52 | ⚠️Shīna VS Axel⚠️

1.7K 294 144
                                    

.

.

⚠️WARNING⚠️
Adegan kekerasan.
17+

.

.

Beberapa menit sebelumnya.

"Lo bilang ini semacam hadiah perpisahan."

"Ya."

Axel memilah langkahnya dengan hati-hati, ia menyorotkan sinar ponsel yang ada di tangannya ke tanah.

"Apa itu berarti kalungnya sekarang ada di lo?" Tanya orang di sampingnya---Ezra.

Axel tidak bersusah payah untuk memberikan jawaban. Pandangan pria itu lurus ke depan, suasana hatinya tidak sedang baik-baik saja sekarang, apalagi dengan telepon Ren yang terputus tiba-tiba ketika anak itu bilang ia menemukan Shīna ... tak bisa bohong itu membuatnya sedikit gelisah.

"Lo tahu, kan kalau gue-"

"Apa sekarang saat yang tepat buat ngomongin hal ini?" Axel bertanya ketus, setitik cahaya amarah muncul ke permukaan matanya.

Fokuslah. Sekarang ada hal yang lebih penting daripada memikirkan ke siapa kalungnya akan diturunkan. Kenapa orang di sampingnya ini tidak bisa berpikir dengan benar? Apa kalungnya sepenting itu?

"Ngeliat dari lokasi terakhir Ren waktu ketemu Shīna, perkiraannya ada 2 jalan yang bakal dia ambil. Gue ambil jalan yang ini. Lo pergi ke arah satunya. "

Tak memberikan waktu Ezra untuk berkompromi, Axel pergi ke jalan yang ia sebutkan.

Pikiran pria itu melayang, sejak menerima telepon dari Ren beberapa menit yang lalu, ada sesuatu yang selalu mengganjal di dalam hatinya.

Kenapa?

Hanya itu hal yang ingin ia tanyakan.

Kenapa kondisinya bisa setidak terkendali ini?

Apa yang salah?

Memori-memori ketika ia melihat Sherly di parkiran restoran terulang kembali.

Jika tidak salah perempuan itu pun dipukuli, bukankah begitu?

Awalnya Axel pikir Sherly yang ada dalam kondisi kalah bukanlah suatu hal yang harus terlalu dipikirkan. Toh itu pertarungan antar perempuan, sejak awal perbandingannya adalah 50:50 ... satu pihak tentu saja akan menjadi pihak yang jatuh. Dan Sherly adalah orang yang harus menerima kekalahan tersebut.

Axel memfokuskan penglihatannya ketika sang dewi malam tertutupi awan.

Tapi semua teman-temannya pria ...

Hanya bagaimana mungkin mereka semua bisa kalah oleh seorang gadis? Itu semua tidak masuk akal sama sekali kecuali ... yah kecuali, Shīna memiliki ilmu bela diri ....

"Enggak. Itu gak mungkin."

Tapi bahkan walaupun Shīna menguasai ilmu bela diri. Perbedaan kelas berat tetap akan mempengaruhi bagaimana dinamika kekuatan akan bekerja. Selain itu sejak ribuan tahun yang lalu pun, itu sudah menjadi pengetahuan umum bahwa ada gap yang cukup besar antara perempuan dan laki-laki.

Ayo berpikir.

Stun gun itu tidak mungkin. Jarak jangkauannya terlalu pendek. Lalu dengan kejadian di awal orang-orang pasti sudah menaruh kewaspadaan tersendiri pada stun gun.

Itu berarti ...

"Senjata lain, yah?"

Jika tidak salah, saat Ren menelpon sebelumnya pun ... Axel dapat mendengar suara pukulan khas samar-samar.

FIGURANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang