9 | Rumor dan cara kerjanya

16.2K 2.3K 24
                                    

"Kamu kemana aja?"

Bersandar di samping mobil berwarna hitam, Kakak memandangi ku dari atas sampai bawah.

"Aku juga nyariin Kakak ke ruang Dewan Siswa."

Menjawab seadanya, aku segara masuk ke mobil diikuti dengan Kakak yang juga ikut masuk.

"Padahal gak usah. Biasanya juga kan Kakak yang samperin kamu." Memasang sabuk pengamannya, mobil segara dijalankan oleh Kak Yasha.

"Tang-gung ..." balasku.

Aku melihat keluar jendela, lembayung tampaknya sudah muncul untuk mengganti siang menjadi malam.

"Gimana hari kamu?"

Pertanyaan yang selalu dia luncurkan padaku setiap hari. Bagaimana hari ku? Berbeda darinya yang sudah tinggal disini selama bertahun-tahun, aku baru tinggal disini selama beberapa bulan.

Keluargaku, tidak terlalu spesial. Kami hanyalah keluarga orang normal seperti biasanya. Ayahku, Shīna Ishizaki berasal dari jepang, dan ada juga Ibu yang berasal dari Indonesia.

Karena nenek yang sering sakit-sakitan, Ibu dan Kakak tinggal di indonesia, dan jika beruntung kami baru bisa bertemu 6 bulan sekali. Diberkahi dengan keadaan ekonomi yang baik, kami sangat bersyukur.

"Baik."

Mendengarku yang membalas seperti biasa, dia mengangguk sekali dan kembali melihat jalanan.

"Kak. Siapa orang yang bakal duduk di kursi Dewan Siswa selanjutnya?" Setelah mendengar percakapan antara Aziel dan Kai, ketertarikan mengenai ini muncul dalam diriku.

Aku hanyalah orang luar yang tidak mempunyai gambaran jelas tentang titik permasalahannya. Membuat spekulasi pun tidak akan berguna, karena terlalu sedikit yang ku ketahui.

Bagi Kakak yang ikut ke organisasi yang sama, seharusnya dia lebih mengetahui tentang hal tersebut. Hal terbaik yang bisa kulakukan hanyalah bertanya padanya.

Untuk sesaat alis Kakak sedikit mengkerut. Jika tidak perlu ... tidak biasanya aku memulai pembicaraan seperti ini, kami bukanlah Kakak-Adik yang terlalu akrab. Keadaan seperti ini tampaknya menjadi suatu hal yang tak terduga baginya.

"Kurang tau sih ... itu masalah Aziel soalnya." Ia menjawab hal itu dengan mata yang lekat pada jalanan.

Aku menghembuskan nafas berat. Sebagai seorang anggota Dewan Siswa, tampaknya informasi seperti itu juga tidak bisa dia dapatkan. Aku yang sudah berekspektasi tinggi, cukup kecewa mendengar hal tersebut.

"Tapi kemungkinan besarnya itu Kai kan? Dia memenuhi kriteria ... dia juga anak pemilik sekolah. 100% pasti dia."

Melihat aku yang menghembuskan nafas kecewa, ia mulai memberikanku jawaban lain yang sekiranya akan membuatku puas.

Terlepas dari anak pemilik sekolah atau bukan. Kai memang memenuhi kriteria. Hal tersebut juga dipertimbangkan oleh Kakak, untuk mendukung spekulasinya.

Tapi aku bukan orang yang hanya akan puas dengan spekulasi. Aku orang yang ingin mengetahui kebenarannya. Yang aku butuhkan adalah data, bukan perkiraan.

Mengetahui bahwa dia tidak mempunyai jawaban yang ku inginkan. Aku memutuskan untuk membanting stir, dan bertanya hal lain.

"Aku denger rumor aneh belakangan ini." Aku menatap lurus ke depan, seolah tidak terlalu memperhatikan tentang apa yang kukatakan.

FIGURANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang