8 | Konflik yang dialami tokoh utama

15.4K 2.7K 57
                                    

"Kenapa lo masih gak setuju si?" Suara Kai bergema di sepanjang lorong.

Menundukkan kepala, aku segera menajamkan indra pendengaran.

"Yah gimana yah? Menurut gue, lo belum pantes buat jadi Ketua Dewan Siswa. Masih banyak kekurangan,"

Sudah hampir setahun Aziel menjabat di sekolah ini. Cepat atau lambat posisinya akan tergantikan.

"Yang bikin gue gak pantes apa sih Ziel? Nilai gue bagus semua, bahkan selama ini gue selalu peringkat pertama pararel berturut-turut."

Siapa yang tidak dengan kenal Kai? Cowok tampan, kaya raya, dan juga pintar, Kai adalah paket komplit. Seperti yang Riposha katakan, anak itu memang menduduki peringkat pertama pararel, sejak tahun pertama memasuki sekolah.

"Dalam hal fisik, gue bisa Karate. Olimpiade juga gue udah sering juara. Soal rasa kepemimpinan gue yakin gue bisa menyesuaikan."

Mengatakan segala pencapaiannya, Kai terus meyakinkan bahwa dia pantas duduk di kursi Ketua.

"Coba lo bilang sama gue apa yang kurang? Apa yang bikin gue gak pantes? Gue bakal perbaiki itu ..."

Syarat utama untuk menjadi Ketua Dewan Siswa adalah persetujuan dari Aziel. Bahkan selayak apapun Kai, jika Aziel tidak menginginkannya maka Kai tidak akan mendapatkan posisi itu.

"Lo yang gak ngerti dimana kekurangan lo, adalah salah satu hal yang bikin lo gak pantas duduk di kursi itu."

Suara yang kudengar terdengar lembut. Walaupun itu adalah kritikan, pembawaan intonasi yang Aziel berikan membuatnya terdengar sebagai bentuk perhatian.

Kekehan terdengar dari arah Kai. "Gue bukan orang yang gak berusaha. Lo tau udah berapa kali gue nge-evaluasi kinerja gue sendiri?"

Deru nafas kasar dari Kai membuat ku penasaran bagaimana ekspresi yang dia tunjukan sekarang.

"Ratusan kali Ziel. Ratusan kali gue coba liat apa kekurangan gue. Ratusan kali gue nanya ke diri sendiri apa yang bikin gue gak pantes ... tapi gue gak nemu jawabannya."

Untuk membalas perkataan Aziel, dan untuk dinilai layak oleh Aziel. Tampaknya Kai sudah berusaha dengan cukup keras dan mengevaluasi kinerjanya sendiri.

Tapi, bahkan setelah dia melakukan hal tersebut. Aziel tetap berada pada keyakinannya, dan mengatakan bahwa Kai tidak layak.

"Itu berarti lo emang-,"

"Lo tau Ziel?" Dengusan kembali terdengar dari Kai. Walaupun tahu itu tidak sopan, Kai memotong kalimat yang akan Aziel keluarkan.

Suaranya menggambarkan rasa frustasi yang ia alami. Ditolak berulang kali oleh Aziel, tampaknya Kai sendiri sudah muak dengan hal tersebut.

"Kadang gue berfikir, sebenernya gue pantes-pantes aja duduk di kursi Ketua Dewan Siswa."

Membuat pernyataan seperti itu, aku bisa merasakan bahwa suaranya yang ia keluarkan sangat dingin. Bahkan tanpa melihat wajah mereka berdua, aku bisa membayangkan kondisi yang terjadi sekarang.

"Kadang gue berfikir, bukan gue yang bermasalah, tapi lo Ziel. Lo yang punya masalah!"

Melancarkan serangannya. Suara Kai naik satu oktav.

"Sekarang gue tanya. Punya masalah apa lo sama gue?"

"Punya masalah apa? sampai lo gak setuju gue jadi Ketua Dewan Siswa?"

Apa posisi itu sebegitu berharganya? Pertanyaan seperti itu melintas di pikiranku. Selain hak untuk membuat surat permintaan Drop Out, Dewan Siswa sebenarnya, tidak jauh bedanya dengan Osis.

FIGURANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang