"HWAAA ... GUE BENCI QUEENZIE!!" Riposha memekik, disela-sela tangisannya.
"Pokoknya gue benci! benci! benci!"
Berbalik ke arahku."Shīnaaaa!!" Dia langsung memanggil namaku dengan kencang. Kemudian memeluk dan menangis dalam dekapan ku.
"Shīnnna, gue benci Queenzie Shīna!"
"Gue benci sama dia!!"
"Pokoknya benci, Queenzie!"
Aku menepuk-nepuk puncak kepalanya. Riposha memang terkenal cengeng di kelas. Tapi aku tidak menduga dia secengeng ini.
Sekarang kami sedang berada di kantin. Meminta es batu kepada para pedagang untuk mengompres pipi kami yang memerah.
Masing-masing dari Riposha dan Fika, menerima 3 tamparan. Fika yang sempat ingin melawan, rambutnya dijambak. Diantara kami bertiga Fika adalah yang menerima kerusakan paling parah.
Walaupun begitu, Fika yang tadi sempat menangis sudah bisa tersenyum sekarang. Sedangkan Riposha yang pada dasarnya memang cengeng, menangis sekencang-kencangnya.
Beruntung, hanya ada sedikit siswa yang tinggal di sekolah untuk extracurricular, jadi tidak banyak yang melihat kami sekarang. Jika tidak ... bisa dibayangkan kami pasti akan menjadi pusat perhatian di kantin ini.
"Padahal kan gue dukung hubungan dia sama Kai. Bisa-bisanya dia malah nampar gue ...!" Masih dengan isak tangis di wajahnya. Riposha masih tetap mengomel, "Mulai sekarang gue bakal pindah ke tim Lia!"
"Gue gak suka Queenzie!"
"Pokoknya benci!"
"BENCI!! BENCI!! BENCI!"
Aku menerima semua teriakan dan makiannya dengan tenang. Bagaimanapun posisi kami memang salah disini, tapi melihat mereka berdua yang menangis dan merutuk sekarang, entah kenapa rasanya seakan kamilah korbannya disini.
Manusia.
"Shīn kok lo cuman ditampar sekali sih?"
Fika yang duduk disebelahku, berkomentar tentang kejanggalan yang baru disadarinya.
Aku menatap Fika datar, anak itu tampak sedang mengompres kedua pipinya dengan es batu. Entah wajahnya yang cemberut, atau bekas tamparannya yang membuat bengkak. Pipi anak itu benar-benar tembem sekarang.
"Mungkin karena aku cuman nyimak waktu kalian ngobrol tadi siang."
Aku menjawab seadanya. Bagaimana pun hanya itu alasan terlogis kenapa hukuman ku paling ringan.
Fika mengkerucutkan bibirnya, "tau gitu gue juga gak akan banyak bacot."
Mengatakan hal seperti itu. Fika mulai meneteskan air mata lagi. "Huhuhu, sakit Shīn ... sakit banget!"
Mengadu tentang rasa sakit yang dia rasakan, Fika juga ikut memelukku, dan menangis sekencang-kencangnya.
"HWAAAAAAA ...."
"Huhhuhu, hiks. Sakit!"
"Iya bener sakit!"
Riposha yang melihat Fika juga mulai menangis. Menjadi tak merasa segan untuk meluapkan emosi, dan menangis sejadi-jadinya.
Pada akhirnya mereka berdua menangis selama 1 jam, dan aku menjadi tuli ...
🌹
"Aku pulang yah?"
Aku menatap mereka berdua yang sedang makan dengan lahap.
Jika tidak salah mereka berdua sudah berada dalam kondisi seperti ini sejak 15 menit yang lalu. Begitulah perempuan, jika sedang sedih atau galau, mereka pasti akan melampiaskannya pada makanan.
KAMU SEDANG MEMBACA
FIGURAN
Teen Fiction🌹 FIGURAN blurb : Shīna Gayatri bukanlah tokoh utama. Dia, hanyalah seorang figuran ... Melihat tokoh utama wanita yang disiksa, melihat tokoh pria yang berjuang mati-matian untuk si cewek, juga melihat si Antagonis yang selalu membuat masalah. Di...