bisa terbebas dari hukuman karena dia anak seorang donatur. Setidaknya mereka tetap akan datang kemari untuk melerai demi formalitas.
Setelah berpikir beberapa saat, Fika mengangguk. "Oke. Gue paham"
Melihat respon Fika ... aku dan Riposha mengangguk berbarengan. Tak butuh waktu lama, anak itu langsung pergi meninggalkan kami berdua.
"Terus sekarang kita ngapain?" Riposha kembali bertanya padaku.
"Gak ada banyak hal yang bisa kita lakuin. Kita disini cuman buat ngawasin situasinya."
Alasan aku mengirim Fika pergi, hanya untuk memperlihatkan bahwa aku mempunyai rencana.
Diam, dan menunggu selama 10 menit jelas tidak akan diterima begitu saja oleh Riposha. Setidaknya aku harus berpura-pura melakukan sesuatu agar membuat dia merasa lebih tenang.
Sekarang yang bisa kami lakukan hanyalah menonton. Kecuali jika tubuh Lia sudah berada dalam kondisi tertentu.
Mungkin ... demi rasa kemanusiaan aku akan mengambil tindakan untuk keluar dari persembunyian, dan menolongnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
FIGURAN
Teen Fiction🌹 FIGURAN blurb : Shīna Gayatri bukanlah tokoh utama. Dia, hanyalah seorang figuran ... Melihat tokoh utama wanita yang disiksa, melihat tokoh pria yang berjuang mati-matian untuk si cewek, juga melihat si Antagonis yang selalu membuat masalah. Di...