25 | Penyelamat & Pengekang

9.6K 1.6K 182
                                    

Hari sudah berganti, tapi walaupun ini sudah lewat seminggu sejak hari terakhir ulangan dilaksanakan. Wajah tegang masih tampak terpampang jelas diantara para murid.

Mading sudah disebarkan di beberapa titik di sekolah sesuai jurusan. Para siswa sekarang sedang menunggu staf yang berwajib untuk memasang peringkat yang didapatkan setiap murid.

Lima teratas, biasanya mendapatkan beasiswa dan tidak perlu membayar SPP sampai ulangan berikutnya.

Aku bukan termasuk dalam kalangan tidak mampu sih. Walapun keluarga yang ku miliki tidak begitu kaya, tapi kami tergolong mampu. Jadi aku tidak perlu khawatir terhadap nilai atau peringkat yang ku peroleh.

"Udah datang, udah datang!~" seorang siswa laki-laki berseru dan membuat para siswa lainnya menatap ke orang yang siswa itu tunjuk.

Laki-laki bertubuh besar dengan kacamata yang menempel di telinganya itu tersenyum. Kertas besar yang ia pegang kemudian dipasangkan di mading. Semua siswa yang berada disana langsung berjinjit termasuk aku.

Yang pasti nilaiku harus-,

"SHĪN!" Fika memekik.

Aku menoleh.

"Lo peringkat satu!"

Semua siswa yang bertotal 9 orang di titik ini langsung menoleh ke arahku. Kami memang mencari titik yang kiranya paling sepi agar tidak perlu berdesak-desakan untuk melihat peringkat. "Oh ya?" sahut ku.

"Lo peringkat satu Shīn. Nilai lo bagus semua," jelas Riposha.

Aku melihat perolehan nilai yang ku dapat di mading.

- Shīna Gayatri -
Akademik : 96,25
Peringkat paralel : 1
Fisik : 82
Sosial : 18
Nilai pengembangan bakat : 8%
Rata-rata : 51

Hah?

Aku susah payah masuk eskul dan hanya mendapat nilai 8?

Aku akui bahwa kami memang baru mengadakan pertemuan sebanyak 2 kali. Tapi ayolah, nilai 8, fungsinya untuk apa?

Disisi lain nilai sosial ku juga. Belakangan ini ku pikir aku cukup banyak melakukan percakapan. Tidak. Fakta bahwa aku masuk eskul juga seharusnya menambah nilai sosial ku. Tapi hanya bertambah 1%? Apa para guru tidak melakukan kesalahan saat membuat daftar nilai ini?

"Gila Shin, lo nyingkirin Kai dari tahtanya yang udah dia tempati selama 2 tahun. Mana nilai lo bagus banget lagi!" Fika mengatakan itu dengan mata berbinar seolah masih tidak percaya dengan apa yang dia lihat.

"Aku gak terlalu peduli sama hal itu," lirihku.

Daripada hal tersebut, bagaimana mungkin nilai sosial ku hanya naik satu? Padahal aku sudah sering ikut bergosip belakangan ini, aku juga mengikuti kegiatan Klub. Lalu kenapa hanya naik satu?

Sekarang, jika dipikir lagi. Mereka berdua mendapatkan nilai rata-rata diatas 70, sementara aku hanya mendapat 51. Jujur saja ini tidak seperti yang ku rencanakan. Penilaian di SMA TRIVIA tampaknya lebih rumit dari yang ku kira.

Apalagi nilai pengembangan bakatku. Sekarang aku bertanya-tanya, mereka yang mendapatkan nilai pengembangan bakat diatas 90, sebenarnya sebesar apa prestasi yang telah mereka cetak?

"Gimana mungkin lo gak peduli? Ini tuh sejarah tau!" Balas Fika.

"Gue setuju. Gue gak nyangka lo bisa ada di peringkat satu. Selamat. Lo diem-diem ternyata ambis juga yah?" Riposha tersenyum lembut seperti biasanya. "Gimana perasaan lo?"

Hmn, perasaan yah?

Aku sudah sering mendapat peringkat satu saat di sekolah lama ku, di jepang. Mungkin karena aku sudah terbiasa, tidak ada perasaan khusus yang kurasakan. Tidak ada yang menarik dari mendapatkan nilai akademik yang tinggi.

FIGURANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang