30 | Sherly [1]

5.7K 1K 101
                                    

.

.

Tidak ada hal yang lebih mengerikan daripada, orang yang berharga bagimu menganggap bahwa kau 'kotor' ...

.

.

Aku kembali berlari cepat ke arah ruang guru. Tidak peduli bahwa hari ini aku sudah menghabiskan banyak energiku. Jika kondisinya sudah seperti ini ... maka berlari seumur hidupku pun aku tidak masalah.

Nafasku terengah-engah, dan dadaku naik turun. Kondisiku mungkin sudah sangat berantakan sekarang ini. Dalam beberapa menit aku akhirnya dapat kembali menemui Bu Tessa yang masih berada di kantor.

Bu Tessa melihatku heran. Terlihat jelas bahwa ia bertanya-tanya kenapa aku sampai berlarian.

"Kamu kenapa Shīn---?,"

"Bu, Kai berantem!"

.

.

🌹
.

.

Bu Tessa dengan salah seorang guru laki-laki lainnya berlarian ke arah yang ku tunjukan. Kami diburu waktu, takut kondisinya semakin parah. Aku yang menyusuli Bu Tessa saja sudah membuang waktu sebanyak 8 menit. Kami yang sekarang kembali pergi ke tempat kejadian, tentu saja membutuhkan waktu yang kemungkinan besarnya sama.

Kami memasuki lorong, lalu berbelok ke arah kelas yang tadi ku temukan.

Setelah tiba, pintu kelas kemudian dibuka, dan-,

"Kai!!" Bu Tessa berteriak khawatir menjumpai Kai yang terkapar pingsan di lantai.

---benar saja kondisinya sudah benar-benar berantakan.

Satu, dua, lima. Jumlah orang yang ada diruangan ini adalah 5 orang. Empat orang laki-laki, dan seorang perempuan. Aku memperhatikan mereka satu-persatu hingga aku menyadari sesuatu yang membuatku hampir saja terperangah kehilangan kata-kata.

Mereka semua adalah orang yang ku kenal.

Selain Kai dan Fadli. Ketiga orang lainnya adalah Vero, Sheryl, dan Malvin, tiga serangkai yang sejak awal dihindari oleh seluruh anak dikelasku.

Aku memilin bibirku ragu. Ada beberapa bagian dari otakku yang berkata bahwa aku salah langkah. Mereka bertiga berasal dari kelasku. Jika tahu bahwa merekalah yang sedang bermasalah, maka seharusnya aku tidak ikut campur seperti sekarang ini.

Otakku bekerja begitu cepat. Jauh di dalam diriku, aku terus saja bertanya apa langkah yang harus ku ambil? Bagaimana jika mereka nanti balas dendam karena menganggapku sok jagoan? Haruskah aku mulai pergi sekarang agar mereka tidak melihat wajahku?

Drrttt ....

Ponsel ku kembali bergetar. Sebuah pesan kembali terlihat di kolom notifikasi ponsel. Sekali lagi ... aku memegang ponsel itu erat-erat.

"Vero kamu buat masalah lagi!"

[ Kakak udah ada di gerbang Sekolah. Kamu dimana? ] - Yasha

FIGURANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang