13 | Klub dan para anggotanya

12.1K 1.8K 76
                                    

Sudah beberapa hari berlalu sejak kejadian itu. Aku bersumpah, bahwa apapun yang terjadi itu adalah yang pertama dan terakhir kalinya.

Aku tidak ingin terlibat dengan kejadian apapun lagi antara Lia dan Queenzie. Bahkan jika dimasa depan Riposha bersikeras untuk menerobos, dan memihak kepada salah satu diantara mereka.

Aku akan membiarkannya ...

Konsekuensi sudah jelas ku beritahu.
Apa dia akan tenggelam dalam kapal yang dia pilih, atau tetap berada di daratan dengan aman bersamaku. Pada akhirnya bukan aku yang menentukan ...

Aku membereskan seluruh alat tulisku. Karena rapat guru digelar, kami mempunyai jam kosong sebanyak 2 mata pelajaran. Dan akhirnya hari ini berakhir.

Tak ada drama hari ini.

Hal yang menyebabkan Lia dirundung kemarin adalah karena absennya Kai ke sekolah. Sekarang karena dia sudah masuk lagi seperti biasanya. Setiap jam istirahat Lia pasti akan segera pergi ke arahnya untuk meminta perlindungan.

Mejaku sekarang sudah bersih. Mengecek e-mail yang ku terima, aku memastikan kembali bahwa hari ini memang harinya.

Aku harus memulai kegiatan Klub.

Setelah 3 bulan aku menganggur dan menikmati kebebasan, pada akhirnya aku harus segera memilih satu diantara mereka.

Andai saja sekolah tidak mempertimbangkan nilai eskul di rapot, mungkin aku akan memilih untuk tidak memilih klub apapun. Tak ada jaminan aku akan mendapat teman yang cocok juga.

Menghela nafas, aku berpamitan pada 2 orang yang ku kenal, Fika dan Riposha.

Kakak sudah kuberi tahu sejak di rumah. Jadi dia akan menunggu di cafe selama aku mengikuti kegiatan Klub. Setiap Rabu aku yang menunggunya, dan setiap Jum'at dia yang akan menungguku. Cukup adil.

Melangkahkan kaki, aku segera keluar dari kelas. Menurut informasi yang ku dapat, ruang Klub ini ada di gedung sebelah utara. Cuacanya masih mendung, mungkin karena sudah gerimis sejak pagi, udaranya terasa lebih dingin.

Setelah berjalan, dan mencari selama beberapa menit. Ruang Klub yang dimaksud, ku temukan.

Memasuki ruangan tersebut. Aku bisa melihat buku-buku sudah tertata dengan rapih, karpetnya berwarna merah, ada sofa berwarna hitam, cat tembok berwarna jingga, melihat ke arah atas, aku bisa melihat proyektor dipasangkan, selain itu ada speaker di ujung tembok, dan beberapa benda elektronik lainnya seperti TV dan AC.

Aku mengherjap, kemudian memperhatikan seisi ruangan lebih detail ...

Beberapa suara di pikiranku mengatakan bahwa aku salah masuk ruangan.

Ruangan Klub tidak mungkin semewah ini. Menyadari ada yang tidak beres, aku kembali mengecek e-mail guna memastikan bahwa aku tidak salah masuk.

Tapi tetap saja ... aku tidak salah masuk. Ini memang ruangannya.

Mengambil buku secara random, aku kemudian duduk di sofa. Membaca halamannya perlahan, satu persatu. Entah kenapa, rasanya canggung sendiri mengetahui bahwa aku harus diam di ruangan seperti ini.

Tukk.... Tukkk.... Tukkk..

Pintu ruangan yang sebenarnya terbuka lebar, diketuk oleh seorang cowok. Hanya dengan melihat penampilannya saja aku bisa mengetahu hal itu dengan jelas. Seragam yang tidak dimasukkan, rambut berantakan, dasi dan atribut lain yang entah kemana, lalu satu kancing baju yang hilang. Di setiap sekolah selalu ada tipe-tipe seperti ini.

Walaupun begitu, melihat cara dia yang memilih untuk mengetuk pintu terlebih dahulu sebagai bentuk permisi. Harus kukatakan, bahwa manusia memang tidak bisa dinilai hanya berdasarkan penampilan luar.

FIGURANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang