.
.
⚠️WARNING 17+⚠️
Adegan Kekerasan.
.
Pada tahap inilah Axel menyadari ...
"Shī ... na ...?"
Bahwa ia mungkin telah membunuh seseorang.
"Enggak-enggak." Axel menggeleng intens ke kanan dan ke kiri. "Gak mungkin!"
Menjadi seorang pembunuh bukanlah suatu hal yang pernah terlintas di pikirannya. Otaknya panik, ia buru-buru mengecek denyut nadi sang gadis.
"Ini pasti salah."
Pingsan. Gadis itu hanya pingsan, kan?
Shīna tidak mungkin mati. Dia tidak mungkin—
"Enggak mati!"
Hembusan napas lega ia keluarkan begitu menyadari bahwa Shīna masih hidup.
"Oke." Axel berbicara pada dirinya sendiri, mencoba untuk menghilangkan serangan panik yang menggerogotinya.
"Ayo fokus."
Bahkan walaupun tidak mati, gadis itu masih terluka cukup parah. Axel sadar bahwa ia sudah kelewatan. Dengan Shīna yang sudah kehilangan kesadaran, bukannya tidak mungkin bahwa luka yang ia sebabkan lebih dari sekedar luka luar, tapi juga ada bagian yang kena di dalam.
Mata hitam itu menyapu sekitar. Jika tidak salah, ponselnya telah ia injak tadi. Mau tak mau, Axel harus bersusah payah menemui temannya di titik awal jika ingin menelphone ambulan.
Pandangan pria itu kembali tertuju pada gadis di bawahnya, meratapi bercak darah dan bagaimana beberapa bagian di wajahnya tampak membengkak.
"Aku gak yakin kata terluka aja bakalan cukup."
Satu kalimat yang Shīna ucapkan di awal terngiang di telinganya.
Axel menghembuskan nafas kasar, lengan kanannya terarah mengambil tungkai kaki sang gadis, sementara lengan kirinya yang lain mencoba untuk menyeimbangkan hal tersebut dengan menahan tubuh Shīna di bagian lain.
Matanya menyelidik memperhatikan setiap garis luka dan lebam di wajah pucat tersebut. Dari mulai kulit, kelopak mata, bibir, semua hal-hal yang sejak awal tidak dapat ia perhatikan ... sekarang masuk begitu saja ke dalam netra dan pikirannya.
Mata itu menatap sendu, menyadari apa yang telah ia perbuat. Shīna ini adalah gadis terkeras kepala yang pernah ia temui. Nyalinya sangat besar, dan tak bisa bohong ... kemampuannya pun setara dengan keangkuhannya.
Lambat laun ... ekpresi pria tersebut berubah menjadi sebuah ironi. Axel tidak paham---memangnya ini suatu hal yang adil? Bahkan di tengah wajahnya yang seperti sekarang-
Ia menahan hatinya untuk terus berbicara. Axel mengalihkan perhatian ke arah lain.
Sudahlah.
Memangnya pikiran seperti itu boleh dipikirkan dengan kondisi yang seburuk ini? Skala prioritasnya sangat jelas. Jadi sebisa mungkin ia harus---,
Waktu seakan terhenti.
Tubuhnya membeku.
Axel merasa bahwa udara direnggut darinya
Di tengah nyawanya yang terasa seperti dicabut ... iris hitam itu masih sempat untuk berputar ke bawah, melihat ke arah orang yang ia pangku.
Di mana letak kesalahannya?
KAMU SEDANG MEMBACA
FIGURAN
Roman pour Adolescents🌹 FIGURAN blurb : Shīna Gayatri bukanlah tokoh utama. Dia, hanyalah seorang figuran ... Melihat tokoh utama wanita yang disiksa, melihat tokoh pria yang berjuang mati-matian untuk si cewek, juga melihat si Antagonis yang selalu membuat masalah. Di...