6 | Figuran di-Notice tokoh utama

17.3K 2.2K 36
                                    

Jam pelajaran terakhir, bahasa indonesia. Berakhir dengan cukup menyenangkan. Kami hanya perlu mencatat kisi-kisi untuk ulangan minggu depan. Selepas itu, guru menerangkan tentang beberapa materi tambahan.


Tak ada yang begitu sulit. Sampai bel pelajaran berbunyi, seluruh siswa di kelas IPA 2 keluar kelas dengan senang hati.

"Shīn, tadi waktu kita ngobrol, lo masih pake Aku-Kamu." Riposha mengingatkan.

Aku kembali mengingat cara bicara yang ku gunakan saat istirahat tadi. Dan seperti yang Riposha katakan, aku juga sangat ingat bahwa aku menggunakan kata Aku-Kamu.

"Hmn, maaf Sha!"

Riposha tersenyum lembut ke arahku. "Gak perlu minta maaf. Lagian kalau emang lo gak merasa nyaman, gapapa, pake Aku-Kamu aja. Gue juga udah mulai terbiasa kok. Gak usah terlalu maksain ... tapi gue ingetin lagi, kalau sama cowok pake Lo-Gue yah?"

Mengatakan itu dengan perhatian. Sekali lagi, aku merasa bersyukur mendapatkan teman seperti Riposha.

"Siap. Makasih Sha."

Riposha mengangguk mantap. "Yaudah. Yuk balik-"

"Mau kemana cewek-cewek cantik?!"

Kami memutar pandangan ke arah suara. Dengan melipat tangan di dada, Septi melihat kami tajam.

"Balik Sep. Ini kan udah waktunya pulang ..." balas Riposha.

Diajak bicara oleh Septi merupakan hal yang langka, bahkan firasat ku buruk mengenai hal ini.

Disisi lain, walaupun tahu bahwa ada suatu hal yang janggal, Riposha masih tetap menjawab dengan polos.

"Lo belum boleh balik ..."

Satu kalimat itu membuat kami bertanya-tanya tentang apa yang Septi pikirkan.

"Loh kenapa Sep?" Sekali lagi, Riposha tampaknya tidak bisa mencerna situasi dengan benar. Melihat ekspresi Septi yang tidak bersahabat, seharusnya itu menjadi jelas bahwa kami akan berhadapan dengan suatu masalah.

"Queenzie mau ngomong sama kalian." Mengatakan itu dengan senyum iblisnya, Septi bahkan tersenyum lebih cerah lagi. "Yuk ikut!"

🌹

Kami berdua dibawa ke depan kelas 11 IPS 1. Fika yang tadi keluar kelas paling awal, tampaknya digiring kesini juga. Septi dan 2 cewek lainnya yang tidak aku kenal. Tampak menjaga pintu dari luar.

"Satu-satu yah cantik." Septi berkata sarkas pada kami bertiga. "Dimulai dari lo, Fi! Cepet masuk, Queenzie udah nungguin,"

Fika menelan ludah. Karena yang dikumpulkan disini adalah kami bertiga, besar kemungkinan percakapan kami saat istirahat tadi bocor. Menghadapi Queenzie yang tahu kami mengejeknya di belakang tadi. Tentu saja itu membuat Riposha dan Fika cukup gugup.

Sangat sering kami melihat Queenzie yang mengamuk dan berbuat jahat pada Lia. Dan kami hanya diam karna tidak mau ikut campur.

Untuk yang pertama kalinya, kami jadi target. Tentu itu adalah mimpi buruk bagi siapapun yang mengalaminya. Kami bahkan tidak pernah menyangka hari ini akan datang. Di-notice oleh siswi bernama Queenzie bukanlah hal yang baik. Bisa-bisa kehidupan SMA kami akan hancur.

Riposha memilin bibir bawahnya, khawatir pada Fika yang menjadi orang pertama.

Membulatkan tekad, Fika masuk, seolah dia bersiap untuk berhadapan dengan maut.

FIGURANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang