[ Di sisi lain muka bumi ]
Sherly masih membulak-balik sketch book yang ia dapatkan tadi sore, matanya terpaku pada sketsa gaun berwarna biru di atas kertas. Netra coklat itu memberi tatapan menyelidik, menurut Sherly ... bahkan dari seluruh desain yang ada, gaun yang ini adalah yang paling janggal. Semua desain ciptaan Shīna benar-benar baik. Gaya dan alirannya dapat Sherly lihat dengan jelas tapi yang ini ....
—Sherly tidak paham.
Itu bukannya gaun biru seperti Cinderella yang amat sangat manis. Itu suatu hal yang lebih dewasa. Tidak begitu banyak ornamen yang ada, itu hanyalah sekumpulan kain yang dipotong secara asimetris lalu dipadukan dengan mutiara-mutiara putih sebagai lengan bahu.
Gaun ini cantik ... tapi di sisi lain juga terasa sangat janggal. Entah mungkin karena bentuk asimetrisnya, atau mungkin karena fakta bahwa di antara semua desain, hanya gaun ini satu-satunya tak memiliki deskripsi—Sherly juga tak tahu.
"Mawar Biru." Mulut mungil perempuan itu bergumam, melihat pola kecil di bagian renda gaun.
"Apa mawar biru bahkan beneran ada?"
Sherly bertanya bingung, tapi sedetik kemudian matanya membulat sempurna terhadap kalimat impulsif yang ia buat. Sherly menggigit bibir bawahnya sendiri.
"Tuhan bener-bener gak adil saat nyiptain Shīna." Kalimat itu keluar tanpa aba-aba.
Begitu yah?
Arti dari gaun ini—adalah mawar biru.
Anak itu ... ia bisa menyampaikan makna dari suatu karya bahkan tanpa harus bicara atau mendeskripsikan sedikit pun. Pantas saja Sherly merasa janggal terhadap gaun ini, ternyata itu memang tujuannya.
"Bener-bener gak adil."
Sherly merasakan gejolak pada jiwanya.
Shīna itu ... dia pintar.
Sherly paham benar dengan kemampuan yang Shīna punya. Kai yang selalu duduk di tahta peringkat satu, orang yang dijuluki jenius oleh semua orang di sekolah pun, pada akhirnya harus tunduk pada pengetahuan Shīna.
Selama beberapa minggu ia ada di dekat Shīna. Sherly yang paling tahu betapa tajam ingatan anak itu. Setiap detail, setiap momentum, setiap kejadian, rasanya bisa saja Shīna kuasai jika ia mau.
Tidak hanya itu ... wajahnya benar-benar cantik. Sherly tidak paham bagaimana banyak orang tidak memperhatikan hal ini.
Tentunya ... ini buka kecantikan bak selebgram seperti yang Queenzie punya. Kecantikan Shīna itu ... bagimana cara Sherly menjelaskannya?
Itu bukannya suatu hal yang dapat diambil kesimpulan hanya dari sekali tatap. Kulitnya putih pucat bak porselen, bibirnya ranum, lalu dengan mata kelam yang bulat, kecantikan Shīna itu seperti ...
Sherly melihat kembali ke arah buku yang ia pegang.
—Yah ... persis seperti gaun biru ini.
Suatu kecantikan yang janggal.
Hal yang dapat benar-benar menggambarkan visual Shīna mungkin adalah kata 'siluman'. Itu tidak seperti kecantikan yang nyata, suatu tipuan. Dapat sangat janggal, tapi anehnya sangat memikat di waktu yang bersamaan.
"Magis." Sherly bergumam sendiri.
Kecantikan Shīna itu seperti suatu hal yang magis.
Ingatan Sherly terus bercampur pada memorinya akan sang pemilik, dan desain gaun pada buku.
KAMU SEDANG MEMBACA
FIGURAN
Teen Fiction🌹 FIGURAN blurb : Shīna Gayatri bukanlah tokoh utama. Dia, hanyalah seorang figuran ... Melihat tokoh utama wanita yang disiksa, melihat tokoh pria yang berjuang mati-matian untuk si cewek, juga melihat si Antagonis yang selalu membuat masalah. Di...