20 | Kembali pada kenyataan

10K 1.7K 70
                                    

Aku mengambil semua hal yang harus kubawa ke ruang tamu. Jus, termasuk juga dengan nampan yang tersimpan gelas diatasnya.

Berjalan dengan penuh tingkat kehati-hatian, aku menatap lurus ke depan.

Dalam jarak 10 langkah kaki, aku dapat mendengar bising yang mereka keluarkan. Obrolan, canda dan tawa semuanya menggema memasuki indra pendengaran ku.

Kakak nampaknya memang sangat populer. Dia mempunyai banyak teman dan dapat berbaur dengan mudah seperti ini. Waktu sepertinya memang sudah berlalu dengan sangat cepat, harus ku katakan bahwa ini adalah perkembangan yang sangat bagus untuknya.

Aku menggelengkan kepala ke kanan dan ke kiri, berusaha menghilangkan semua pikiran yang berkecamuk.

Sekarang hanya tinggal 3 langkah untuk memasuki ruang tamu. Di ambang pintu, aku bisa melihat Kak Yasha dan anak Dewan Siswa lainnya tampak tertawa sembari membahas beberapa hal.

Beberapa temannya memainkan ponsel tampak tak acuh pada situasi. Beberapa yang lain lagi menyandarkan punggungnya dengan mata terpejam.

Ada yang sibuk bergosip. Beberapa orang nampak menyimak dengan wajah penuh kelelahan. Lalu ada juga yang membuka buku catatan, bersiap untuk tugas yang akan mereka kerjakan.

Total semuanya 9 orang, mereka duduk melingkar. Disisi lain karena sofanya tidak cukup, beberapa siswa laki-laki duduk di lantai, menghargai siswa perempuan agar mereka dapat duduk di sofa.

>

Aku memasuki ruangan, sontak seluruh pasang mata tertuju ke arahku yang dianggap asing.

Melihat ke arah mereka satu persatu, ku pikir tidak semuanya orang asing yang tidak ku kenal.

Mereka semua cukup populer, entah itu karena mereka memang anak hitz yang populer dikalangan para siswa. Ataupun karena mereka yang dikenal populer melalui jalur kebencian (mereka yang sering melakukan razia, atas pelanggaran yang siswa lain buat).

Dari 9 orang yang ada disini, 8 diantaranya aku kenali wajahnya. Lima orang aku ketahui namanya. Lalu ada 2 orang yang pernah berinteraksi langsung denganku. Mereka semua benar-benar tidak asing,

Yang pertama, tentu saja Kakak, aku sungguh sangat sering berinteraksi dengannya. Lalu yang kedua ...

Menatap mereka, aku tersenyum canggung, lalu segera menyimpan jus, dan nampan yang berisi gelas di atas meja.

"Sepupu lo Yas?" Cowok dengan jaket berwarna merah menyiku Kak Yasha disela pertanyaannya.

"Ha ...!" Seorang perempuan terkekeh dengan senyuman sinis. "Adeknya, Bego!" lanjutnya.

Mengatakan itu dengan santai, dia memainkan jemarinya yang dicat berwarna merah.

Yang kedua adalah Clara Aldora.

Seorang perempuan dengan rambut hitam yang diwarnai agak kepirangan.

Memberikan alasan bahwa dia seorang blaster, Clara diizinkan untuk menggunakan warna rambut tersebut.

Anehnya, walaupun pihak sekolah tahu bahwa itu adalah suatu kebohongan. Mereka justru lebih memilih untuk menutup mata, dan diam atas tindak pelanggaran yang Clara lakukan.

Yah ... lagipula SMA TRIVIA merupakan sekolah bertaraf internasional, mereka sepertinya tidak mau repot untuk memeriksa keaslian warna rambut para siswanya satu-persatu

Bagiku, Clara adalah salah satu siswi yang memiliki tingkah laku absurd pada teman dan beringas pada lawan. Dia adalah tipe yang paling ingin ku hindari,

FIGURANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang